Kehidupan
Semula Schopenhauer diharapkan
menggeluti dunia bisnis sesuai dengan keinginan Ayahnya. Namun setelah kematian
ayahnya Iaberpindah ke Filsafat dan mengagumi filsafat Plato dan Kant. Ia juga
mendengarkan kuliah fichte Namun tidak pernah terpengaruh pada nasionalisme
sempit yang menjangkiti kebanyakan Intelektual Jerman. Ia adalah seorang
kosmopolitan.
Tahun 1814-1818 Schopenhauer
tinggal di Dresden dan menghasilkan karya Die
Welt als Wille und Vorstellung (Dunia sebagai kehendak dan presentasi).
Pada tahun 1844 buku tersebut baru laku dengan 60 bab tambahan. Tahun 1820 dia
memberikan kuliah di Berlin dan banyak mengecam Hegel. Tema yang Ia angkat saat
itu adalah tentang kesia-siaan, penderitaan dan kejahatan.
Schopenhauer adalah filsuf jerman
paling menonjol pada abad 19. Ia adalah putra dari tuan tanah di Danzig yang
lahir pada tanggal 22 Febuari 1788. Ayahnya berharap Ia menyukai bisnis seperti
dirinya sehingga Ia memfasilitasi Schopenhauer untuk mengembangkan bidang
bisnis ke negara lain. Untuk menyenangkan Ayahnya, Schopenhauer menjalankan apa
yang diharapkan ayahnya.
Setelah ayahnya meninggal,
Schopenhauer meneruskan studinya ke Universitas Gottugen dan mempelajari
kedokteran. Lalu ia lebih tertarik ke filsafat. Selama mempelajari filsafat, Ia
mengagumi Plato dan Kant, Tahun 1811-1813 Ia melanjutkan studi ke Berlin dan
mendengarkan kuliah Fichte. Karena itu Ia tidak terpengaruh pada sikap
nasionalistis sempit yang menjangkiti para intelektual Jerman. Nasionalisme
Sempit yang dimaksud saat itu adalah tentang gerakan Nazi, Ia adalah seorang
kosmopolitan.
Ia sangat terpengaruh oleh Kant.
Hal itu terlihat jelas pada karyanya Die
Welt als Wille und Vorstellung (Dunia sebagai Kehendak dan Presentasi) yang
terbit tahun 1819. Karena kurang laku, maka Ia menambahkan 60 bab tambahan pada
tahun 1844. Tahun 1820 Ia juga sempat mengecam Hegel di kuliah-kuliahnya.
Saat kegagalan revolusi, orang
mulai merenungkan tentang tema penderitaan, kesia-siaan dan kejahatan dalam
filsafat Schopenhauer. Ia juga tidak menyukai perempuan walau penggemarnya
banyak dari kalagan perempuan. Ia selalu berpikir bahwa perempuan adalah
“Makhluk bawah”, “Semacam tahap menengah antara anak-anak dan laki-laki
dewasa.” Ia meninggal pada tahun 1860.
Pemikiran Filsafat Schopenhauer
Seperti yang disebutkan diatas,
Schopenhauer sangat dipengaruhi oleh Kant. Ia berpendapat bahwa dunia fenomenal
yang kita alami ini adalah objek bagi subjek. Artinya dunia fenomenal adalah
presentasi-presentasi mental kita yang tersusun teratur dan dinamakan ilmu
pengetahuan. “Prinsip alasan yang memadai” adalah asas umum yang mengatur
susunan presentasi itu. Dengan ini, Ia mengakui adanya das Ding an Sich.
4 prinsip yang mengatur itu
antara lain adalah :
1. “Prinsip alasan memadai mengenai menjadi”,
yaitu Pikiran kita mengatur objek intuitif dan empiris menurut kategori
kausalitas. Dengan Ini, sesuatu untuk jadi memadai, harus ada pengalaman
empirik sebelumnya. Ia mereduksi konsep a priori menjadi satu, yaitu
kausalitas.
2. “Prinsip alasan yang memadai mengenai mengetahui”,
yaitu keputusan tidak ditentukan sekedar dari logika kita. Melainkan juga
tentang asas lain yang memungkinkan sintesis putusan tersebut.
3. “Prinsip alasan memadai mengenai ada”, yaitu pikiran kta menangkap objek
intuitif hubungan ruang dan waktu yang menghubungkan kita dengan kebenaran
hakiki.
4. “Prinsip alasan memadai untuk bertindak”, yaitu,
untuk menghasilkan pengetahuan yang memadai, subjek ketiga asas itu bukan hanya
subjek pengetahuan, tapi ada juga subyek kehendak atau motivasi.
Dalam Die Welt alas Wille und Vorstellung Ia menulis, “dunia adalah
ideaku.” Yang artinya bahwa dunia adalah presentasi ku. Ia ingin mengatakan
bahwa seluruh kenyataan yang tampak adalah presetasi/objek bagi subjek. Ia
ingin menegaskan bahwa kenyataan itu tidak ideal seperti yang dikatakan hegel.
Melainkan yang ideal adalah yang ada dalam ruhani. Prinsip tersebut mengacu
pada prinsip Kant. Setelah mempelajari filsafat India karena pengaruh Frederich
Meyer yang membuatnya berfikir bawa dunia hanyalah penampakan. Dunia yang maya inilah yang menjadi pembahasan
filsafat Schopenhauer selanjutnya, mengungkap apa dibalik maya itu sendiri.
Jika dunia bersifat presentas,
maka dunia itu fenomenal. Kenyataan pada dirinya persesi kita yang artinya
bahwa dunia numenal adalah X yang dapat diketahui. Dan dari kesemua itulah
disebut dengan Kehendak. Agar sampai pada kesimpulan tersebut, Schopenhauer
menggunakan intuisi. Dalam pandangannya, Kehendak akal dan gerakan tubuh adalah
sesuatu yang identik. Karena gerakan tubuh adalah “Kehendak yang
diobjektifkan”. Namun, karena segala sesuatu itu terikat dengan ruang dan
waktu, maka ia bersifat fenomenal. Padahal Das
Ding an Sich mestilah tunggal. Maka kehendak bersifat metafisis. Jadi
segala atribut di dunia ini bersumber dari penampakan dari Kehendak metafisis
yang tunggal.
Kehendak diperinci sebagai
“Kehendak untuk hidup” atau sebagai sesuatu yang buta atau suatu kehendak
purba, Kehendak untuk hidup lahir dari nafsu hewani yang paling rendah. Secara
biologis, rasio manusia memiliki fungsi untuk memuaskan kebutuhan hidupnya. Ia
tidak sepakat dengan Hegel yang hanya berpegang bahwa manusia dapat hidup hanya
dengan rasio. Tapi ia mengatakan bahwa manusia hidup karena ditunjang oleh
Kehendak.
Pesimisme Metafisis Schopenhauer
Kehendak metafisis adalah
dorongan buta untuk tidak pernah mencapai kepuasan dan tujuannya. Ia terus
beruang tapi tak pernah mencapai apa-apa. Manusia melakukan jerih payah untuk
bahagia padahal ia tidak akan menghasilkan apa-apa. Dalam hal ini, kebahagiaan
hanya bisa dicapai dengan “pemadaman hasrat” dan “pelepasan rasa sakit.”.
Kebahagiaan tidak bersifat positif, tapi justru negatif. Yang positif adalah
kehendak. Kehendak buta juga sumber konflik dan penderitaan. Sehingga kehendak
metafisis adalah kehendak yang menganiaya. Sehingga pandangannya disebut
pesimisme. Ia menilai bahwa manusia berjuang mencapai kedamaiannya, padahal
semua itu akan jadi sia-sia. Sehigga apabila tercapai satu tujuan, maka ia akan
menuju pada kebosanan yang lain dan itu membuat tujuan untuk bahagia itu tidak
pernah tercapai. Filsafat Pesimisme Schopenhauer inilah yang dipelajari oleh
gerakan Romantisme abad 19.
Schopenhauer yang telah belajar
filsafat India mengajarkan bahwa untuk terlepas dari kehendak buta ini, kita
perlu mengikuti 2 jalur. Jalur pertama adalah dengan kontemplasi estetis yang
membimbing manusia untuk memadamkan hasratnya. Manusia bisa menjadi makhluk
tanpa pamrih. Jika subyek dapat memandang objek-objek estetis bukan sebagai
nafsu, maka manusia dapat terbebas dari perbudakan kehendak yang menimbulkan
nafsu. Namun ini adalah sebuah pelepasan sementara saja. Setelah beberapa waktu
jiwa yang tenang tersebut akan menderita lagi.
Jalur kedua adalah lewat jalur
etis. Yaitu jika eksistensi kehidupan dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang
buruk. Bukan berarti bunuh diri sebagai pengakhiran dari eksistensi yang hidup
memiliki moralitas tinggi. Ia berpendapat, keinginan untuk bunuh diri adalah
ungkapan tersembunyi dari Kehendak untuk hidup. Seharusnya orang mengatasi
permasalahan hidupnya dengan moralitas yang dijunjung setinggi-tingginya.
Schopenhauer juga menilai bahwa
manusia bebas hanya secara fenomenal. Sejatinya manusia adalah budak dari
Kehendak butanya, oleh sebab itu Ia menganut prinsip determinisme. Manusia bisa
saja menembus maya dengan menabstraksi kenyataan fenomenal denga berbuat baik
dengan cinta kasih atau agape pada
manusia lainnya dan memberikan simpati etis.
Manusia juga harus menolak Kehendak agar ketika Ia mati dapat mencapai Nirvana. Nirvana bisa dicapai apabila
ia benar-benar mematikan kehendak. Jika kehendak itu lenyap maka dunia yang
maya juga akan menjadi ketiadaan. Pemahamannya terinspirasi dari paham
Hinduisme dan Budhisme.
Etika Schopenhauer bersifat etika
bela rasa yang melahirkan hal yang baik. Sebaiknya, dari egoisme lahirlah yang
jahat. Karena semua mansuaia berasal dari Kehendak Purba, maka manusia adalah
budak dari Kehendak metafisis itu. Dari penderitaan makhluk lain, kita dapat
melihat penderitaan diri sendiri. Kehendak yang melahirkan kesengsaraan dapat
diatasi dengan bela rasa terhadap semua makhluk di dunia ini.
Schopenhauer mengkritik Hegel
yang menyatakan kenyataan pada akhirnya bersifat rasional dengan mengatakan
bahwa kenyataan itu adalah dorongan buta yang irasional. Dengan pemahamannya,
ia menolak adanya perbudakan, penindasan dan eksploitasi buruh di era industri
abad 19. Irasionalisme metafisis Schopenhauer juga merupakan sikap perlawanan
terhadap optimisme metafisis Hegel. Menurut Schopenhauer, segala sesuatu adalah
manifestasi kehendak buta yang tidak ada habisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Kamu?