Rabu, 15 Agustus 2012

Kepada Suatu hari....



Kadang, Aku orang yang emosinya tidak stabil. Bila suatu hari aku berubah jadi tidak menyenangkan dan mengusirmu pergi, maka kamu jangan pergi. Karena itu hanya emosi sesaat atau suatu hari aku melakukan itu hanya karena ingin mengujimu. Kamu harus membujukku kembali lagi. Oke?


Jika suatu hari tiba-tiba aku menghilang tanpa kabar karena kebodohanku, kamu harus segera mencariku. Karena aku aku akan selalu menunggumu dalam keterasinganku sambil menyesali singkatnya waktu yang terbuang sia-sia untuk hal yang tidak menyenangkan. Semakin panjang jarak hati kita, semakin aku merinduimu. Dari awal kita bersama untuk bahagia kan? Apa kau mengerti?

Suatu hari, aku akan mengeluh tentangmu dan membayangkan banyak hal mengerikan yang bahkan belum terjadi. Tolong jangan dengarkan aku karena aku juga tidak lebih baik darimu. Bahkan aku sangat buruk bila sampai melakukan itu. Beritahu aku kalau yang aku lakukan salah. Bisakah? 

Bila kamu menyepakati hal ini, sampai masa itu terjadi, kamu harus mengingatkan ku dengan menelpon ku seperti dulu saat kita awal berkenalan untuk membacakan ini. Atau bila aku sedang kesal padamu sehingga aku tidak mau mengangkat telpon darimu, kamu harus berusaha mengirimkan ini di wall facebook ku atau pesan atau apapun yang bisa aku baca. 

Harusnya, kamu tahu ini adalah tentang mu. Bukankah dari dulu tidak pernah tertulis namaku dalam karyamu? Nah, bukankah kita sudah terbiasa seperti itu? Kau tahu kan? Berilah tanda kalau kau tahu ini tertuju padamu. 
 



Sabtu, 11 Agustus 2012

Percakapan Singkat dengan Lelaki di dalam Bus

Percakapan di bus kemarin dalam perjalanan Jakarta-Solo. Sejak berangkat dari terminal Bus Rawamangun, ada banyak kursi kosong yang tersisa. Seorang lelaki muda sekitar umur 24 tahun yang jadi penumpang di kursi 3C berpindah ke kursi sampingku di 4B yang masih kosong, aku di 4A. Rupanya yang seharusnya duduk di 4B belum naik bus. Aku tidak begitu suka ada yang duduk di sampingku apalagi tidak sesuai dengan nomer tempat duduknya. Tapi aku membiarkannya saja. Bahkan memandangnya pun tidak. Percakapan ini aku lakukan sambil melihat jalan dari jendela. Dia harus tahu aku sedang tidak mood untuk mengobrol. Tapi dia nekat mengajakku ngobrol.

Perawakannya membuatku teringat sama seorang teman aktivis mahasiswa dari Makasar yang bertemu di Papua pas pertemuan BEM Nusantara V. yang jelas dia aktivis HMI yang aku lupa namanya, -___-". Ya... kayaknya mirip deh. Hal itu yang membuatku menoleh sebentar, dan kemudian memandang jendela lagi.

3C : Mbak, turun di mana?
Aku : Solo
3C : kerja di mana mbak emang?
Aku : Kuliah
3C : Kuliah di mana mbak?
Aku : Mampang
3C : Kampus mana mbak?
Aku : Kampus Mampang. (Mana ada kampus mampang? Percuma saja aku kasih tahu karena dia tidak tahu daerah itu, terlihat bahwa Ia mengiyakan adanya kampus mampang.)
3C : Kost atau tinggal di sana mbak?
Aku : Kost
3C : Kan di Solo ada banyak kampus bagus, kok malah pilih kost ke Jakarta?
Aku : Biar.
3C : Kuliah jurusan apa mbak?
Aku : Filsafat (Jawaban singkat, pertanda aku sudah mulai terganggu, pengen tidur)
3C : Itu nanti ngapain to mbak filsafat itu?
Aku : Kamu pikir ngapain?
3C : Ya, nggak tahu. Kok milihnya jurusan itu kenapa to mbak?
Aku : Cari kebenaran
3C ketawa
3C : Kebenaran gimana mbak?
Aku : Menurutmu kebenaran itu gimana?
3C : Kan nggak jelas mbak
Aku : Pencari kebenaran nggak akan bilang kalau kebenaran nggak jelas
3C : Kalau nggak ketemu?
Aku : Ya nggak masalah. Yang penting udah nyari.
3C : Trus mau ngapain nanti?
Aku : Bisa ngapain aja. menurutmu bisa apa?
3C : Filsafat itu kan cuma permainan bahasa kayak saya nanya mbak, mbak nanya saya balik.
(Sepertinya aku harus menanggapi dengan serius. Ini jelas perendahan terhadap jurusanku)
Aku : Bisa bedain mana yang pinter muter-muterin kata sama mana yang berfikir dengan cara yang benar nggak? Kalau cuman pinter ngomong, itu namanya cuma lagi berdialektika. Kayaknya keliatan bener, padahal salah. Kalau omongannya bener, berarti dia emang berfilsafat.
3C : Gimana tu mbak?
Aku : Kamu harus paham dasar2 logika untuk tahu bagaimana cara berfikir yang benar
3C : Tapi kan kebenaran itu nggak jelas
Aku : Nggak jelas bagi kamu belum tentu bagi oranglain kan?
3C : Cuma bikin bingung
Aku : Tergantung kapasitas berfikir orang sih.
3C : Emang mau ngapain nanti kalau udah dapet kebenaran
Aku : Mengaplikasikannya di masyarakat
3C : Maksudnya?
Aku : membangun masyarakat. 
3C : Mbak nanti jadi apa?
Aku : Jadi apa aja. Tadi kan udah bilang.
3C : Ya kan itu nggak biasa
Aku : Kalau gitu kamu harus mulai terbiasa,
3C : Emang sekarang kondisinya nggak bener ya mbak?
Aku : Nggak. 
3C : Kayaknya biasa aja tuh mbak
Aku : Karena kamu atau masyarakat kebanyakan sudah nyaman dengan hal-hal yang salah
3C : Kok bilangnya gitu?
Aku : Misal, kalau ada peristiwa korupsi, semua orang udah maklum karena banyak pejabat melakukannya.
3C : Saya juga nggak suka kalau ada yang korupsi mbak
Aku : Baguslah. Terus kamu mau memberantas korupsi gitu?
3C : Ya nggak bisa lah mbak
Aku : Berarti kamu nyaman sama kondisi itu?
3C : Nggak bisa ngapa-ngapain, saya kan bukan siapa-siapa.
Aku : Ya jadikan kamu jadi "Siapa-siapa" itu donk. Kalau kamu beneran peduli, kamu melakukan sesuatu untuk memeranginya.
3C ketawa lagi
3C : Mbak nya lucu
Aku : Aku nggak lagi ngelawak
3C : Emang tahu bener apa nggak itu gimana mbak?
Aku : Kalau cara berfikirnya bener. 
3C : Saya bingung mbak
Aku : Ya... Misal, ada tahap-tahap yang mesti di lalui untuk tahu itu bener apa nggak. Misalnya pakai ilmu logika. Di ilmu logika ada tuh cara mendeteksi salah atau benar
3C : Wah, aku nggak paham yang begituan mbak.
Aku : Ya nggak perlu paham sekarang juga sih,

Kernet mendekat dan bilang kalau  pemilik kursi 4B sebentar lagi akan naik. 3C segera berpindah ke kursinya sendiri dan percakapan kita berakhir. Percakapan belum mencapai konklusi. Tapi semoga saja membuat dia "berfikir" . 

Aku dan Masa Puber Adikku


Berlibur di rumah (baca : Solo) membuatku punya waktu untuk mengamati perkembangan keremajaan adikku. Dua adikku mulai menginjak usia remaja. Mereka berdua memiliki tubuh yang tegap, tinggi dan memiliki wajah yang lumayan. Yang satunya agak hitam seperti bapakku, kecerdasan dan ilmunya dalam  keagamaan cukup membuat gadis menambahkannya dalam daftar "lelaki baik-baik yang mungkin untuk jadi kandidat suami." Yang umur 15 tahun berkulit cerah, tinggi, pintar menggambar, hobi bernyanyi dan cukup populer di sekolah karena juara lomba menggambar dan masuk OSIS. Wajar kalau hanya dengan sedikit aksi, akan ada gadis yang tertarik. Entah hanya sekedar mengobrol, atau untuk hubungan tertentu.

Adikku yang berumur 15 Tahun. Aku tidak punya foto adikku yang 18 tahun
Kedua adikku itu tampaknya senang sekali berinteraksi dengan lawan jenis. Yang umur 15 tahun tahu caranya mengirimkan gombal konyol via pesan FB atau sms. Bahkan kakakku bercerita bahwa adikku itu pernah lembur semalaman untuk membuat gambar yang akan diberikan kepada seorang gadis. Yang 18 tahun, walau ia anak pesantren yang jarang berinteraksi langsung dengan gadis-gadis, tapi sepertinya tahu bagaimana membuat seorang wanita ketagihan ngobrol dengannya. Karena nada SMS dan telpon HP nya terus menerus berbunyi. Saat aku cek pun, inbox HP nya bertuliskan nama seorang gadis sebagai pengirimnya. Aku tidak yakin sih bahwa memang hanya "seorang", aku tidak ingin melanggar privasinya lebih jauh saja.

Tahu seperti itu, rasanya aku ingin mencari tahu tentang siapa gadis2 yang telah di rayu adikku dan mengatakan bahwa adikku belum benar-benar cukup umur untuk serius dalam berhubungan, jadi jangan terlalu dipikirkan. Aku hanya ingin, supaya suatu hari tidak ada gadis yang patah hati karena adikku.

Tapi, aku pikir2 ulang, lebih baik adik-adikku dan para gadis yang dirayu melewati masanya. Karena saat umur segitu, aku sangat senang bila ada seseorang yang merayu dan mengirim ku surat maupun SMS cinta karena membuatku jadi merasa cantik dan percaya diri. Bagaimanapun, Di senangi oleh seorang lelaki di usia seperti itu adalah "Vitamin" kedewasaan. Itu jadi semacam doping kalau di saat2 tertentu aku minder.

Aku sih tidak pacaran saat umurku sepuber itu. Karena aku tidak tahu apa yang harus di lakukan remaja yang berpacaran (serius!). Karena bagiku, menjadi remaja berperilaku seperti kebanyakan orang bukan gaya ku. Dan aku harap adikku juga berprinsip seperti itu. Menjadi seorang "remaja sinetron", tidak pernah menyenangkan. Ibuku telah memberi rambu2 pada keduanya dan mereka akan tahu akibatnya kalau melanggar.

Apa aku kelihatan khawatir dengan masa remaja adikku? Memang masa kecil atau remaja ku bagaimana? Oke, aku ceritakan sedikit.

Bae Yong Jun, Lelaki yang pernah aku anggap tampan
Saat kelas 3 SD, teman sekelasku bernama Mustafa mengirimi surat cinta yang seingatku berbunyi, "Ayu, nanti kita menikah dan punya anak. Ayu nanti kita membeli rumah dan tinggal bersama... dst dst." Aku tidak pernah membalas surat itu karena aku menilai surat cintanya norak dan memalukan untuk anak-anak. Aku juga tidak naksir dengan mustafa yang nakal sampai surat ke 3 disampaikan padaku dan dia yakin kalau dia ditolak. Oh iya, Aku mengijinkan Janti dan Denok yang jadi sahabatku untuk membaca surat itu. Tidak hanya mereka yang membacanya, kakak ku Mbak Ima juga membaca surat itu. Sungguh kasihan ya... TT_TT . Aku tidak hanya "memamerkan" karena aku dicintai oleh seseorang, tapi aku juga suka menggantung perasaan orang. Karena tidak mau pacaran itu, Mustafa jadi membenciku dan mengatakan pada teman-teman kalau mataku terlalu besar dan aku kurus. Sungguh jahat! Tapi aku juga jahat sih karena cuek sama dia. Yah, setimpal...

Sebenarnya, ada juga pengalaman di taksir cowok ataupun naksir cowok pas SMP atau SMA. Tapi karena yang naksir itu ada di Facebook ku semua, aku jadi malu bercerita. Bisa jadi, mereka tersinggung karena aku menceritakan masa-masa "khilafnya" mereka karena naksir seorang gadis sepertiku. Intinya, Aku cukup jadi gadis baik-baik lah. Dan aku hanya ingin terus jadi gadis baik-baik walau di masa dewasa ini, aku agak "nakal". Aku tidak mau cerita bagaimana kenakalan ku. Pokoknya, aku masih suka menggantung perasaan orang, aku masih suka hal yang kekanak-kanakan kadang dan aku suka mengabaikan logika. Ya... seperti itu!

Kembali ke persoalan adikku, karena aku sering acuh dengan cowok atau aku berbuat macam-macam dalam menyikapi lelaki, aku jadi agak khawatir kalau ada gadis yang memperlakukan adikku seperti halnya aku dulu memperlakukan lelaki. Oh iya, lelaki yang aku suka saat umurku 16 tahun membuatku patah hati di usia 20 tahun. Dan aku tidak ingin ada gadis yang menyukai adikku mengalami itu. Atau, aku tidak suka siapapun mengalami itu. Tidak enak!

Waktu SMA, aku pernah memiliki kriteria tertentu untuk mencari sosok lelaki yang pantas ditaksir. Akhirnya, gara-gara Harry Potter dan Detective Conan, aku jadi menganggap lelaki yang punya rambut berantakan dan berkacamata itu keren. Dan aku naksir cowok yang cirinya seputar itu. Sungguh kekanak-kanakan TT_TT. Aku juga senang dengan wajah seperti Bae Yong Jun aktor Drama Korea yang berkacamata dan berkulit putih. Setiap ada lelaki berciri seperti itu, aku jadi lebih memperhatikan dia deh!

Semoga adikku tidak sebodoh aku dalam memilih kriteria. Atau, wajar saja mungkin pada usia remaja, kita semua sebenarnya juga melakukan kebodohan konyol yang bisa kita tertawakan saat dewasa ya? Apa wajar kalau aku tidak ingin adikku mengulangi kesalahan ku? Aku pikir wajar ah. Harus wajar ya jawabnya... Atau jangan-jangan, ada yang tidak suka menertawakan saat-saat konyolnya? Memang sih, masa lalu itu bisa jadi jadi pelajaran berharga, tapi pelajaran yang cukup memalukan.

Yah... Pokoknya, Siapapun yang merasa jadi adikku, Aku, mengawasimu!


Rabu, 01 Agustus 2012

4 Tipe Manusia Terhadap Sebuah Karya.

1) orang yang percaya diri dan senang menampakkan sesuatu yang merupakan hasil karya nya sendiri. Ia menerima resiko dengan komentar suka atau tidaknya orang lain dengan karyanya.
Misalnya, ada beberapa pelaku karya Independen yang mau menerbitkan karya nya sendiri dengan biaya sendiri dan tidak peduli dengan pendapat orang lain. 


Tapi perlu diingat, beda tipis antara menerima kritikan-kritikan orang lain dengan tidak peduli dengan orang lain. Kadang ada orang yg tidak peduli dengan kritikan oranglain tapi bergaya seolah-olah dia sedang mendengarkan kritik. 


Bagaimanapun, tidak ada ruginya bergaya seolah-olah sebagai manusia baik yang bisa mendengar kritikan dari orang lain. Karena bila Kritik telah diajukan dan didiskusikan tapi tidak merubah gaya apapun dari sebuah karya, maka sebenarnya Ia mementahkan kritik itu, tapi sebenarnya Ia bertahan dengan ide dan karya nya.


2) Orang yang lebih percaya diri dengan hasil karya orang lain yang seolah-olah diciptakan sendiri olehnya. Ia menerima pujian dari apa yang tidak di ciptakan akalnya sendiri.


Misalnya orang yang plagiat dalam sebuah karya. Mencontek sebuah lagu asing yang di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.


Ia tahu betul Karya itu bagus. Ia juga yakin bahwa belum banyak yang tahu bahwa karya nya adalah plagiat sehingga Ia berbuat seperti itu. Kepopuleran orang dengan karya seperti ini akan cepat berakhir. Walau akan tetap ada yang memuji karya itu karena ketidaktahuannya terhadap pembuat karya aslinya, atau memang orang menikmati sebuah karya tanpa melihat siapa yang membuat karya tersebut.


3) orang yang ingin karyanya bisa dinikmati orang banyak sehingga  menisbatkan nama orang lain yang lebih pantas untuk di bubuhkan dalam sebuah karya. Ia khawatir, bila sebuah karya yg indah dinisbatkan pada namanya sendiri, orang tidak akan menganggapnya Indah karena meihat siapa yang menulis, bukan apa yg di tulisnya. 


Misal, ada banyak Puisi "Hafidz" dengan gaya "Hafidz" yang sebenarnya bukan ditulis oleh Hafidz. Orang2 menulisnya dengan Hafidz agar orang mau membacanya dan berkata bahwa puisi itu indah karena apapun yg ditulis Hafidz pasti Indah sekalipun mereka tidak mengerti maksudnya)


4) Orang yang menuliskan apapun di dalam karyanya dengan Anonim. Bisa karena tidak menginginkan popularitas, bisa juga karena ingin cari aman dengan apa yang di ciptakannya.


Misal : Pembuat dongeng masa lampau tidak merasa penting dengan hak kekayaan intelektual. Mereka sudah cukup bahagia apabila dongengnya membawa kebaikan bagi generasi muda. 




Disclaimer :
Jangan di jadikan rujukan Ilmiah, Ini terlintas begitu saja di pikiranku dan aku merasa perlu menulisnya. Aku kurang tahu disiplin Ilmu aja yang mungkin pernah membahas ttg hal seperti ini. Jadi, baca saja ya... Silahkan memberi masukan terhadap tulisan ini jika ada yang keliru. Makasih..