Kamis, 17 Februari 2011

Peradaban, mukamu seperti apa?

Aku pernah berfikir, bahwa Kampusku hebat. Ada Fakultas Falsafah dan Peradaban. Belum ada yang menyamainya di negara ini. Di dalamnya dididik oleh orang-orang beradab dan generasinya juga beradab. Luar biasa. Bahkan hanya nongkrong di taman kampus pun mereka juga beradab. Karena taman nya namanya taman Peradaban. Otomatis yang sekedar duduk disana berarti sedang menduduki singgasana peradaban. Saking hebatnya Kampus, sampai-sampai Rektor ku yang pintar luar biasa itu biasa menyebutnya “Small but Giant”. Luar biasa….

Kemudian, 12 tahun yang lalu saat tokoh peradaban mendirikan kampus ini, dia menginginkan tradisi intelektual dan segala sesuatu yang berpola peradaban juga ada di kampus. Benar-benar luhur niatnya, mendirikan kampus berbasis ideologi yang mengusung 3 pilar yaitu keindonesiaan, kemodernan dan keislaman. Lagi-lagi berbicara tentang peradaban! Jadi teringat majunya Peradaban Yunani atau Andalusia yang disebut-sebut pada jamannya merupakan pusat peradaban. Dan kini, aku pun ada di kampus peradaban. Luar biasa…

Datanglah ke kampusku, kamu akan menemui tampang-tampang sinetron berjajar dari lobby sampai kantin atas. Jangan salah, peradaban mereka juga tinggi. 5B. jangan mengira 5B itu Beauty, Behavior, Brain, Brave, Blalalala yang biasa di ajang kontes kecantikan itu. Bukan. Tentu saja 5B hasil peradaban tinggi kampus ku ini adalah hal berbeda dari kampus lain. 5B adalah Behel, Blackberry, Branded Cloth, Belahan dada, dan Bullshit. Semuanya Bullshit. Bahkan hak mu yang membaca ocehanku ini bila menilaiku bullshit juga. Namanya saja peradaban. Lho? Kok aku jadi main klaim sebagai blablabla? Lho? Kamu lupa ya point terakhir dari 5B? bullshit kan? Teruskan saja bacanya. Jangan protes dulu, pokoknya, Luar biasa…

Kampus luar biasa ku ini, banyak mempunyai tagline “satu-satunya di republic ini”. Mata kuliah anti korupsi, Student Union, Fakultasnya, dual transkip yang membuat mahasiswa empot-empotan ngejar kegiatan ekstrakulikuler dan ijazah. Dan berbagai peradaban tinggi lainnya. Tahu bagaimana kampus peradaban ini ikut serta dalam perpolitikan? Organisasi Ekstra Kampus dilarang mendirikan komisariat disini. Bagaimana tidak? Susah-susah bikin peradaban, eh yang diluar kota peradaban mau masuk. Bisa rusak lah.. lho? Memang kenapa ya kalau masuk? Memang kampus peradaban ini kayak remaja labil yang nggak jelas juntrungannya dan gampang terpengaruh sama ‘dunia luar’. Eh, tapi nggak papa juga sih nggak di bolehin, banyak kampus yang perpolitikannya rusuh gara-gara partai OMEK itu. Ah..nggak papa, namanya aja kampus peradaban, suka-suka saja lah…kan sekali lagi, luar biasa… kali ini pake ckckck…(menggelengkan kepala sambil mengerutkan jidat dan memonyongkan bibir).

Baik, kampus peradaban ini kemarin habis pesta demokrasi. Judulnya pemilihan sekretaris jendral. Jangan membayangkan jabatan sederhana seperti ketak ketik laptop dan duduk manis di meja. Bukan seperti itu. Sekretaris jendral kalau di kampus lain itu seperti Presiden BEM walau dengan wewenang yang tidak seperti Presiden BEM. Yah…agak sexy juga menyangkut jabatan. Hm…pernah liat anak kecil sexy nggak? Lucu kan? Lucu nggak ya? Ya….aku bilang lucu itu nggak berlaku bagi kaum phedofil. Kaum normal. Dan emang beneran lucu. Saking tingginya peradaban, ibarat warung, warung itu sepi. Tidak laku. Cuma segelintir orang yang punya ambisi kesana. Sekjen ibarat babu. Tidak bisa sewenang-wenang. Ada sekitar 19an pasang mata yang mengawal kinerja, dan 19an pasang mata yang lainnya ikut membantu kerja sekjen. Tau apa yang terjadi setelahjangka waktu pemilihan mundur sampai berkali-kali? Menyisakan Cuma 1 orang! Pastinya orag itu sangat beradab juga, karena dia cukup ksatria untuk jadi babu. Ah…off the record! Dia sahabatku. Dia orang yang sangat luar biasa. masih boleh kan bilang luar biasa??

Apa yang diminati anak kampus? Konser music atau bukan? Tapi lihat saja, Apa yang dilakukan para mahasiswa dalam konser yang digelar di kampusnya???

Jingkrak-jingkrak di depan panggung? Nonton sambil ikutan nyanyi bareng penyanyinya? Atau bagaimana?

Di kampus ini saking beradabnya, kalau ada panggung, ya panitia sendiri yang nonton. Siapa yang peduli dia artis? Toh banyak juga artis disini. Dari mulai penyanyi berambut kribo yang jadi vokalis band, Artis controversial dengan film horror dengan pose sexynya di internet yang berinisial SA, artis tengil yang akhirnya berjilbab dan sekarang udah merit sama sutradara duren itu, penyanyi sholawatan yang anggun banget itu, pemain sinetron berepisode panjang banget dan berperan jadi orang jahat yang biasa ketemu di lantai merah dan dia selalu senyum manis itu, dan banyak artis lainnya. Ngapain juga ngeliatin artis di depan panggung yang nggak jelas juntrungannya itu? Sama-sama dari peradaban. Ngapain juga ngidolain sesame. Hal biasa itu mah… tapi justr ini yang luar biasa…

Overall, peradaban pada dasarnya milik kita semua. Semua kampus memiliki peradaban yang berbeda. Di kampus peradaban ini, paling nggak ada klasifikasi mahasiswa, misalnya:

Mahasiswa kupu-kupu

Kupu-kupu itu artinya kuliah-pulang. Kuliah pulang. kita akan menemui 5B itu tadi dan para mahasiswa yang apatis. Don’t care lah masalah kampus. Yang penting kuliah, pulang, bolos, main, kuliah lagi, pulang, bolos main, dan seterusnya. Tapi oke, karena dengan adanya mereka kita jadi punya parameter keaktivan mahasiswa. Terimakasih mahasiswa kupu-kupu, kalian luar biasa…

Mahasiswa Kunang-kunang

Kunang-kunang itu Kuliah nangkring-kuliah nangkring. Kerjanya di warung kopi. Ngomongin peradaban atau swekedar main kartu. Mereka ini yang menghidupkan ikliim gaul peradaban disini. Mereka duduk ngelesot di lantai merah sambil ngobrol, ngocol, berbullshit ria atau internetan, ngerokok dan hal yang dilakukan anak gaul lain. Mall dan cafĂ© adalah tongkrongan wajib yang mesti disambangin buat mengukuhkan image sebagai mahasiswa berperadaban gaul. Woe…luar biasa teman-teman…

Mahasiswa Kura-Kura

Ini mantap, mahasiswa kura-kura itu mahasiswa yang kuliah-rapat, Kuliah-rapat. Tidak ada hal lain yang dilakukan. Mereka adalah mahasiswa multitalented yang bisa jadi organisatoris dan event organizer. Bukan karena digaji kayak DPR itu lho…tapi mereka memang hobi. Pengorbanan tiada tara dari anak bangsa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang sesuai dengan dasa darma pramuka. Lho? Kenapa dasa darma pramuka? Karena mereka bener-bener baik, mau sampai malam di kampus buat rapat, mau masuk kampus buat rappat, mau mikirin kampus di dalam rapat. Dan luar biasa…disaat orang lain sibuk dengan dirinya sendiri, mereka mengurusi umat lho…jangan salah, orang-orang ini sangat berdedikasi dalam penyelenggaraan event di kampus. Ah…jadi pengen tepuk tangan. Karena nulis tepuk tangan itu susah, lebih baik, aku kembali mengetik kata, Luarrrrrrrrr…biasa!

Mahasiswa Kurcaci

Mahasiswa Kuliah Cana Cini, ini adalah sekumpulan mahasiswa yang selingkuh dalam hal kuliah. Yaitu yang kuliah di beberapa Universitas. Nggak Cuma 1 2 orang. Tapi banyak. Mereka yang udah tua di kampus lamanya dan mungkin merindukan peradaban. Ada wildan, firman, andri, virgo, dodi, dan temen-temen lain. Mereka ini gila atau banyak duit juga nggak ngerti. Yang jelas, corong peradaban menarik mereka untuk mengulik si kampus peradaban. Mungkin memang tampilan kampusnya yang centil atau bau peradaban? Gelar untuk mereka adalah mahasiswa luar biasa aja kali ya… :P

Peradaban, dibentuk oleh individu yang akhirnya menjadi perilaku komunal. Dan sebuah peradaban tidak menjadi peradaban itu sendiri lewat klaim. Tentu saja tidak. Dahulu orang dapat disebut ahli dalam bidang tertentu karena karyanya. Sekarang, orang bisa dibilang ahli tertentu karena update status di Facebook atau twitternya yang diangkat oleh media, lalu mendadak pakar. Kalau di negri peradabanku bagaimana ya? Silahkan klaim apapun, asal sopan, silahkan sopan, asal beradab. Pada akhirnya, apakah kita seperti kapitalis yang menyerahkan segalanya pada sosok pribadi sehingga kita hamper tidak peduli dan serba toleran terhadap sesuatu? Atau kita doktrin saja dengan paham tretentu agar jadi benar-benar beradab seperti yang diinginkan pendiri kampus kita yang mulia?

Aduh… aku lapar. Jangan-jangan dari tadi aku Cuma muncratin bullshit ya? Ah…maklum saja ya. Peradabanku Cuma sampai sini. Kalau tulisan kacau, anggap saja Karena terlambat makan siang. Sehingga logika tanpa logistik adalah anarkis. Biar saja anarkis di tulisan. Biar saja berteriak di tulisan. Asal aku nanti jadi kaum beradab, dan duduk bersama orang beradab, aku juga akan tahu, peradaban itu seperti apa. Serenyah apa, segurih apa.

Jadi, aku Tanya sama kau peradaban, mukamu itu seperti apa???

Di Peradaban, 17 febuari 2011

Kita, Setelah 13 hari

I.
terhenyak kudapati
ternyata aku tak dapat lagi menulis tentangmu
jemariku menolak berkompromi dengan rasa yang terlalu bergemuruh saat aku memanggilmu di ujung kaki pelangi yang pernah kita temukan bersama
kaki pelangi yang sepakat kita ciptakan tepatnya…
kita selalu mendatanginya bersama tanpa meninggalkan jejak karena kita sengaja membuatnya tak terpeta
agar hanya kita yang tahu

II.
sampailah pada sebuah masa, dimana kesadaran segara memenuhi akalku
akalku yang mendesak untuk bertanya, mengapa di kaki pelangi ini aku menjadi menggigil?
apakah karena tak ada lagi tawa yang bersahut?
ataukah tak ada lagi tanganmu di separuh kananku nan turut menggenggami mawar yang dulu telah kau enyahkan durinya?
mustahil bila tiba-tiba saja terjadi
mustahil bila tiba-tiba kau hilang

III.
aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan kaki pelangi ini
tahukah kau, bahwa separuh langkahku pergi dari tempat kita ini adalah untuk menemukanmu kembali?
separuhnya lagi untuk memberikan penghiburan pada diriku sendiri atas kepapaanku karna ketakterbiasaanku tanpamu
mengingatmu, mengingat juga saat kita dulu menertawakan gemintang yang memudar menjelang subuh, karna kau bilang, kita tidak akan pernah seperti bintang itu.
ingatan membuatku menyesak dan menyeretku dalam sudut yang makin kelabu

IV.
Lagi-lagi, aku menyadari bahwa aku tak dapat lagi menulis tentangmu
Bukan karena kau tak lagi indah sehingga aku tak dapat lagi menulis binarmu
Di malakutku engkau tetap bertahta dalam keindahan seperti saat dulu aku pandangi tukikan dalam ikalnya rasiomu untuk aku resapi kedalaman palungnya nan memukau
Bukankah keindahan selalu membuat kita tenang dalam kedamaian?
Seperti sepoi nya ladang yang menghembuskan layang-layang diantara pekikan gembira anak-anak desa
Seperti indahnya bunga bunga di musim salju yang kita lihat lewat layar kaca
Bukankah keindahan itu kita sendiri yang menentukan pandangnya?
Maka dengan itu kau tetap indah
Namun, dalam perjalanan pencarianku terdapat Rintik
Yang menghuni ujung bulu mataku karena beratnya rindu di seperempat pencarianku, menjadikanna satu-satu berjatuhan
Mungkin karena itulah maka sosokmu tertutupi hingga pandanganku mengabut
Yang kabutnya hanya dapat hilang saat engkau menghapusnya dengan perjumpaan
Saat aku mengerjap, engkau mungkin sudah berjalan terlalu jauh

V.
Dalam pengharapan, sepertiga kepalaku telah tertengadah ke langit dengan segala kemanusiaanku
Berita langit berkata padaku bahwa engkau pergi mengejar ombak yang telah meruntuhkan karangmu
Menuntutnya mengembalikan serpihanmu yang tercuri
Aku benar-benar tak menemukanmu lagi
Aku, yang menyayangimu ini tak akan mencegah apa yang akan kau lakukan
Keindahanmu akan menuntun arahmu meski tak kembali pada garis yang telah menghubungkan titik bernama aku dan kau
Bahkan aku tidak dapat menemukan ujung pelangi yang tak pernah aku temukan lagi untuk sekedar mengingatmu, karena kita terlanjur membuatnya tak berjejak, tak terpeta
Mungkin karena kita terlanjur merancangnya untuk kita kunjungi bersama dan kaki pelangi menolak hadir bila kita tak sepasang
Membuatku lagi-lagi menyesali, bahwa kepergianmu membuatku tak dapat lagi menulis tentangmu

VI.
Maaf ku, atas bait yang tak sempat selesai
Akhirnya lukisan kata ini hanya separuh, untukmu jua...
Dalam Ibukota, 22.13 WIB
Hari ke 4 dalam kantung febuary tahun 2011 masehi