Jumat, 25 Maret 2011

Biografi Allamah Thabathabai


Karena ngefans berat sama Filosof, Ilmuan, Ulama, tokoh pejuang sejati ini dan sekalian bikin makalahnya tentang Al mizan, Aku publish aja biodatanya. Silahkan dibaca-baca... barangkali mau ikutan ngefans juga sama beliau. Nggak pernah rugi kan meneladani dan mengidolakan Tokoh yang Baik dan pinter banget gini...

Nah...ini pembahasannya . Cekidot! 

Allamah Thabathabai lahir pada tanggal 29 Dzulhijjah 1321 H dengan nama Thabathaba'i At-Tabrizi al-Qadhi di desab Shadegan (Profinsi Tabriz) dalam satu keluarga Sayyid (Keturunan Nabi Muhammad Jalur Ja'far Shadiq). Thabathaba'i lahir dididik dalam lingkungan ulama dan religius. Sehingga sebelum ayahnya wafat, Thabathabai memperoleh pendidikan langsung dari Ayah dan Kerabatnya. Namun setelah Ayahnya wafat, Ia dididik oleh guru Privat yang datang kerumah untuk mengajar bahasa Parsi dan Ushuluddin.

Setelah dirasa memiliki dasar-dasar agama, pada tahun 1344 H Ia melanjutkan Studi tentang Al Quran dan pelajaran agama lain di kota Tabriz. Selama 7 tahun Ia belajar Bahasa Arab dan mengkaji ajaran agama dan teks klasik Islam. Setelah selesai tingkat pelajaran awal pada tahun 1344 H Ia hijrah ke hauzah Najaf untuk melanjutkan pendidikan.

Dalam bidang ilmu tekstual Ia berguru pada Mirza Muhammad Husain Na'ini di An Najaf Al Asyraf. Berguru juga dengan Syekh Muhammad Husain Isfahani (putra Syaikhul Islam Al Mirza Abdurrahim) hingga mencapai Mujtahid sempurna. Ia telah mencapai tingkat ilmu makrifah. 1Gelar Al Allamah artinya Yang sangat Pandai disematkan padanya oleh para cendekiawan dan orang pada zamannya.

      Keduanya ini bersama Asy Syaikh Dhiyaudin (putra Maula Muhammad) Iraqi sangat dihormati di dunia Syiah. Mereka termasuk di antara ulam-ulama paling menonjol bukan saja di bidang-bidang yurispendensi Syiah dan prinsip-prinsip dasar yurispendensi, namun jugha dalam studi Islam. Pendapat-pendapat yang mereka paparkan dan teori-teori yang mereka kemukakan diikuti oleh para ulama setelah mereka. Mereka mendirikan mazhab berfikirnya sendiri-sendiri. Mereka mendidik ribuan ulama dan ahli hukum Syiah dan semua marja’ taqlid (otoritas tertinggi untuk fiqh, yurispundensi, aturan-aturan syariat yang putusan-puutusannya diikuti oleh umat) dunia syiah hingga dewasa ini merupakan murid-murid mereka. Isfahani merupakan filosof yang tak tertandingi pada zamannya, seorang penulis dan penyair Arab dan Persia yang piawai. Ia adalah genius yang prestasi-prestasinya membuat orang memandang dirinya sebagai ideal. 2

Sedangkan gurunya dalam bidang Matematika tradisional adalah Sayyid Abul Qasim Khunsari. Dari hasil belajar dengan gurunya inilah Allamah Thabathabai menulis buku tentang beberapa topik matematika tinggi yang memuat teori-teori khusus dari gurunya.

Dalam bidang Filsafat dan metafisika Islam Ia dibimbing oleh Sayyid Husain Bad-Kubai. Di bidang etika dan spiritual, Ia dididik oleh keluarganya sendiri yaitu As Sayyid Ali Agha Thabathabai yang merupakan seorang ulama yang memiliki sekolah etika dan yang hingga kini masih kuat hingga kini.

      Dengan pengaruh guru-gurunya tersebut Allamah Thabathabai memiliki otoritas terpandang di bidang studi keagamaan seperti fiqih dan dasar-dasarnya. Dikatakan bahwa prestasi akademisnya direduksi oleh kemasyhuran dan reputasinya sebagai seorang filosof dan sekaligus insan spiritual. Religius dan mistis lagi transenden.3

Dalam menelaah karya-karya para pendahulu seperti Asy syifa karya Ibn Sina, Al Asfar Al Arbah karya Mulla Shaddra dan Tamhid al-Qawa'id karya Ibnu Kurkah di bawah bimbingan Sayyid Bad-Kubaiy. Selain itu, Ia juga menjadi murid dua Ulama besar Tehran saat itu, Yaitu Sayyid Abul Hasan Jelwah dan Agha Ali Mudarris Zununi.

Allamah Thabathabai mencapai derajat Ijtihad tahun 1354 H dan saat itu Ia kembali ke kota kelahirannya di Tabriz. Sekembalinya di Tabriz, Ia bertani sampai 10 Tahun dan benar-benar jauh dari kegiatan ilmiah dan dunia pemikiran. Di tahun-tahunnya sebagai petani, meletuslah perang dunia kedua yang menyebabkan Iran mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Saat itu dibawah rezim Reza Pahlevi Irang memiliki hubungan diplomatik dengan Jerman dan menghindari hubungan diplomatik dengan Inggris. Rezim Reza Pahlevi yang dekat dengan Jerman dan semena-mena tersebut telah membuat bangsa Iran saat itu sulit. Pembantaian terhadap sipil marak dan dengan kondisi tersebut dan Iran jatuh pada pendudukan asing. Dengan situasi demikian, Allamah Thabathabai terpanggil untuk pindah ke Qum pada tahun 1946. sejarah telah mencatat bahwa Ia juga turut dalam terjadinya Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini pada tanggal 11 Febuari 1979.

Sejak Perang dunia II, Faham Marxisme menjadi mode pemikiran sebagian generasi muda Tehran. Dari sini Allamah thabathabai mencoba menawarkan pemikiran Islam yang bertujuan menyembuhkan kebobrokan moral para generasi muda. Allamah Thabathabai gencar menyampaikan pesan Intelektual yang disampaikan untuk membangun basis metafisis religius dan berusaha menyingkirkan pandangan dunia Materialisme. Ia tekun mempelajari dasar pemikiran filsafat komunisme. Hasil kajian itu dituangkannya dalam buku berjudul Usul e Falsafeh va Rawesh e Realism. Buku ini dijadikan bahan acuan pengajaran dan bimbingan bagi kalangan generasi muda di hawzah Qom.4

Ketika beliau membuka pegajaran Al Asfar Mulla Shaddra, Ulama berpengaruh saat itu, Allamah Burujirdi mengancam akan memotong beasiswa murid-murid Thabathabai. Ayatullah Burujirdi mengakui bahwa dia sendiri pernah mempelajari al asfar secara diam-diam. Dia tidak berkeberatan atas pengajaran filsafat secara privat, tapi filsafat dinilainya sebagai membahayakan. Berujirdi khawatir apabia filsafat diajarkan secara terbuka, kepercayaan-kepercayaan mursal (unorthodox) akan menyebar. Thabathabai menanggapi bahwa setelah “berkonsultasi” dengan kumpulan puisi Hafidz yang diundinya secara acak (istikharah-pen) , dia sepenuhnya teryakinkan untuk tidak menghentikan pengajarannya. Syair yang diperolehnya ialah sebagai berikut :

Aku bukanlah berandalan
Yang meninggalkan keindahan dan cawan
Sang pujangga sangat tahu
Aku takkan berbuat seperti itu

      Lagi pula, lanjut Thabathabai, murid-murid hauzah tidak sedang berada dalam kemurnian ideologi, tetapi sejak semuila telah membutuhkan pengajaran macam itu guna menghilangkan keragu-raguan mereka dan menyiapkan mereka untuk memerangi materialisme. Atas dasar itu thabathabai berniat meneruskan pelajarannya kecuali bilamana Ayatullah Burujirdi secara resmi memintanya berhenti. Setelah itu Ayatullah Burujirdi tak lagi mencoba urusan pelajaran Allamah Thabathabai malahan memperlakukan Allamah dengan rasa hormat dan memberinya hadiah Al Quran yang mewah.5

     Beliau mengenal dunia barat dan suasana kejiwaan orang barat. Salah satu contohnya dalam pengenalan tersebut adalah terbitnya buku Shia yang merupakan salah satu usulan dari orientalis barat bernama Kenneth Morgan dari Universitas Colgate. Morgan saat itu ingin menyuguhkan agama timur kepada barat dengan sudut pandang tokoh terkemuka dari agama tersebut. Setelah berkonsultasi dengan Sayyed Husein Nasr, ditetapkanlah bahwa Allamah Thabathabai adalah yang paling layak untuk menulis buku tersebut. Buku berjudul Shi’a (dalam bahasa Indonesia berjudul Islam Syiah) memenuhi harapan dan keinginan Morgan.

Buku tersebut ditu;is dengan prinsip-prinsip Intelektual dan dari sudut pandang Syiah yang otentik. R.M Burrel dan D.O Morgan menilai buku Thabathabai tesebut sebagai buku yang menjelaskan ajaran Islam Syiah dengan sebuah pendekatan sintesis berdasarkan pendapat-pendapat ahli-ahli barat dan pendapat kalangan Syiah sendiri. Oleh karena itu buku tersebut menjadi rujukan para penulis tentang syiah sendiri baik dari kalangan Islam maupun dari kalangan Barat.6

       Karya Allamah Thabathabai yang paling penting adalah Al Mizan fi Tafsir al Quran sebanyak 20 jilid. Karyanya yang lain adalah Ushhul-e Falsafah wa Rawesy-e Realism (Prinsip-prinsip Filosofi dan doktrin Realisme) yang merupakan studi komparatif filosofi islam dan berbagai mazhab pemikiran anti islam khususnya marxisme dalam 5 Jilid. Hasyiah bar asfar yang berisi buku catatan pinggir atas al asfar al arbaah yang kini dianggap penafsiran paling modern terhadap karya terbesar Mulla Shaddra. Mushahabeh ba Ustad Corbin yang merupakan tanya jawab antara Thabathabai dan Henry Corbin mengenai Fundamental dalam Islam yang terdiri dari 2 jilid. Quran dar Islam atau kedudukan Al Quran dalam Islam dan berbagai karya lainnya berupa essay dan buku yang mencapai 96 buah.

     Berkat kegigihannya mengajar Filsafat di Hauzah Qom Iran kini secara umum telah sejajar dengan Fiqh dan Ushul Fiqh. Dan bidang filsafat yang awalnya kurang populer di Qom menjadi Pelajaran yang disegani hingga kini. Karena konsentrasi mengajarnya itulah Ulama ini rela mengorbankan karir fiqihnya sehingga tidak menjadi marja atau menyandang gelar Ayatullah Al Uzhma sebagaimana rekan-rekan semasanya.

Dari kegigihannya mengajar, telah tercetak para pemikir dan ulama yang mengembangkan studi Irfan, Filsafatm Politik, tafsir, dan sebagainya. Diantaranya ialah Ayatullah Jawadi Amuli, Ayatullah Murthada Muthahhari, Ayatullah Mehdi Haeri Yazdi, Ayatullah Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Ayatullah Ali Khamenei, Ayatullah Ibrahim Amini, Prof. Dr. Henry Corbin, Prof. Dr. Sayyed Hossein Nasr, Prof. Dr. William Chithick dan sebagainya.


     Allamah Thabathabai wafat pada tahun 1981 dalam Usia 81 tahun dan dimakamkan di sisi Hazrat Ma’shumah kota Qom Iran.


Footnote : 
1 Thabathabai, “Tafsir Al Mizan Mengupas Ayat-ayat Kepemimpinan” (Jakarta, CV Firdaus, 1991) hal. 1
2 Thabathabai, “Tafsir Al Mizan”, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan (Jakarta : Lentera, 2010) hal. 12
3 Ibid, hal 13
4 Muhsin Labib, “Para Filosof” (Jakarta : Al Huda 2005) hal 260
5Muhammad Taqi Misbah Yazdi “Buku daras Filsafat Islam” (Bandung : Mizan 2003) hal xx, merujuk pada Allamah Ayatullah Sayyid Muhammad Husain Husaini Tehrani, Mir-e Taban (Teheran: Baqir Al-Ulum,11), hh 60-62-penrj. Inggris
6 Muhsin Labib, “Para Filosof” (Jakarta : Al Huda 2005) hal 262

4 komentar:

Komentar Kamu?