Selasa, 27 Agustus 2013

Cara Bikin SIM Tanpa Calo

Dulu, aku pernah nulis tentang cara bikin paspor  tanpa calo. Kali ini, aku mau berbagi cerita tentang cara bikin SIM tanpa Calo. Seperti biasa, ini adalah pengalaman ku sendiri. .

Sebenernya aku nggak bikin SIM baru. Tapi cuma memperperpanjang masa berlaku SIM sekaligus Mutasi SIM C dari Boyolali ke Surakarta. Tapi, aku juga bakal share tentang gimana cara bikin SIM barunya deh. Soalnya, banyak diantara temen-temen ku yang nggak punya SIM tapi kemana-mana pake kendaraan bermotor. Punya SIM pas naik kendaraan bermotor itu super penting. Bukan buat sok-sok an pengen jadi warga negara yang baik, tapi menghindari masalah yang timbul kalau ada pemeriksaan surat-surat di jalan aja sih... Lagian, ada jasa raharja nya juga kalau kita kenapa-napa (Amit-amit ya, jangan sampe kita make jasa raharja itu ya. Semoga aman terkendali semuanya). 

Jadi, masa berlaku SIM C ku habis tanggal 1 Juni kemaren. Aku pikir aku bakalan kena denda keterlambatan perpanjangan SIM karena baru bikin bulan Agustus, Ternyata nggak lho. 

Aku udah tanya-tanya ke siapapun yang bisa ditanya, bikin SIM atau perpanjang SIM itu bayarnya berapa. Jawabannya bervariasi. Mulai dari 250-500 ribu untuk SIM C. Bisa lebih untuk SIM A. Aku udah worry aja tentang bayar berapa. 

Ternyata, total biaya perpanjangan+mutasi SIM C ku cuma 125.000.
Murah kan?

Oh iya, sebelum aku kasih tau caranya mutasi SIM, aku mau kasih tau dulu, kenapa aku harus pakai mutasi segala.

Jadi pas SMP, aku sekolahnya di Boyolali dan awal SMP aku tinggal di sana. Ikut KK nya Ibu dan Bapakku yang dari dulu ikut Boyolali walaupun sebenernya saat itu mereka tinggal di Bekasi. Pas akhir SMP, baru deh aku tinggal di Solo sampe SMA. KTP ku dulu di Boyolali juga, bikin SIM juga Boyolali. Tapi pas aku udah lulus SMA, KK ku pindah Solo dengan kepala keluarga Mbak Ima. Karena aktivitasku emang di Solo terus. Jadilah aku punya KTP Solo dan SIM Boyolali. Pas SIM Boyolali ku abis masa berlaku, aku harus mutasi dari Boyolali ke Solo. Gitu... 

Nah, ini cara Mutasi SIM C :
Siapkan 4 Lembar Fotocopy KTP dan 4 Lembar Fotocopy SIM lama. Setelah itu, serahkan fotocopy itu ke loket SATLANTAS tempat SIM asal. Kalau aku sih ke SATLANTAS Boyolali. Nanti, kita akan langsung dibantu oleh petugas dan diberi stopmap. Setelah kira-kira 10 menit, nama kita dipanggil dan langsung dikasih amplop resmi berisi surat mutasi tersebut. Biaya administrasi Rp 25.000.

Setelah itu, kita menuju SATLANTAS tujuan. Dalam hal ini, aku ke SATLANTAS Surakarta. Kita juga harus tanya ke SATLANTAS tersebut dimana kita harus keur dokter/periksa kesehatan (Kalau orang Jawa bilangnya Kir) yang ditunjuk SATLANTAS. Karena bikin SIM baru maupun perpanjangan itu butuh surat Keur Dokter. 

Keur Dokter ini bayar Rp 25.000. Cuma 5 Menit. Isi form, menghadap dokter, ditanya dikit pake kacamata apa nggak (maksudnya mata kita minus atau plus apa nggak gitu...), langsung deh dapet suratnya. Waktu itu, aku pas banget lagi nggak ada antrian.

Lampiran yang harus disiapkan untuk memperpanjang SIM :
1. Surat Mutasi dari kantor SATLANTAS asal,
2. 2 Lembar fotocopy KTP dan SIM lama.
3. Surat Keur Dokter
4. Duit buat bayar bikin SIM C 75.000

Di Kantor SATLANTAS, ada 5 loket. Berikut ini hal-hal yang dilakukan di loket itu : 

Loket 1 
Siapkan lampiran yang di sebutkan diatas. Serahin ke petugas. Sama biaya buat perpanjang SIM C nya adalah 75.000. Kita dapet kwitansi pembayaran.

Loket 2
Kwitansi dan data yang diserahin dari Loket 1 kita bawa ke loket 2. Dari data itu, kita dikasih formulir yang harus kita isi. Formulirnya 2 lembar. Setelah isi, kita ke...

Loket 3
Di sini, kita nyerahin form dan langsung dapat nomer antrian untuk foto. Kita nggak pegang apapun lagi kecuali nomer antrian.

Loket 4
Nomer antrian kita dipanggil. Kita masuk ruangan untuk foto, cap sidik jari dan tandatangan. 

Loket 5
Kira-kira 5 menit setelah foto, SIM kita udah jadi. Aku juga kaget kok cepet amat. Aku lihat di Boyolali standar pelayanannya sama. Hasilnya kayak gini : 


Oh ya, pas bikin SIM waspadai hal berikut :
  1. Loket 1 tutup jam 11 pagi. Kayak pas kita daftar bikin Paspor lah. Jadi dateng sebelum itu ya. Keur dokter bisanya juga pagi-pagi.
  2. Selalu ada orang yang menghampiri kita saat kita baru akan membuat SIM, entah tu petugas maupun sipil. Untuk membantu membuatkan SIM, biasanya mereka menawarkan, "Mau dibantu nggak mbak? Barangkali mbak sibuk?" Padahal, aku ada di depan loket 1, masih ada aja orang yang cari peluang untuk "nguras" duit kita. Pas aku ditawarin bantuan sama petugas maupun sipil, aku dikasih tarif 210.000. Mending ngurus normal aja kan...
  3. Usahakan bawa bolpen sendiri. Ini sepele tapi penting lho. Buat isi formulir itu.
  4. Bawa fotocopy KTP atau SIM lebih. Normalnya perpanjangan atau bikin SIM baru emang cuma 2 lembar. Tapi siapa tahu ada regulasi yang sewaktu-waktu bisa berubah
  5. Dandan yang rapi dan secakep mungkin. Kita kan mau di foto untuk kartu identitas yang masa berlakunya sampe 5 tahun. Jangan sampe keliatan cupu. Walau jarang ada hasil foto kartu identitas yang bagus, tapi minimal pas bikinnya, tingkat kepercayaan diri kita bagus untuk 5 tahun kedepan.
Kalau niatnya mau bikin SIM baru, bedanya dari step diatas adalah, setelah ke loket 1, 2 dan 3, kita harus menjalani tes tulis dan tes praktek. Setelah lulus baru lah kita ke Loket 4. Persyaratannya sama. Fotocopy KTP, Keur Dokter dan bayar.

Tarif pembuatan SIM resmi dari SATLANTAS yang dipajang gede-gede di tempat pembuatan SIM nya adalah :
Untuk BARU :
    • SIM A, BI, BII => 120.000
    • SIM C              => 100.000
    • SIM D              =>   50.000
    • SIM Internasional => 250.000
Klaim dari SATLANTAS, waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan SIM baru adalah 120 Menit
Untuk PERPANJANGAN :
    • SIM A, BI, BII => 80.000
    • SIM C              => 75.000
    • SIM D              => 30.000
    • SIM Internasional => 225.000
Klaim dari SATLANTAS, estimasi waktu yang dibutuhkan adalah 30 Menit

Tuh... Kan, nggak semahal kabar yang beredar di masyarakat. Setauku, tarif ini resmi dan berlaku secara nasional. Jadi kalau akhirnya bikin lebih mahal barangkali tanpa sadar kita kena calo juga. Walau udah bikin SIM di kantor SATLANTAS. Sama kayak yang aku ceritain tentang oknum Polisi yang "berbaik hati mau membantu". Soalnya, kalau resmi, kita bayarnya di loket BRI yang ada di SATLANTAS. Ya loket 1 itu BRI nya. Jadi nggak masuk kantong polisi langsung. 

Gitu deh, bikin SIM tanpa calo itu nggak repot. Paling kita mesti ngobanin waktu bentar. Karena selisih harganya lumayan banget, bisa 2 sampe 3x lipat dari harga resmi. Paling beda di daerah lain adalah jumlah loket dan lamanya antrian. 

Berapa bikin SIM di daerahnya kamu? Share donk. Karena, beberapa kantor SATLANTAS itu banyak yang masih nakal. Biaya SIM resmi dibikin biaya ala calo. Makanya, kalau ada kepolisian yang bener, kita harus kasih apresiasi setinggi-tingginya. Kalau polisi nggak bener, kita injak sedalam-dalamnya. :p

Sampai ketemu di pembuatan dokumen selanjutnya. ^^

Selasa, 20 Agustus 2013

Tentang Kata Kepo dan Sekelumit Kebahasaan Kita

Kemarin Mbak Indah, seorang guru bahasa Indonesia sms kira-kira begini, "Kepo itu asal katanya apa sih?".

Aku mikir-mikir, eh iya ya, kalau orang yang berkutat di bidang bahasa Indonesia pasti mikir asal kata dari sebuah kata. Apakah itu sebuah kata serapan, akronim, kata berimbuhan, dll. Karena mengetahui asal kata dapat membuat kita mengerti bagaimana seharusnya menyusun sebuah kalimat yang efektif dan benar atau memfungsikan sebuah kata. Hal seperti ini penting juga untuk para editor di media-media.

Aku jawab SMS mbak Indah itu. Kira-kira isinya gini, "kepo itu bahasa slang, nggak ada asal katanya. Bisa cek di kamus slang malesbanget dot com."

Hari ini, aku cek ke malesbangetdotcom (MBDC), ternyata beneran ada kata KEPO. Berikut ini aku kutip beberapa arti kata KEPO dengan perubahan seperlunya dari situs MBDC.

KEPO versi kamus bahasa slang MBDC adalah :

1. KEPO = Knowing every Particular Object
Sebutan untuk orang yang serba tahu detail dari sesuatu, apapun yang lewat di hadapannya selama itu terlihat oleh matanya walaupun hanya sekelebat.

Dalam beberapa kasus orang kepo adalah orang yang serba ingin tahu, bisa jadi kayak semacam kecanduan untuk tahu segala hal yang sepele dan itu bisa dia unggulkan sebagai kekuatan orang tsb

Hati hati jika berhadapan dengan orang kepo,
hal yang anda sembunyikan tak lama kemudian akan muncul ke permukaan (rahasia yang bocor)

Ciri ciri orang kepo :
Serba ingin tahu
Kadang sok tahu
Mempunyai mata yang sangat amat jeli dan tajam
Cikal bakal geek (evolusi sebelum orang itu jadi geek)

2. KEPO = Kay-Poh
Kepengen tau. Diadaptasi dari bahasa daerah Hokkian (China)

3. KEPO = KEk POlisi
Sukanya nanya-nanya, kayak polisi aja.

Perkembangan Bahasa
Bahasa dan kosa kata berkembang begitu pesat dan tidak terhindarkan. Di Indonesia, muncul banyak kosa kata baru yang tidak ada di KBBI. Bukan mustahil jika suatu hari, saking populernya, bahasa-bahasa slang kita akan masuk KBBI juga.

Penambahan kosa kata yang populer dalam sebuah kamus baku adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Contohnya adalah kata "Muggle" yang terdapat dalam  buku Harry Potter karya JK. Rowling yang masuk dalam Kamus Oxford versi Oxford Dictionary of English (ODE) yang memuat kosa kata yang akrab di kehidupan sehari-hari manusia dan biasanya bersifat non formal. Kata "Tweeps" khas Twitterland juga masuk dalam kamus ODE yang jadi "kiblat" dalam penulisan bahasa Inggris sehari-hari ini.  Penambahan kosa kata dalam kamus ini menandakan bahwa bahasa akan terus berkembang. Oh iya, kamus Oxford yang memuat bahasa formal dan lebih klasik namanya Oxford English Dictionary atau OED.

Aku sendiri, kurang suka dengan kata "kepo", barangkali karena aku juga bukan orang yang suka mengikuti trend kosa kata gaul dan tidak mau latah karena kata tersebut memang populer di sosial media, terutama twitter. Tapi, jika suatu hari Kepo telah menjadi kosa kata yang mapan dalam bahasa Indonesia, tentu saja kita yang saat ini mati-matian untuk tidak menggunakan kata tersebut akhirnya tidak dapat menahan laju kata itu dan mau tidak mau ikut mengucapkan. Barangkali, ini adalah bagian dari fenomena bahasa yang memang terjadi di setiap jaman.

Jadi jangan heran kalau akhirnya, guru bahasa Indonesia yang lulusan S1 bertahun-tahun lalu (Misalkan, Mbak Indah ini lulusan S1 Sastra Indonesia pas aku masih SD atau SMP) dan tidak mengikuti perkembangan bahasa populer atau bahasa slang jadi tidak tahu apa arti, asal kata, ataupun penggunaan dari sebuah kosa kata baru. Bahkan, aku pun kadang harus mengerutkan dahi dan googling supaya memahami sebuah kosa kata baru yang lahir dari peradaban populer, apalagi yang berasal dari gegap gempita sosial media. Perkembangan jaman memang selalu menuntut kita untuk terus belajar. 

Senin, 19 Agustus 2013

Antara Si Toples Transparan dan Si Toples Hias

 Waktu lagi jualan, Aku selalu mengamati setiap ada yang lihat-lihat toples ini di stan jualanku.

Ibu pertama yang mengunjungi stan bilang, "Yah... kalau pakai ini makanan saya nggak keliatan donk mbak." Tak lama, datanglah Ibu kedua bilang, "Wah... Bagus ya mbak toplesnya, apapun isi di dalemnya tetep aja enak dipandang buat pajangan meja. Bikin orang penasaran isinya apa."

Kalau dilihat dari fungsi toples, maka kita akan menemui fakta bahwa toples adalah tempat untuk menaruh snack kering. Lalu apa beda toples yang satu dengan yang lainnya? Bentuk, tampilan, bahan, dll. Perbedaan antara toples yang satu dengan yang lainnya dapat menambah fungsi-fungsi toples tersebut.

Ibu pertama sebenarnya dari awal dia tidak butuh toples hias. Karena Ia hanya peduli makanan di dalamnya tampak. Ia ingin makanan sebagai tokoh utama di mejanya. Supaya tamunya dapat memilih makanan dari toples mana yang harus dibuka.

Ibu kedua mempertimbangkan sisi meja nya yang jadi enak dipandang ketika ada toples ini. Ia membiarkan isi toples menjadi kejutan lain bagi tamunya.

Bayangkan dunia sosial media ini seperti kita yang jadi toples dan orang lain adalah tamunya.

Ada yang membiarkan kepribadian dan aktiivitasnya terbuka sehingga orang bisa melihat apa saja isi dalam kepala kita tanpa harus repot-repot "membukanya". Karena ia adalah sebuah "toples" transparan. Kita punya pilihan untuk mengambil isi di dalam toples jika itu menarik, atau tidak menyentuhnya sama sekali karena isi di dalamnya tidak sesuai selera kita.

Ada yang memilih untuk tidak memperlihatkan kepribadian dan aktivitasnya sehingga orang hanya dapat melihat tampilan luar dari orang tersebut. Jika kita ingin melihat isi kepala, perasaan dan aktivitasnya, yang harus dilakukan adalah membuka tutupnya karena Ia seperti sebuah "toples" hias, Yang harus dilakukan, tinggal membuka toples tersebut agar dapat meraih isinya. Masalahnya, penasaran atau tidak sama isinya?

Terus, Kamu type toples macam apa?



Kamis, 15 Agustus 2013

Lebih dari Sekedar Lembaran Hari-Hari Liburan Lebaran

Akhirnya, punya waktu dan energi juga buat nulis blog lagi!

Aku mau share sesuatu...

Tentang, Sepinya Lebaran kali ini. 

Aku lebaran di Solo. Bareng bapak, Mahdi dan Tarell. Kita cuma berempat karena Ibu ada di Jepara bareng keluarga Mbak Indah kakak pertama ku yang juga ngurusin adek bontot ku Ruhi. Mbak Ima yang hamil muda masih di Cikunir dan Mbak Umu juga nggak Mudik karena suaminya emang nggak punya jadwal buat mudik ke Solo. 3 tahun lalu, semua anak-anak Ibu dan Bapakku masih bisa kumpul di Solo dan ngelakuin sungkeman. Ini ya bedanya punya kakak yang satu persatu udah "mentas" sama punya keluarga yang belum pada "mentas". Buat yang belom tau arti dari kata mentas, mentas itu istilah Jawa, yang artinya sudah menikah.

Di rumah waktu lebaran nggak masak, Nggak blanja dan nggak ada makanan apa-apa selain roti tawar. Nggak ada kue-kue kering, baju baru maupun tamu. Selain Sholat Ied di Rumah Almarhum Ami Segaff, g ada yang istimewa. Bukannya nggak bisa masak. Hanya saja, memang tidak ada kesempatan untuk itu.

Mahdi sama Tarell hari ini tetep jualan kayak biasa. Bahkan sehari ini jualan boneka Felt di tiga tempat. Jurug (Kebun Binatangnya Solo), Taman Balekambang (Taman Surapati ala Solo dengan versi yang lebih keren lagi) dan Ngarsopuro Night Market. Mereka pasti capek jualan sampe 3 kali di 3 tempat berbeda dengan nyeret gerobak seng di belakang Motor dan menata dagangan. Tapi mereka tahu bahwa mereka punya tanggung jawab untuk biaya hidup mereka sendiri. Aku lihat, mereka nggak banyak ngeluh. Bahkan, Tarell yang tampaknya manja dan males tetep punya kesadaran untuk berangkat jualan, secapek atau sengantuk apapun dia. Dalam hal ini, aku salut sama mereka.

Dulu, pas aku masih SMP dan SMA, tiap malam Ibu atau Mbak Ima harus jualan di setiap pasar malam dan di setiap bazaar rakyat. Jualannya dari jam 6 Malam sampe jam 12 Malam. Kadang formatnya Mbak Ima-Ibu, Ibu-Aku, Aku-Mbak Ima. Pernah bertiga juga. Tapi emang ibu-Mbak Ima lebih sering karena aku masih sekolah. Aku dulu capek banget jualan kayak gitu. Kadang belajarnya juga di pasar malem karena kalau nggak jualan, malah nggak bisa sekolah. Hehehe...

Sekarang Mahdi dan Tarell yang dulu sering aku tuduh sebagai anak-anak manja lah yang meneruskan tradisi itu. Walau lokasi jualan dan frekuensinya nggak sesering kayak dulu. Tapi tetep aja, jualan di pinggir jalan gitu capek banget. Aku bersyukur bahwa mereka mau dididik oleh keadaan. Di dalam pikiran mereka juga terpikir, "Kalau bukan kita, siapa lagi?"

Ada sepupu tanya pas aku silaturahmi ke sana cuma sama bapak, nggak sama adek-adek, "Lebaran-lebaran kok masih jualan aja sih?"

Aku jawab, "Iya donk, Mahdi kan tahun ini atau tahun depan mau kuliah, Tarell juga masih sekolah. Harus gitu kalau hidup mau terus jalan."

Sebenernya aku mau jawab, adekku kan wiraswasta, bukan pegawai kantoran kayak kamu yang punya hari cuti. Jadi yang menentukan libur atau nggak nya liburan itu bukan waktu, tapi diri sendiri. Tapi supaya damai, aku bilang gitu aja.

Kan Ibu sakit. Jadi harus ada yang menggantikan pekerjaan utama Ibu, Karena sebelumnya Bapak dan Ibu emang kerja. Bapak tetep di kerjaannya, Ibu harus ada yang gantiin. Pewaris tahtanya yang ada adalah Mahdi dan Tarell. Alhamdulillah mereka mau. Tarell dan Mahdi bisa membiayai hidupnya sendiri. Dibantu mbak indah yang suplay barang dari produksi Jepara. Karena kakak sendiri, pasti ada kelonggaran-kelonggaran tertentu buat Mahdi. Karena, kalau Mahdi jadi Sales yang g punya hubungan darah sama Mbak Indah, pasti udah di pecat deh karna sering telat setor. :P

Barangkali, beberapa orang menyayangkan, kenapa anak sekolah harus tetap bekerja padahal seharusnya mereka fokus belajar. Bagiku dan bagi keluargaku, sedari kecil seorang anak harus diajarkan untuk memahami kondisi perekonomian keluarganya. Agar Ia tumbuh jadi anak yang tidak penuntut dan tidak iri terhadap kemudahan-kemudahan finansial yang didapatkan oleh teman sebayanya. Anak juga harus diajari mandiri dan survive agar kelak Ia tidak jadi generasi memble dan bermental pejuang. Sebenernya, kami bukan keluarga yang miskin secara finansial, tapi kami hanya harus berusaha lebih keras dalam hal finansial. Apalagi sejak Ibu sakit dan harus selalu di kursi roda.

Kalau ada yang nanya lagi, emang nggak kasihan kalau adek-adekku harus jualan? Aku akan jawab, kasih sayang ku bahkan bertambah-tambah pada mereka. Bukan sekedar rasa kasihan. Kalau mereka nggak begitu, aku malah kasihan sama mereka, nggak bisa ngikutin jejak kakak-kakaknya yang pas seumuran mereka juga bantuin Ibu jualan. Kalau nggak kenal dunia jualan, bisa jadi mereka nanti akan susah berkembang kedewasaannya, kesadarannya, keteguhannya dalam menghadapi kerasnya dunia. Memang ada cara lain selain jualan untuk mengembangkan hal-hal diatas, tapi yang sekarang ada di depan mata ya jualan. Kalau mereka ada pilihan lain, mereka juga dibebaskan untuk memilih sesuai dengan passion mereka.

Waktu Ibu masih sehat pun, malam lebaran, hari lebaran dan setelah lebaran, kita juga jualan. Karena memang waktu hari-hari itulah dagangan kita bisa laris manis. Sayang sekali kalau dilewatkan. Jadi, disaat orang-orang menghabiskan uangnya untuk belanja hari Raya, kami berusaha "menangkap" uang yang mereka belanjakan.

Kembali ke topik lebaran.

Kini, walau lebaranku biasa aja. Belum sungkeman sama Ibu yang di Jepara, nggak punya foto keluarga saat lebaran seperti orang lain, nggak silaturahmi ke banyak tempat seperti keluarga lain, aku tetap bersyukur. Bahwa kita semua (keluarga Pak Muhsin Sukandar) bisa rukun dan menyadari tugas kita masing-masing. Antar saudara kandung tidak ada yang menuntut harus melakukan ini dan itu satu sama lain, bahkan, kita merasa bahwa kita juga tidak pantas untuk menuntut sesuatu ke orangtua sekalipun. Kita telah dewasa, kita adalah tuan dari segala tanggung jawab dan kehidupan kita. Kata Ibu, Ibu memang sengaja memerdekakan anak. Jadi kalau anak mau ikut jualan atau tidak, mau kerja atau tidak, itu adalah konsekuensi logis dari kematangan pemikiran dan kesadaran anaknya dalam memahami keadaan keluarga. Walau tetap saja, Ibu dan bapak sering mengingatkan betapa pentingnya ikut andil dalam pekerjaan-pekerjaan rumah yang membantu keluarga.

Walau ada aku di rumah, mereka -adik-adikku- nggak nyuruh buat gantiin jualan, melakukan pekerjaan rumah, atau yang lainnya. Saat aku menawarkan diri bantuin mereka, mereka bilang aku nggak perlu bantuin mereka jualan. Aku pikir, kalau aku memang merasa memiliki kesadaran tertentu untuk melakukan sesuatu, maka aku harus melakukannya. Aku memang kikuk saat pertamakali jualan lagi setelah sekian lama nggak jualan. Tapi akhhirnya aku bisa hafal juga semua perubahan harga. Emang, harga produk beberapa ada yang mengalami kenaikan.

Habis silaturahmi ke rumah keluarga terdekat, aku telpon Ibu sebentar, di kepala ku udah muter-muter jutaan kata buat Ibu, akhirnya aku cuma bilang, "Bu, maafin Ayu ya..." Habis itu nggak tau mau ngomong apalagi. Kayak nelpon pacar habis kita bikin kesalahan fatal. Kikuk, bingung... Tapi lega.

Ya Rabb.. Apapun yang terjadi, semoga Engkau merahmati keluarga kami.
Terimakasih Engkau telah mengirimkan kami orang tua yang mendidik kami untuk jadi pejuang.

Ps :
Kita juga lagi mau bikin website jual beli dan Insyallah lagi nyusun bikin Buku Tutorial Felt sekaligus mendirikan Lembaga Kursus dan Pelatihan khusus untuk kerajinan dari bahan Felt di Jepara. Semoga g cuma omong doang ini.
Oh iya, bagi yang belum tau keluarga kami punya dagangan macam apa, Ini foto-fotonya, sekalian promosi.

Pensil WisudaRp 5000/pc
Boneka Wisuda  Rp 35.000/pc

Jualannya lesehan gini deh

Jenis Barang Dagangannya Buanyaaak...
Macam-Macam jenis Boneka Bulet. Banyak Varian

Boneka Bulet Rp. 3.000/pc atau Rp 20.000/Lusin

Boneka ukuran tanggung Rp 5.000/pc atau Rp 35.000/lusin

Boneka Pengantin 12cm Rp 50.000/pasang

Boneka Adat Ukuran 12 cm Rp 50.000/pasang

1 Set Kotak Tisue Rp 150.000

Tempat HP @Rp 10.000
Ditulis tanggal 8 Agustus 2013 dan baru selesai ditulis tanggal 15 Agustus 2013, ditemani Tarell yang Ragu-ragu menentukan apakah dia sedang lapar atau tidak, apakah jam sekarang ini (Sekitar jam 2 pagi) aku harus masak  atau tidak. Dia akhirnya tertidur ssetelah sekian lama menimbang-nimbang keputusannya, sekejap mata, hilanglah keragu-raguannya. hehehe :P 

Keping Rindu untuk Talia Joy Castellano dan Muhammad Syahid Juli Ashari

16 Juli lalu aku dikejutkan dengan sebuah berita duka. Talia Joy Castellano, seorang gadis 13 tahun yang sering menampilkan tutorial make up dan memiliki ratusan ribu Subscribers di Youtube meninggal dunia. Gadis kecil itu pergi  setelah berjuang melawan kanker neuroblastoma dan leukemia yang sudah Ia derita sejak usianya 7 tahun.

Dengan percaya diri, Talia biasa mempraktekkan bagaimana caranya memakai make up sambil berceloteh tentang hal-hal lucu untuk viewers nya. Seolah Ia tidak pernah mengalami rasa sakit. Semangatnya  melawan kanker telah menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah terhadap apapun kesulitan-kesulitan hidup ini.

Saat kepalanya plontos karena kemo, bukannya depresi seperti kebanyakan orang yang terkena masalah besar, Ia justru membangkitkan sendiri kepercayaan dirinya dengan bermain make up sehingga kepala plontos bukan jadi alasan baginya untuk tidak tampil cantik. "Aku tidak suka menggunakan wig, jadi aku memakai make-up karena membuatku merasa cantik, luar dan dalam."

Ketika ditanya oleh Ellen DeGeneres di salah satu tayangan Ellen Show tentang bagaimana caranya agar dapat tetap tampak ceria di sepan semua orang saat menghadapi semua rasa sakit yang menerpanya, Talia justru tertawa dan menjawab, "Memangnya aku harus bagaimana? Depresi?"

Bagi yang belum kenal Talia, ini adalah salah satu tutorial Make up dari Talia. 


Bayangkan jika kita berada di posisi Talia, saat orang bertanya hal yang sama, barangkali kita akan menjawab dengan jawaban klise seperti, "Ya... Saya hanya bisa bersabar," atau jangan-jangan beberapa diantara kita justru menyalahkan Tuhan dengan mengatakan, "Ini sudah takdir Tuhan, saya harus tabah". Caranya menjawab pertanyaan Ellen adalah cermin dari kekuatan yang barangkali tidak kita punya. Hanya dengan memandangnya lewat video-videonya, kita mendapat energi positif dari kecerdasan, kedewasaan, kecantikan dan kekuatannya, hingga itu semua menular pada kita semua.

Senyum ceria Talia
Credit Photo : thesilverpen.com
Saat mendengar perginya Talia karena leukimia, aku jadi teringat seorang kawan bernama Syahid. Syahid sebenarnya adalah sahabatnya sahabatku, Miftah. Karena mereka berdua bersahabat dekat, maka aku jadi temannya juga. Syahid yang biasanya beredar di sekitar Iran Corner UIN Ciputat harus kembali ke rumahnya di Garut karena penyakit leukimia yang menggerogoti kesehatannya mulai berulah tidak biasa. Lagipula, rumahnya berada tepat di depan Rumah Sakit Garut dan kedua orangtuanya dokter. Ia akan lebih terawat jika berada dekat dengan orangtuanya daripada di Ciputat.

Lama tidak bertemu Syahid, akhirnya bulan Mei lalu Aku dan Miftah menjenguknya ke Garut. Syahid yang telah berjuang melawan leukimia sejak Ia berusia 14 tahun tampak lemas dan pucat tapi terus memasang wajah ceria menyambut kedatangan kami. 

Esoknya di Garut, Aku dan Miftah menemani Syahid untuk cek laboratorium. Eh, sama adiknya Syahid juga yang dapet tugas nyetir mobil. Nggak bisa dibilang menemani juga sih, aku sempet bilang ke Syahid juga kalau aku sebenernya pengen jalan muter-muter Garut. Jadi sepertinya Syahid yang justru menemaniku muter-muter Garut, bukan sebaliknya. Akhirnya, Syahid meminta adiknya untuk jalan memutar selesainya kita cek lab supaya aku bisa liat-liat kota Garut dari jendela mobil selama perjalanan pulang. Walau jalan itu memutar, tetep aja, itu berasa deket banget. Cuma semalam di Garut, Tapi rasanya aku seneng banget bisa nengokin Syahid. Miftah bilang, Juni nanti pengen nengokin lagi kalau sempet. Walau akhirnya kita nggak sempet ke Garut lagi. Sedihnya...

Melihat semangatnya untuk tetap sehat, Aku yakin suatu hari Ia akan sembuh atau minimal, Ia akan bertahan lebih lama... 

Syahid yang aku kenal selalu berwajah ceria, cerdas, sangat baik, juga memiliki energi positif yang membuat orang-orang di sekitarnya nyaman dan tidak punya alasan untuk tidak mencintainya. Ia bercerita tentang transfusi darah, suntik, minum obat, hasil laboratorium dan segala hal tentang penyakitnya tanpa di sensor sehingga kadang aku bergidik ngeri mendengarnya. Ia bercerita biasa saja seolah itu semua bukan sebuah kesakitan. Seolah itu sebuah running news di televisi yang disikapi dengan biasa. 

Tanggal 18 Juli, 2 hari setelah perginya Talia, Syahid akhirnya sembuh. Ia menemui kekasih yang biasa Ia sebut dalam doa-doa pengharapannya. Ia tidak lagi kesakitan, tidak harus berkali-kali cek laboratorium, tidak perlu lagi menghadapi jarum suntik dan infus. Ia pergi dengan jejak-jejak kebaikan yang akan dikenang semua orang yang mengenalnya. Begitu banyak saksi yang telah merasakan kebaikannya. Syahid, telah menancapkan kenangan abadi di hati semua orang yang pernah mengenalnya.

Syahid Juli Ashari
Credit photo : Miftah Fadlullah

Baik Talia maupun Syahid, adalah orang yang barangkali tidak pernah benar-benar kita kenal. Kita tidak bisa dengan lancar mendeskripsikan seberapa besar makna mereka dalam kehidupan kita. Kita juga tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana sosok sebenarnya. Masing-masing memiliki Talia atau Syahid dalam dunia idenya. Walau dengan berbagai sudut pandang, kita memiliki satu kesamaan. Semua yang kita tahu adalah kepingan-kepinggan kenangan indah yang berkilauan di jalan cahaya. 

Surakarta, 19 Juli-14 Agustus 2013.
Rest In Peace Thalia Joy Castellano and Muhammad Syahid Juli Ashari
We Love You...