Minggu, 01 Juli 2012

Paradigma Kehidupan Cinta : Dari Profesionalisme ke Pernikahan

Sekitar 3 bulan lalu, aku mengeluh ke senior ku di "kantor online" kami. Saat itu, aku meminta berhenti sebagai editor dan penulis artikel karena aku merasa tidak dapat membuat tulisan yang bermutu kalau tidak sedang jatuh cinta. Saat itu, aku tidak bisa melakukan apapun di depan notebook ku tanpa perasaan jatuh cinta ini. Begitu pentingnya rasa jatuh cinta untuk meramu apa yang ada di pikiranku menjadi sesuatu yang berkualitas. Menyadari bahwa sikapku yang seperti itu tidak profesional, aku memilih mundur sambil minta maaf. Bagaimanapun, aku di gaji untuk melakukan pekerjaan ku secara profesional. Pekerjaan ku juga membutuhkan deadline ketat. Aku pikir, ketidakprofesionalan ku akan mengganggu kinerja tim lain.

Senior ku bilang kalau dia baru tahu kalau untuk nulis ada jatuh cinta dulu. Dia mengutip status seorang penulis profesional yang bilang kalau kita memang cinta dengan menulis, kita akan selalu ada di dalam mood menulis. Kecuali kalau kita menulis hanya karena mengikuti trend, sekedar pengen punya buku, mood kita akan jadi naik dan turun.

Senior juga bilang, bahwa untuk bisa menjadi penulis seperti sekarang, dia melatih diri untuk menulis di blog. Dengan mood apapun, sekarang dia bisa dengan lancar menulis. Sugesti itu yang harus dihilangkan. dan yang membuat aku semakin malu, si Senior sempat bilang kalau aku nggak masuk akal kalau menunggu jatuh cinta dulu untuk bisa menulis. *duh

Mungkin ya... kalau aku egois banget atau bebal, aku bakalan bilang, "Ya orang kan punya kondisi dan sifat sendiri-sendiri. Masak harus sama semua sih??" Tapi, berhubung dalam rangka mencari solusi dan aku pikir apa yang dibilang senior benar, maka aku berfikir ulang untuk menghilangkan kebiasaan buruk ku yang terlalu melankolis dan berdampak pada pekerjaan profesionalku. Lagipula, apa yang dibilang senior akhirnya juga baik. Kalau saja kita tidak bekerja berdasarkan mood, semua akan terlaksana dengan baik.

Yang lebih "menohok", senior yang sudah menikah ini bilang, "...bahkan setelah kita menikah pun dg org yg kita cintai, ga lama kemudian rasa cinta yg menggebu-gebu itu akan hilang kok, berganti dg sesuatu yang tenang (dan kalau ga dijaga mungkin malah berganti dg sesuatu yg rutin dan menjemukan).. Masa mau jatuh cinta lagi kalau udah nikah? Mau affair maksudnya? Ga mungkin kan?"

Kata-kata itu sungguh menampar prinsip yang aku pegang. Aku pikir, dengan menikahi orang yang kita cintai, selamanya kita akan jadi bahagia. Sampai rasanya begitu sulit menjalin hubungan dengan orang karena "getar cinta" itu belum muncul. Aku pun belum punya rumusan "getar" itu seperti apa. Apakah tubuh yang jadi gemetaran saat berdekatan, apakah hati yang berdebar setiap menatap dan menyebut namanya, apakah pikiran yang selalu berlari-lari memikirkan si kekasih, aku belum tau. Jadi aku mulai mempertanyakan diri sendiri, apa yang aku inginkan dalam hidup supaya kebahagiaan tetap jalan yang aku pilih?

Aku mencoba untuk mendata dalam pikiranku siapa saja yang pernah singgah dihati, siapa saja yang pernah membuat berdebar hati, siapa saja yang sosoknya selalu menari di pikiran ku. Hasilnya?? Tidak ada yang pernah membuat efek berdebar, sekaligus gemetar, sekaligus sosoknya mendominasi pikiran. Semua nya ibarat robot power ranger yang belum utuh. Ranger pink punya kendaraan keren sendiri, begitupun ranger merah, biru, hijau, kuning dan hitam. Tapi kalau kendaraan kelima Ranger bergabung, akan terciptalah robot super canggih yang dapat mengalahkan monster jahat. Padahal 1 kendaraan ranger saja sudah keren, tapi bergabung lebih keren. Gitu aja. Ada cowok keren yang cuma bikin badan gemetaran saking nervouse nya. Ada yang cuma bikin kepikiran sepanjang hari, ada yang bikin deg-degan kalau namanya disebut. Tapi aku pikir, yang namanya cinta, semua perasaan itu akan campur aduk jadi 1 menjadi robot ranger yang hebat. Eh, maksudku jadi cinta yang dahsyat, Kalau belum dahsyat, aku tidak akan bisa menikahi orang tersebut. Kebayang kan susahnya??

Bagaimana kalau, aku tidak dapat menemukan orang yang benar-benar membuatku jatuh cinta? Apakah aku harus jadi pengangguran? Apakah aku secara sukarela menurunkan kualitas pribadi ku sampai level yang rendah? Tidak tidak! Terimakasih! Aku tidak mau menjalani kehidupan "mengerikan" tersebut. Aku mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh senior. Beruntung punya senior yang nggak bodo amat sama kegundahan juniornya. Aku juga beruntung karena sebelumnya telah ada berbagai Nasehat Pernikahan yang bagus seperti dari Ibu yang meyarankan menikahi orang yang besar ridhonya, bapak yang menyarankan supaya jangan menikah dengan yang suka mengungit masa lalu (-yang buruk) dan Nasehat Mas Kist si Kakak Ipar yang logis banget.

Akhirnya aku move on, setelah lama mempertanyakan passion hidup, setelah mengaca pada diri sendiri apakah sudah pantas menjadi orang yang dicintai sementara aku berharap sekali ada yang mencintaiku. Aku berpikir ulang, belum tentu, aku pun tahu caranya mencintai. Aku pernah "berlatih" beberapa kali untuk mencintai. Hasilnya, seringkali aku dibilang sebagai perusak romantisme. Aku gagal dalam beberapa hal... Aku tidak begitu bisa menjaga kecintaan orang lain sepertinya. Apakah hanya saja, aku belum menemukan sosok yang tepat?

Softpower para Nabi adalah doa. Maka dengan sembrono  aku pernah berdoa semoga bisa dijodohkan dengan orang yang aku kagumi. 2 kali malah. Aku merasa bahwa 2 kali itu aku terkabul. Aku menyesal membuat nya jatuh cinta karena ternyata orang itu adalah sosok yang "cukup mengerikan" untuk dinikahi. Benar-benar penyalahgunaan softpower nih. Bila berbicara ttg pernikahan, aku selalu memikirkan ttg bagaimana cara suami mendidik anak-anak. Dan pemikiran mereka "cukup mengerikan" untuk diajarkan pada anak-anakku. Bagaimanapun, calon kepala rumah tangga harus tahu apa yang baik untuk aset yang paling berharga kan?? Kadang saat kita berumur lebih muda, kita memang melakukan hal yang bodoh kan? Aku pun berfikir doaku itu adalah doa yang cukup bodoh.

Jadi, kembali ke persoalan menulis, aku tidak mau diperbudak mood! Enak saja! Memang dia siapa? kalau aku tidak bisa jatuh cinta dengan orang, maka aku bisa jatuh cinta dengan syair-syair persia koleksi ku. Ada Firdawsy, Attar, Hafidz, Rumi, dll. Yeah!! Aku bisa menulis dengan menggunakan spirit cinta mereka ternyata! Betapa senangnya...!!! Yang lebih penting, Aku juga akan jatuh cinta sepanjang hidupku pada Tuhan. Kenapa aku sempat melupakan DIA ya?? Bodohnya aku... Lemahnya akal ku membuatku lupa bahwa aku tidak pantas mengeluh seolah-olah Ia tidak memberiku kekuatan dan curahan cinta. Setelah sesi curhat selesai, aku on fire lagi dalam ngedit tulisan, liputan dan bahkan aku bisa bikin feature!  Selama ini kan aku cuma liputan acara. Aku pikir bikin feature  susah karena kita harus repot riset dulu. Ternyata riset pun menyenangkan!!

Aku kembali menengok apa yang ada di dalam tempurung kepalaku, tentang paradigma pernikahan. Apakah aku masih meminta padaNya untuk di jodohkan dengan orang tertentu? Tidak! Aku belajar dari doa ku yang telah membuat 2 orang jatuh cinta dan terpaksa aku buat patah hati karena aku "lari ketakutan" dengan paradigma berfikir pun gaya hidup mereka. Aku juga berfikir tentang seorang Rafly yang orang biasa mantan suami Tamara Bleszinky si Selebritis yang pernah berdoa di Ka'bah kalau dia meminta Istri yang secantik Tamara dan ternyata malah dapet Tamara beneran. Tapi, lihat yang terjadi, sekarang mereka cerai kan? Aku rasa, ucapan senior itu berlaku dalam hal ini.

Jadi, aku merevolusi doa ku untuk meminta siapapun yang terbaik bagiku. Socrates bilang, "Menikahi wanita baik membuatmu bahagia, menikahi wanita bawel akan membuat mu jadi seorang filosof." Artinya, kalau pasangan kita baik, kita akan bahagia, kalau pasangan ternyata jauh dari ideal, maka saatnya kita merenung dan mengambil hikmah. Karena secara spiritual, kita harus terus naik. Keadaan yang sulit seringkali merupakan perjalanan penting seorang filosof. Karena Filosof bermula dari masalah pribadinya sendiri yang Ia pecahkan solusinya. Aku juga mulai berlatih untuk memperbesar ridho ku. Caranya adalah dengan menghargai seseorang dan stop komplain terutama berkaitan dengan sikap individu orang padaku pribadi. Kalau komplainin pejabat korup, ustad ngawur dan artis sok eksis sih harus terus dilakukan karena efeknya ke publik. Tapi kalau komplain ke individu, sebisa mungkin mulai aku kurangi.

Mengingat Istri Nabi Nuh yang menolak ajaran Nabi Nuh, mengingat Sayyidah Asiah yang tabah mendampingi Fir'aun, mengingat Istri Imam Hasan as yang meracuni beliau hingga Syahid, rasanya aku malu bila berharap mendapatkan pasangan yang aku cintai dan sempurna lahir bathin. Aku senang dengan kebahagiaan orang lain yang menikahi orang yang Ia cinta, tapi aku juga realistis bahwa tidak seemua orang beruntung untuk mendapatkan itu. Terbayang wajah para orang tua di internet yang tampak bahagia sampai tua. Pasti mereka telah melewati banyak hal dalam hidupnya untuk menjadikan bahagia sebagai pilihan. Mereka yang memilih keadaan. Bukan keaadaanyang mempersempit hidup kita.


Jadi ingat, bapakku sering mengajakku makan di warung Padang. Karena aku nggak pernah nafsu makan di warteg. Untuk apa kita membeli makanan jajan yang kita bisa membuatnya di rumah? Yang namanya jajan ya yang tidak pernah tersedia di rumah. Bapak pun sebenarnya nggak pernah tanya apakah aku suka dengan menu masakan padang itu atau tidak. Tapi bapak begitu saja ngajak makan dan aku terlalu tidak tega untuk menolak.  Ternyata, aku bisa makan menu masakan Padang dan hasilnya kenyang. Bagi bapakku, masakan Padang itu enak. Bagiku, biasa saja bahkan kalau bisa milih, aku lebih suka bakso. Tapi toh habis juga, toh bisa juga di makan, Dan aku berfikir, barangkali pernikahan juga brgitu. Walaupun kita tidak begitu suka dengan pasangan hidup kita, asal ikhlas, semuanya baik-baik saja.

Akhirnya, untuk mempermudah hidupku, Aku berfikir, bahwa untuk bisa hidup bahagia itu bukan dengan cara menikahi orang yang kita cintai. Tapi mencintai orang yang kita nikahi. Yng penting adalah bisa membesarkan anak-anak baik yang untuk kado terindah pada Rasulullah. Bukan pada kesenangan kita yang berdasarkan hawa nafsu kita sendiri. Tapi berdasarkan pencarian akan kebenaran. Sesuatu itu, akan menyempurna bila syaratnya terpenuhi. Semoga...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?