Jumat, 18 Mei 2012

Antara Cinta dan harga diri.

Pernah mengalami kejadian seseorang mencibir orang lain bahwa Ia terlalu mencintai sampai tak punya harga diri?


Aku pribadi, pernah mengalami dan melihat itu. Orang mengatakannya cinta buta. Tapi aku bilang itu ketulusan asal tidak menyakiti diri sendiri dan sang kekasih. Ada orang yang mencintai begitu gila sampai membuat kekasih tidak nyaman. Tapi aku tidak ingin membahas cinta yang sampai membuat orang lain tidak nyaman itu. Bagaimanapun, mencintai harus membuat yang kita cintai nyaman, damai dan terlindungi. Bukan sebaiknya. Itulah cinta yang ilahiah.


Ada banyak cinta di dunia ini dengan berbagai kasus yang berbeda. Padahal sumber segalanya hanya 1. Tuhan. Dalam cinta kita akan merasakan Rahman dan Rahim Tuhan. Cinta adalah sebuah perjalan spiritual individu dalam menghayati Tuhan Nya. Orang sebut, pasangan kita adalah Manifestasi Tuhan.


Masih ingat kisah cinta penuh spiritualisme Layla Majnun?


Saat itu, Qeys menjadi gila karena memanggil-manggil Layla sepanjang hari tanpa henti dengan pujian-pujian yang meruntuhkan bebatuan. Sedangkan Layla, dalam sikap diam nya itu Ia telah menyimpan cinta mendalam kepada Qeys tanpa seorangpun tahu. Mana yang lebih dicintai Ilahi? Apakah Qeys yang berkoar-koar, tau Layla yang rahasia?


Dalam menganalogikan mana yang lebih kuat cintanya, para sufi menyederhanakan tanggapan Tuhan terhadap cinta keduanya. Saat Layla dan Qeys sudah menghadap Tuhan. Berikut ini :


"Qeys, mendekatlah, kau sungguh membuatku senang dengan teriakan mu memanggilku atas nama Layla ke seluruh dunia. Dan Kau Layla, sungguh membuatku mencintaimu karena rasa cinta tersembunyi mu telah membuatku memuji lagi diriku atas penciptaan dirimu. Apakah kau senang menyandarkan kepalamu padaku seperti ini Layla? Aku senang sekali kalian berdua menemuiku dalam keadaan cinta seperti ini"


Lihat, bagaimana para sufi memperumpamakan Tuhan yang lebih rapat dengan Layla daripada dengan Qeys. Cinta yang tersembunyi akan makin dalam apabila Ia dapat mendekatan diri kita pada Tuhan.


Lalu, Mencintai seseorang berpengaruh dengan  harga diri?


Kadang seseorang yang mencintai lalu cintanya tidak dapat diterima pihak lain mengatakan bahwa Ia tidak punya harga diri karena mengemis cinta. Walau sudah ditolak sekalipun, Ia tetap
Bagiku pandangan itu keliru.


Padahal, Apabila sesuatu itu membuat jiwa kita jadi lebih indah, maka harga diri kita juga makin tinggi.


Yang membuat harga diri rendah apabila kita menghina orang yang mencintai kita dengan berbagai sebutan kasar dan menyakiti perasaan nya. Padahal Ia telah melihat sisi indah jiwa kita yang mungkin luput dari pandangan orang dan bahkan samar dari pandangan diri kita sendiri.


Muliakan para pecinta...
Jadikan diri kita layak untuk dicintai dan berbahagialah dengan itu walau tidak harus bersama. Mencintai adalah seni, apabila Ia tidak menghargai pecinta, ia tidak menghargai seni dan keindahan. Betapa buruknya orang yang tidak mengerti bahasa keindahan. 


Kalau terpaksa kita tidak dapat menerima cinta seseorang karena suatu hal, tetaplah berterimakasih, tetaplah tersenyum padanya dan mendoakannya. 


Bisakah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?