Kehidupan
Feuerbach adalah salah satu
Hegelian sayap kiri. Awalnya ia juga belajar ilmu-ilmu protestan. Ia
mempelajari teologi dan pada tahun 1825 Ia mulai meninggalkan ilmu teologi yang
dipelajarinya untuk belajar filsafat. Ia bahkan pernah mengajar tanpa dibayar.
Pengabdiannya tersebut juga tidak memberikan Ia jabatan akademis hingga Ia
memutuskan untuk keluar dari universitas dan belajar secara otodidak. Karyanya
adalah kritik terhadap religiusitas yang diagung-agungkan oleh para manusia
pada umumnya.
Pemikiran Filsafat
Menurut Feuerbach, sistem
filosofis yang ditegakkan Hegel adalah sebagai puncak tertinggi dari
Rasionalisme Eropa. Namun secara konkret sisitem Hegelian tidak cocok
diterapkan dimanapun. Kenyataan indrawi yang konkret adalah alam material
sebagai kenyataan akhir. Alam diketahui lewat pikiran. Objek dapat diketahui
sebagai objek yang sadar, artinya bahwa manusia dapat mencapai kesadarannya
hanya dengan cara membedakan dirinya dengan Alam tersebut. Alam adalah dasar
bagi para manusia. “Idea”,“Roh”, “logos” diubah menjadi materialisme.
Jika alam material adalah alam,
maka manusia dapat merefleksikan hakikat dirinya sendiri. Hakikat manusia yang
dimaksud disini adalah rasio, kehendak, dan hatinya. Ketiganya dapat
direalisasikan sampai tak terbatas menjadi sesuatu yang disebut “Allah”. Dalam
kristen Allah dipahami sebagai Yang Mahabaik (kehendak sempurna), Yang Mahatahu
(rasio), dan Kasih (hati sempurna). Hakikat Allah adalah hakikat kita sendiri
yang sudah dibebaskan dari segala keterbatasan. Dengan mengandaikan hakikat
Allah ada pada hakikat manusia, maka teologi agama kristen hanyalah sebuah
antropologi belaka. Dan teori Hegel justru sebagai pembuktian kebenaran Kristen
itu sendiri. Inilah yang dikritik keras Feuerbach dari Hegel.
Manusia memiliki kekuatan hakiki
sendiri berupa kemampuan berpikir tentang kesempurnaan, menghendaki kebaikan
dan merasakan cinta. Namun segala sifat tersebut memiliki keterbatasan.
Sedangkan ada sebuah kenyataan yang diluar dirinya yang memiliki sesuatu tak
terbatas yang disebut sebagai kenyataan objektif. Kesadaran manusia itu menurut
istilah Feuerbach disebut dengan proyeksi diri yang menjadi sebuah alienasi
diri. Dengan memproyeksikan dirinya sendiri keluar, manusia menganggap hasil
proyeksinya sebagai sesuatu yang lain dari dirinya sendiri dan menghadapi
dirinya sendiri sebagai objek. Tuhan sebagai proyeksi diletakkan menjadi Yang
Sempurna dan manusiamalah meletakkan dirinya sebagai sifat kebalikan dari Tuhan
dan disifati dengan sesuatu yang hina. Misalkan, Tuhan Mahabaik, maka manusia
itu buruk. Tuhan Suci sedangkan manusia itu jahat. Padahal menurut Feuerbach
Allah yang diagungkannya adalah tak lain dengan hakikatnya sendiri. Allah
sebagai alienasi dari manusia sendiri memberikan kesimpulan bahwa agama tak
lain hanyalah sebuah kenyataan negatif yang harus diatasi oleh manusia.
Tapi
bukan berarti agama tidak ada gunanya. Karena seperti yang telah disebutkan
diatas, manusia harus menyadari hakikat dirinya dengan melakukan proyeksi diri.
Dalam Kristen, puncak proyeksi diri ada pada Putra Allah yang harus dicapai
lebih dahulu sebelum kita benar-benar melepasnya dan menuju konsep-konsep
antropologi. Pada akhirnya, teologi tersebut akan beralih pada antropologi.
Proses ini menurut Feuerbach adalah seperti manusia yang terbangun dari mimpi-mimpinya
dan menyadari diri sepenuhnya bahwa tujuan hidupnya itu adalah dirinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Kamu?