16 Juli lalu aku dikejutkan dengan sebuah berita duka. Talia Joy Castellano, seorang gadis 13 tahun yang sering menampilkan tutorial make up dan memiliki ratusan ribu Subscribers di Youtube meninggal dunia. Gadis kecil itu pergi setelah berjuang melawan kanker neuroblastoma dan leukemia yang sudah Ia derita sejak usianya 7 tahun.
Dengan percaya diri, Talia biasa mempraktekkan bagaimana caranya memakai make up sambil berceloteh tentang hal-hal lucu untuk viewers nya. Seolah Ia tidak pernah mengalami rasa sakit. Semangatnya melawan kanker telah menginspirasi banyak orang untuk tidak menyerah terhadap apapun kesulitan-kesulitan hidup ini.
Saat kepalanya plontos karena kemo, bukannya depresi seperti kebanyakan orang yang terkena masalah besar, Ia justru membangkitkan sendiri kepercayaan dirinya dengan bermain make up sehingga kepala plontos bukan jadi alasan baginya untuk tidak tampil cantik. "Aku tidak suka menggunakan wig, jadi aku memakai make-up karena membuatku merasa cantik, luar dan dalam."
Saat kepalanya plontos karena kemo, bukannya depresi seperti kebanyakan orang yang terkena masalah besar, Ia justru membangkitkan sendiri kepercayaan dirinya dengan bermain make up sehingga kepala plontos bukan jadi alasan baginya untuk tidak tampil cantik. "Aku tidak suka menggunakan wig, jadi aku memakai make-up karena membuatku merasa cantik, luar dan dalam."
Ketika ditanya oleh Ellen DeGeneres di salah satu tayangan Ellen Show tentang bagaimana caranya agar dapat tetap tampak ceria di sepan semua orang saat menghadapi semua rasa sakit yang menerpanya, Talia justru tertawa dan menjawab, "Memangnya aku harus bagaimana? Depresi?"
Bagi yang belum kenal Talia, ini adalah salah satu tutorial Make up dari Talia.
Bayangkan jika kita berada di posisi Talia, saat orang bertanya hal yang sama, barangkali kita akan menjawab dengan jawaban klise seperti, "Ya... Saya hanya bisa bersabar," atau jangan-jangan beberapa diantara kita justru menyalahkan Tuhan dengan mengatakan, "Ini sudah takdir Tuhan, saya harus tabah". Caranya menjawab pertanyaan Ellen adalah cermin dari kekuatan yang barangkali tidak kita punya. Hanya dengan memandangnya lewat video-videonya, kita mendapat energi positif dari kecerdasan, kedewasaan, kecantikan dan kekuatannya, hingga itu semua menular pada kita semua.
Senyum ceria Talia Credit Photo : thesilverpen.com |
Saat mendengar perginya Talia karena leukimia, aku jadi teringat seorang kawan bernama Syahid. Syahid sebenarnya adalah sahabatnya sahabatku, Miftah. Karena mereka berdua bersahabat dekat, maka aku jadi temannya juga. Syahid yang biasanya beredar di sekitar Iran Corner UIN Ciputat harus kembali ke rumahnya di Garut karena penyakit leukimia yang menggerogoti kesehatannya mulai berulah tidak biasa. Lagipula, rumahnya berada tepat di depan Rumah Sakit Garut dan kedua orangtuanya dokter. Ia akan lebih terawat jika berada dekat dengan orangtuanya daripada di Ciputat.
Lama tidak bertemu Syahid, akhirnya bulan Mei lalu Aku dan Miftah menjenguknya ke Garut. Syahid yang telah berjuang melawan leukimia sejak Ia berusia 14 tahun tampak lemas dan pucat tapi terus memasang wajah ceria menyambut kedatangan kami.
Esoknya di Garut, Aku dan Miftah menemani Syahid untuk cek laboratorium. Eh, sama adiknya Syahid juga yang dapet tugas nyetir mobil. Nggak bisa dibilang menemani juga sih, aku sempet bilang ke Syahid juga kalau aku sebenernya pengen jalan muter-muter Garut. Jadi sepertinya Syahid yang justru menemaniku muter-muter Garut, bukan sebaliknya. Akhirnya, Syahid meminta adiknya untuk jalan memutar selesainya kita cek lab supaya aku bisa liat-liat kota Garut dari jendela mobil selama perjalanan pulang. Walau jalan itu memutar, tetep aja, itu berasa deket banget. Cuma semalam di Garut, Tapi rasanya aku seneng banget bisa nengokin Syahid. Miftah bilang, Juni nanti pengen nengokin lagi kalau sempet. Walau akhirnya kita nggak sempet ke Garut lagi. Sedihnya...
Melihat semangatnya untuk tetap sehat, Aku yakin suatu hari Ia akan sembuh atau minimal, Ia akan bertahan lebih lama...
Syahid yang aku kenal selalu berwajah ceria, cerdas, sangat baik, juga memiliki energi positif yang membuat orang-orang di sekitarnya nyaman dan tidak punya alasan untuk tidak mencintainya. Ia bercerita tentang transfusi darah, suntik, minum obat, hasil laboratorium dan segala hal tentang penyakitnya tanpa di sensor sehingga kadang aku bergidik ngeri mendengarnya. Ia bercerita biasa saja seolah itu semua bukan sebuah kesakitan. Seolah itu sebuah running news di televisi yang disikapi dengan biasa.
Tanggal 18 Juli, 2 hari setelah perginya Talia, Syahid akhirnya sembuh. Ia menemui kekasih yang biasa Ia sebut dalam doa-doa pengharapannya. Ia tidak lagi kesakitan, tidak harus berkali-kali cek laboratorium, tidak perlu lagi menghadapi jarum suntik dan infus. Ia pergi dengan jejak-jejak kebaikan yang akan dikenang semua orang yang mengenalnya. Begitu banyak saksi yang telah merasakan kebaikannya. Syahid, telah menancapkan kenangan abadi di hati semua orang yang pernah mengenalnya.
Syahid Juli Ashari Credit photo : Miftah Fadlullah |
Baik Talia maupun Syahid, adalah orang yang barangkali tidak pernah benar-benar kita kenal. Kita tidak bisa dengan lancar mendeskripsikan seberapa besar makna mereka dalam kehidupan kita. Kita juga tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana sosok sebenarnya. Masing-masing memiliki Talia atau Syahid dalam dunia idenya. Walau dengan berbagai sudut pandang, kita memiliki satu kesamaan. Semua yang kita tahu adalah kepingan-kepinggan kenangan indah yang berkilauan di jalan cahaya.
Surakarta, 19 Juli-14 Agustus 2013.
Rest In Peace Thalia Joy Castellano and Muhammad Syahid Juli Ashari
We Love You...
Ayu, tulisanmu membuat aku malam ini bnr inget sama almarhum kakaku....
BalasHapusmeski akhirnya ia tdk kuat menahan penyakitnya, tapi ia selalu tersenyum saat kami sekeluaga mnjenguk...
Kakakmu sakit apa? Semoga dilapangkan Kuburnya, di beri tempat terbaik di sisiNya, dimudahkan jalannya,,, Amin...
BalasHapus