Karena ngefans berat sama Filosof, Ilmuan, Ulama, tokoh pejuang sejati ini dan sekalian bikin makalahnya tentang Al mizan, Aku publish aja biodatanya. Silahkan dibaca-baca... barangkali mau ikutan ngefans juga sama beliau. Nggak pernah rugi kan meneladani dan mengidolakan Tokoh yang Baik dan pinter banget gini...
Nah...ini pembahasannya . Cekidot!
Allamah
Thabathabai lahir pada tanggal 29 Dzulhijjah 1321 H dengan nama
Thabathaba'i At-Tabrizi al-Qadhi di desab Shadegan (Profinsi Tabriz)
dalam satu keluarga Sayyid (Keturunan Nabi Muhammad Jalur Ja'far
Shadiq). Thabathaba'i lahir dididik dalam lingkungan ulama dan
religius. Sehingga sebelum ayahnya wafat, Thabathabai memperoleh
pendidikan langsung dari Ayah dan Kerabatnya. Namun setelah Ayahnya
wafat, Ia dididik oleh guru Privat yang datang kerumah untuk mengajar
bahasa Parsi dan Ushuluddin.
Setelah
dirasa memiliki dasar-dasar agama, pada tahun 1344 H Ia melanjutkan
Studi tentang Al Quran dan pelajaran agama lain di kota Tabriz.
Selama 7 tahun Ia belajar Bahasa Arab dan mengkaji ajaran agama dan
teks klasik Islam. Setelah selesai tingkat pelajaran awal pada tahun
1344 H Ia hijrah ke hauzah Najaf untuk melanjutkan pendidikan.
Dalam
bidang ilmu tekstual Ia berguru pada Mirza Muhammad Husain Na'ini
di An Najaf Al Asyraf. Berguru juga dengan
Syekh Muhammad Husain Isfahani (putra
Syaikhul Islam Al Mirza Abdurrahim) hingga mencapai Mujtahid
sempurna. Ia telah mencapai tingkat ilmu makrifah.
1Gelar
Al Allamah artinya Yang sangat Pandai disematkan padanya oleh para
cendekiawan dan orang pada zamannya.
Keduanya
ini bersama Asy Syaikh Dhiyaudin (putra Maula Muhammad) Iraqi sangat
dihormati di dunia Syiah. Mereka termasuk di antara ulam-ulama paling
menonjol bukan saja di bidang-bidang yurispendensi Syiah dan
prinsip-prinsip dasar yurispendensi, namun jugha dalam studi Islam.
Pendapat-pendapat yang mereka paparkan dan teori-teori yang mereka
kemukakan diikuti oleh para ulama setelah mereka. Mereka mendirikan
mazhab berfikirnya sendiri-sendiri. Mereka mendidik ribuan ulama dan
ahli hukum Syiah dan semua marja’ taqlid (otoritas tertinggi untuk
fiqh, yurispundensi, aturan-aturan syariat yang putusan-puutusannya
diikuti oleh umat) dunia syiah hingga dewasa ini merupakan
murid-murid mereka. Isfahani merupakan filosof yang tak tertandingi
pada zamannya, seorang penulis dan penyair Arab dan Persia yang
piawai. Ia adalah genius yang prestasi-prestasinya membuat orang
memandang dirinya sebagai ideal. 2
Sedangkan
gurunya dalam bidang Matematika tradisional adalah Sayyid Abul
Qasim Khunsari. Dari hasil belajar dengan gurunya
inilah Allamah Thabathabai menulis buku tentang beberapa topik
matematika tinggi yang memuat teori-teori khusus dari gurunya.
Dalam
bidang Filsafat dan metafisika Islam Ia
dibimbing oleh Sayyid Husain Bad-Kubai. Di bidang
etika dan spiritual, Ia dididik oleh keluarganya sendiri yaitu As
Sayyid Ali Agha Thabathabai yang merupakan seorang ulama yang
memiliki sekolah etika dan yang hingga kini masih kuat hingga kini.
Dengan
pengaruh guru-gurunya tersebut Allamah Thabathabai memiliki otoritas
terpandang di bidang studi keagamaan seperti fiqih dan
dasar-dasarnya. Dikatakan bahwa prestasi akademisnya direduksi oleh
kemasyhuran dan reputasinya sebagai seorang filosof dan sekaligus
insan spiritual. Religius dan mistis lagi transenden.3
Dalam
menelaah karya-karya para pendahulu seperti Asy syifa karya
Ibn Sina, Al Asfar Al Arbah karya Mulla Shaddra dan Tamhid al-Qawa'id
karya Ibnu Kurkah di bawah bimbingan Sayyid Bad-Kubaiy. Selain itu,
Ia juga menjadi murid dua Ulama besar Tehran saat itu, Yaitu Sayyid
Abul Hasan Jelwah dan Agha Ali Mudarris
Zununi.
Allamah
Thabathabai mencapai derajat Ijtihad tahun 1354 H dan saat itu Ia
kembali ke kota kelahirannya di Tabriz. Sekembalinya di Tabriz, Ia
bertani sampai 10 Tahun dan benar-benar jauh dari kegiatan ilmiah dan
dunia pemikiran. Di tahun-tahunnya sebagai petani, meletuslah perang
dunia kedua yang menyebabkan Iran mengalami kondisi yang sangat
memprihatinkan. Saat itu dibawah rezim Reza
Pahlevi Irang memiliki hubungan diplomatik dengan Jerman dan
menghindari hubungan diplomatik dengan Inggris. Rezim Reza Pahlevi
yang dekat dengan Jerman dan semena-mena tersebut telah membuat
bangsa Iran saat itu sulit. Pembantaian terhadap sipil marak dan
dengan kondisi tersebut dan Iran jatuh pada
pendudukan asing. Dengan situasi demikian, Allamah Thabathabai
terpanggil untuk pindah ke Qum pada tahun
1946. sejarah telah mencatat bahwa Ia juga turut
dalam terjadinya Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini
pada tanggal 11 Febuari 1979.
Sejak
Perang dunia II, Faham Marxisme menjadi mode pemikiran sebagian
generasi muda Tehran. Dari sini Allamah
thabathabai mencoba menawarkan pemikiran Islam yang bertujuan
menyembuhkan kebobrokan moral para generasi muda. Allamah Thabathabai
gencar menyampaikan pesan Intelektual yang disampaikan untuk
membangun basis metafisis religius dan berusaha menyingkirkan
pandangan dunia Materialisme. Ia tekun mempelajari dasar pemikiran
filsafat komunisme. Hasil kajian itu dituangkannya dalam buku
berjudul Usul e Falsafeh va Rawesh e Realism. Buku ini dijadikan
bahan acuan pengajaran dan bimbingan bagi kalangan generasi muda di
hawzah Qom.4
Ketika
beliau membuka pegajaran Al Asfar Mulla Shaddra, Ulama berpengaruh
saat itu, Allamah Burujirdi mengancam akan memotong beasiswa
murid-murid Thabathabai. Ayatullah
Burujirdi mengakui bahwa dia sendiri pernah mempelajari al asfar
secara diam-diam. Dia tidak berkeberatan atas pengajaran filsafat
secara privat, tapi filsafat dinilainya sebagai membahayakan.
Berujirdi khawatir apabia filsafat diajarkan secara terbuka,
kepercayaan-kepercayaan mursal (unorthodox) akan menyebar.
Thabathabai menanggapi bahwa setelah “berkonsultasi” dengan
kumpulan puisi Hafidz yang diundinya secara acak (istikharah-pen)
, dia sepenuhnya teryakinkan untuk tidak menghentikan pengajarannya.
Syair yang diperolehnya ialah sebagai berikut :
Aku
bukanlah berandalan
Yang
meninggalkan keindahan dan cawan
Sang
pujangga sangat tahu
Aku
takkan berbuat seperti itu
Lagi
pula, lanjut Thabathabai, murid-murid hauzah tidak sedang berada
dalam kemurnian ideologi, tetapi sejak semuila telah membutuhkan
pengajaran macam itu guna menghilangkan keragu-raguan mereka dan
menyiapkan mereka untuk memerangi materialisme. Atas dasar itu
thabathabai berniat meneruskan pelajarannya kecuali bilamana
Ayatullah Burujirdi secara resmi memintanya berhenti. Setelah itu
Ayatullah Burujirdi tak lagi mencoba urusan pelajaran Allamah
Thabathabai malahan memperlakukan Allamah dengan rasa hormat dan
memberinya hadiah Al Quran yang mewah.5
Beliau
mengenal dunia barat dan suasana kejiwaan orang barat. Salah satu
contohnya dalam pengenalan tersebut adalah terbitnya buku Shia yang
merupakan salah satu usulan dari orientalis barat bernama Kenneth
Morgan dari Universitas Colgate. Morgan saat itu ingin menyuguhkan
agama timur kepada barat dengan sudut pandang tokoh terkemuka dari
agama tersebut. Setelah berkonsultasi dengan Sayyed Husein Nasr,
ditetapkanlah bahwa Allamah Thabathabai adalah yang paling layak
untuk menulis buku tersebut. Buku berjudul
Shi’a (dalam bahasa Indonesia berjudul Islam Syiah) memenuhi
harapan dan keinginan Morgan.
Buku
tersebut ditu;is dengan prinsip-prinsip Intelektual dan dari sudut
pandang Syiah yang otentik. R.M Burrel dan D.O Morgan menilai buku
Thabathabai tesebut sebagai buku yang menjelaskan ajaran Islam Syiah
dengan sebuah pendekatan sintesis berdasarkan pendapat-pendapat
ahli-ahli barat dan pendapat kalangan Syiah sendiri. Oleh karena itu
buku tersebut menjadi rujukan para penulis tentang syiah sendiri baik
dari kalangan Islam maupun dari kalangan Barat.6
Karya
Allamah Thabathabai yang paling penting adalah Al
Mizan fi Tafsir al Quran sebanyak 20 jilid. Karyanya yang lain adalah
Ushhul-e Falsafah wa Rawesy-e Realism
(Prinsip-prinsip Filosofi dan doktrin Realisme) yang merupakan studi
komparatif filosofi islam dan berbagai mazhab pemikiran anti islam
khususnya marxisme dalam 5 Jilid. Hasyiah
bar asfar yang berisi buku catatan
pinggir atas al asfar al arbaah yang kini dianggap penafsiran paling
modern terhadap karya terbesar Mulla Shaddra. Mushahabeh
ba Ustad Corbin yang merupakan tanya
jawab antara Thabathabai dan Henry Corbin mengenai Fundamental dalam
Islam yang terdiri dari 2 jilid. Quran
dar Islam atau kedudukan Al Quran dalam
Islam dan berbagai karya lainnya berupa essay dan buku yang mencapai
96 buah.
Berkat
kegigihannya mengajar Filsafat di Hauzah Qom Iran kini secara umum
telah sejajar dengan Fiqh dan Ushul Fiqh. Dan bidang filsafat yang
awalnya kurang populer di Qom menjadi Pelajaran yang disegani hingga
kini. Karena konsentrasi mengajarnya itulah Ulama ini rela
mengorbankan karir fiqihnya sehingga tidak menjadi marja atau
menyandang gelar Ayatullah Al Uzhma sebagaimana rekan-rekan
semasanya.
Dari
kegigihannya mengajar, telah tercetak para pemikir
dan ulama yang mengembangkan studi Irfan, Filsafatm Politik, tafsir,
dan sebagainya. Diantaranya ialah Ayatullah Jawadi Amuli, Ayatullah
Murthada Muthahhari, Ayatullah Mehdi Haeri Yazdi, Ayatullah Muhammad
Taqi Misbah Yazdi, Ayatullah Ali Khamenei, Ayatullah Ibrahim Amini,
Prof. Dr. Henry Corbin, Prof. Dr. Sayyed Hossein Nasr, Prof. Dr.
William Chithick dan sebagainya.
Allamah Thabathabai wafat pada tahun 1981 dalam Usia 81 tahun dan dimakamkan di sisi Hazrat Ma’shumah kota Qom Iran.
Footnote :
1
Thabathabai, “Tafsir Al Mizan Mengupas
Ayat-ayat Kepemimpinan” (Jakarta, CV Firdaus, 1991) hal. 1
2
Thabathabai, “Tafsir Al Mizan”,
diterjemahkan oleh Ilyas Hasan (Jakarta : Lentera, 2010) hal. 12
3
Ibid, hal 13
4
Muhsin Labib, “Para Filosof” (Jakarta : Al
Huda 2005) hal 260
5Muhammad
Taqi Misbah Yazdi “Buku daras Filsafat Islam” (Bandung : Mizan
2003) hal xx, merujuk pada Allamah Ayatullah Sayyid Muhammad Husain
Husaini Tehrani, Mir-e Taban (Teheran: Baqir Al-Ulum,11), hh
60-62-penrj. Inggris
6
Muhsin Labib, “Para Filosof”
(Jakarta : Al Huda 2005) hal 262
Izin copas.
BalasHapusSilahkan, kalau di blog sebutin sumber ya ^^. Thx
HapusIzin share fotonya ya mbak :)
BalasHapusthanks makalahnya,,,smga bermanfaat,,,
BalasHapus