Rabu, 14 Januari 2015

Kongres Ketuhanan

Atheist Rasionalist kepada Blaise Pascal :
Tuhan itu tidak ada. Ibadah itu sia-sia.

Blaise Pascal kepada Atheist : Kalau aku mati, dan ternyata di akhirat tidak ada Tuhan, aku tidak rugi karena telah beribadah dan berbuat baik sesuai dengan ajaran Tuhan. Dengan mengimani Tuhan, nanti saat mati aku bisa bergabung denganNya. Dengan berbuat baik, aku membahagiakan orang-orang disekitarku. Berbeda denganmu, jika kau mati dan ternyata di sana ada Tuhan, maka kau rugi karena terlanjur tidak pernah beribadah kepadaNya.

Polytheist kepada Pascal : Baiklah Pascal, kita sepakat bahwa Tuhan itu ada. Tapi, kamu tetap bakalan tekor. Coba kamu pikir, bagaimana kalau ternyata kamu menyembah Tuhan yang salah karena Tuhan yang kamu pikir menjanjikan keselamatan itu cuma berdiam di satu gereja? Jangan salahkan siapapun kalau akhirnya kamu stuck sama satu Tuhan yang belum tentu bener itu. Kalau sampai salah sasaran pas nyembah Tuhan, pas kamu meninggal gabungnya bakal sama orang yang kamu sebut Atheist Rationalist itu. Tuhan yang sebenarnya bisa jadi ngerasa nggak pernah kamu sembah. Mendingan aku dong, nyembah banyak Tuhan sambil berbuat baik sesuai dengan perintah para Tuhan. Setidaknya aku memperkecil prosentase salah sasaran pas beribadah ke Tuhan. Siapa tahu dari sekian banyak Tuhan yang aku yakini, ada 1 yang benar.

Scriptualis kepada Mereka : Guys Guys, jadi gini guys. Nggak perlu ngobrolin Tuhan. Dia itu Maha Besar. Lebih besar dari otak dan jangkauan pikir kalian. Nah, udah pada bisa baca kan? Udah, imani aja apa yang ada di kitab suci. Iman akan menyelamatkan kalian dengan sendirinya. Nggak usah mikir berat-berat. Nanti pada gila. Nggak perlu mempermasalahkan hal yang udah jelas dalilnya. Kitab nggak mungkin salah. Itukan SabdaNya. Adanya alam semesta ini itu udah jadi bukti kuat kalau Tuhan itu ada.

Habermas kepada Scriptualis : Dalilnya jelas gimana? Menurut lu fungsinya ilmu hermeneutik itu apa? Ya karena tafsiran sebuah teks itu nggak tunggal. Harus relevan sama konteks saat teks dibuat, dan ditinjau sama konteks kekinian.

Agnostik kepada Mereka : Ada apa sih ribut-ribut soal Tuhan. Gini ya, nggak ada yang benar-benar bisa memverifikasi soal ada atau nggaknya Tuhan. Nggak ada yang menjamin bahwa teks udah ngelewatin proses verifikasi yang bener. Berbuat baik aja sih. Hidup damai sama alam. Coba sini tunjukin siapa yang udah beneran ketemu sama Dia? Nggak ada kan? Percaya sama Tuhan itu hal personal, kalau beriman ya beriman aja, nggak usah koar-koar. Itu pengalaman spiritual pribadi kalian. Nggak usah norak deh ya. Namanya juga pencarian. Soalnya, kalau ada yang ngaku punya otoritas soal Tuhan apalagi sampai berani bilang udah ketemu Tuhan dan segala macemnya, artinya dia apa Freud…?

Freud kepada Agnostik : …orang gilak! Plus kayak anak kecil cemen yang dikit-dikit butuh ngadu ke Bokapnya.

Dijah Yellow kepada Mereka semua : Say No Dangdut, No Agnezmonica, No Raisa, No Ayu Ting Ting, No Syahrini, No Yuna, Say no to them. Say yeah to Dijahyellow I'm Hodijah I'm Not Artis

Freud kepada Dijah Yellow : Diaaaaam!!!

Felix Siaw kepada Mereka : Makanya, saya bilang juga apa, Khilafah adalah Solusi segala permalasahan ini!! Khusus buat Freud, "Udah, putusin aja!"

Yusuf Mansyur untuk Mereka : Yang Solusi atas semuanya adalah Sedekah. Jadi, tolong itu kotak kencrengnya diputerin dulu. Insyaallah Tuhan akan melipat gandakan kebaikan ente semua.

Freud kepada Yusuf Mansyur : Gila apa! Siapa yang mau ada double Dijah Yellow di muka bumi ini. Satu aja udah berisik gini. Ada masalah sama alam bawah sadarmu tuh!

Determinis kepada Mereka : Melihat kalian debat begini indah ya. Kalian nggak sadar apa kalau sesungguhnya debat ini adalah bagian dari takdir Tuhan. Tuhan sudah merencanakan hal ini. Kayaknya aja ini keliatan panas, tapi yakinlah bahwa ada rencana yang indah dibalik ini semua.

Free Will kepada Determinis : Ya terserah kalian aja mau dilanjut apa nggak bahasannya. Kan hidup itu pilihan. Tanggung konsekuensinya aja sih. Kalau selesai ya selesai aja. Tuhan mah nggak ikut campur dalam hal ini. Tuhan punya hal yang lebih besar dan penting untuk dikerjakan daripada soal-soal printilan cem kongres ini. GR banget deh dikit-dikit ngerasa urusannya diikut campurin sama Tuhan. Ntar kalau kena musibah nyalahin Tuhan pulak! Kek gitu mah udah hukum sebab akibat. Kalian bebas milih kok. Kalau mau lanjut ya monggo, tapi konsekuensinya kalau lanjut bahas Tuhan apa Goen? Yang pernah kamu bilang itu lho…

Goenawan Mohamad pada Free Will : …Tuhan dan hal-hal yang tak selesai?

Free Will kepada Goenawan Mohammad : Nah! Iya. Itu!

Sufi pada Mereka semua: Hadirin sekalian, tidak perlu bertengkar. Sesungguhnya Tuhan adalah Cinta. Cinta adalah Tuhan. Apakah kalian bisa merasakan Cinta? Jika tidak, maka hati kalian telah keras. Masih ada jalan untuk melembutkannya kembali.

Chu Pat Kay kepada Sufi : Cinta… Deritanya tiada akhir…

Band Sisir Tanah kepada Chu Pat Kay : Yang wajib dari cinta adalah mesra; Yang wajib dari mesra adalah rasa; Yang wajib dari rasa adalah luka.

Abdul Hadi WM kepada Mereka : Izinkan saya berpuisi untuk menenangkan ini semua; Tuhan, Kita begitu dekat; Sebagai api dengan panas: Aku panas dalam apiMu;

Tukang dagang Minuman : Panas pak? Mangga pak, Mijonnya Mijon Mijon. Yang dingin, yang dingin. Mijonnya pak.

Perenialis pada Mereka : Begini ya kawan-kawan. Kebenaran akan Tuhan itu adalah sebuah konsekuensi logis Cosmos. Dia bagai sumber cahaya, yang sinarnya ditangkap dengan media yang berbeda oleh para umatNya. Apapun medianya toh sumbernya tetap Tuhan. Jika ditanya bagaimana kita bisa tahu mana media itu menampung terang yang berasal dari Tuhan dan mana yang terangnya itu dari bohlam abal-abal? Jawabnya, cari yang ada kesamaan tradisi antar satu media dengan media lainnya. Jadi, pintar-pintar kalian ajalah pilih media penyembahan Tuhan kayak apa. Tergantung kecocokan jiwa kalian aja terhadap yang kalian anut. Orang intelektual itu pasti spiritual. Kalau kalian emang kaum intelek, pasti yang kayak gini udah selesai. Kalau landasan berpikirnya masih justifikasi kitab suci, dijamin deh, sampai kapanpun akan terus berpolemik.

Postmodern kepada Mereka semua : Coba ngana pikir, ngapain kita buang-buang energi ngebahas beginian? Lalu dapat apa di sini? Kalian nggak akan dapat kesimpulanya. Kalaupun dapet kesimpulannya, lalu apa? Setelah ini semua selesai, buat apa? Udah sih, kalian semua itu bener menurut kalian. Segala sesuatu itu sifatnya relatif. Hargai aja.

Gusdur kepada Mereka Semua : Tuhan tak perlu dibela. Gitu aja kok repot!

5 komentar:

  1. judulnya dari materialis ke nihilis, :)

    BalasHapus
  2. ditambahin, (sorry bahasanya masih ultratradisionalis, kalo ga berkenan dihapus aja.)

    "Tuhan adalah al-Haq (Kebenaran). Sebagaimana Kebenaran yang harus dibela, seperti itu jugalah Tuhan"

    "Tuhan tidak lemah, ngapain repot-repot belain Dia"

    "Ketika membela tuhan, saya tidak membela dirinya. seperti juga saya juga tidak membela Nabi, tanah air, nenek moyang, atau apapun namanya. Dan mungkin juga, sssttt ini rahasia kita, mungkin juga saya tidak membela orang-orang tertindas."

    "Nah, lho?"

    "Segala sesuatu punya standardnya, dan standard hidup adalah keadilan"

    "Ga nyambung"

    "Iya kale, ya. Kira-kira gini. (nyuri filsafat wujud dulu).

    "Dasar maling!"

    "Kebenaran dan keadilan itu pasti menang (keyakinan ini jangan didebat yaa.. ntar aku pusing). Kesalahan dan kezaliman itu pasti sirna. Masalahnya bukan itu. Masalahnya hanya mau jadi siapa kita? Orang yang cepetin kemenangan atau yang ngelambatinnya "

    BalasHapus
  3. Hebat mba Ayu nyambung - nyambungnya.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini sebenernya mau jadi naskah komik, tapi gagal. :p

      Hapus

Komentar Kamu?