How stupid I am...
Aku mencintaimu lebih dari yang aku rencanakan sebelumnya.
Lebih dalam... Lebih dalam lagi hingga aku sadari bahwa aku sudah ada di sudut
tergelap,hingga tak dapat melihat apapun.
How stupid I am...
Aku menyapamu lagi lebih dahulu. Bukankah sebelumnya aku berjanji
pada diriku sendiri untuk mengacuhkanmu setelah kejadian itu? Aku terlalu ingin
cepat dalam kondisi, “Everything, is gonna be oke” atau “I’m Oke with or
without You” atau “So, lets be a friends again” padahal aku tidak benar-benar
yakin bagaimana pandanganmu terhadap ku setelah kejadian itu. Apakah kamu
sementara ini ingin menghindar? Apakah kamu benar-benar ingin semuanya normal?
Apakah Kita benar-benar akan jadi teman lagi? Apakah Kamu masih kikuk bertemu
dengan ku? Aduh, aku tidak tahu bagaimana keadaanmu sekarang. Atau aku yang
terlalu mencemaskan keadaanmu? Padahal kamu belum tentu benar-benar
memikirkannya, barangkali hanya kekhawatiranku saja.
Aku ingin bertanya padamu
bagaimana rasanya berinteraksi denganku lagi? Apakah kamu kikuk? Apakah biasa
saja? Tapi bertanya seperti itu sama saja bunuh diri karena kamu pasti akan
berfikir bahwa aku masih terlalu memikirkanmu. Aku tahu bahwa aku memang masih
terlalu banyak memikirkanmu, tapi tolong, berpura-puralah untuk tidak tahu
karena itu sungguh memalukan. Karena hanya aku yang merasa. Bukan kita berdua.
How stupid I am
Aku tahu bahwa hari ini kita akan bertemu. Aku memakai baju
yang sama seperti saat kita pergi bersama dulu. Kamu bilang aku cantik dengan
baju itu. Mengingat itu, aku melangkah dengan gembira seolah ada pegas di
kakiku yang mengajakku untuk melawan gaya gravitasi yang tidak bertanggung
jawab tentang hatiku yang jatuh padamu. Ini sungguhan! Aku memang merasa seperti itu hanya karena kita
akan bertemu hari ini.
Saat beberapa menit beranjak dari rumah, aku menyadari bahwa
keadaan kita sekarang sudah berbeda. Aku tidak perlu lagi cantik di depan mu
dengan baju ini. Akhirnya aku memasuki kamarku lagi dan berganti baju hanya
karena aku tidak mau kamu berfikir aku masih berusaha tampil cantik di depanmu
untuk menarik perhatianmu. Setelah aku mengganti kostumku, aku menyadari satu
hal, mengganti kostum atau tidak itu sama saja. Alasannya satu. Kamu!
How stupid I am
Aku ingin kau berbicara sesuatu setelah perpisahan yang
menyesakkan ini. Tapi aku takut bila sesuatu itu malah jadi menyakitkan hati.
Sehingga aku berfikir bahwa, tidak perlu berbicara apa-apa. itu baik untuk
kita. Karena menyadari bahwa kita tidak bisa bersama lagi itu sudah cukup
menyakitkan.
How stupid I am
Aku menulis sesuatu di twitter tentang mu. Berharap kau membacanya
dan tahu isi hatiku. Tapi di sisi lain aku terlalu malu kalau kau merasa bahwa
tulisan itu memang tentang mu. Tanpa meremehkan kecerdasanmu, aku hanya
berharap semoga kau tidak merasa bahwa itu memang tentang mu.
How stupid I am
Aku tidak tahan untuk tidak melirikmu siang ini. Tolong
balas lirik aku juga, supaya aku tidak terlalu merasa menderita sendirian
dengan rasa kagum sepihak padamu Liriklah aku walau itu secara diam-diam...
Walau aku tidak tahu...
How stupid I am
Aku bilang padamu kemarin, “Aku kayaknya sakit, kepalaku
pusing...” tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin kau tidak peduli lagi. Atau
bukan tugasmu lagi untuk membuatku merasa tenang saat sakit. Itu sama saja aku
berusaha untuk menarik perhatianmu lagi kan? Huh... Aku juga tidak tahu mengapa
kamu adalah orang pertama yang aku beritahu bahwa aku sedang sakit.
How stupid I am
Aku menertawakanmu atas kepolosanmu. Mungkin bagi orang lain, ketidaktahuanmu tentang itu adalah hal bodoh, tapi bagiku menggemaskan. Ingatlah satu hal bahwa segala tentangmu itu menyenangkan. Termasuk
ketidaktahuanmu tentang sesuatu yang sederhana. Tapi pasti kamu sudah terlanjur mengira
bahwa aku sedang menertawakan kebodohanmu. Maaf...
How stupid I am
Aku mencari namamu di google! Hanya karena merindukanmu dan
ingin tahu apa yang sekarang ini sedang kau lakukan. Harusnya aku sudah tidak
memikirkanmu lagi kan? Lagipula, hal-hal tentangmu yang seperti itu tidak ada di google.
How stupid I am
Aku berusaha membuat mu cemburu. Padahal belum tentu kau
peduli. Padahal bisa saja itu membuatmu semakin yakin untuk terus melangkah pergi.
How stupid I am
Aku tahu bahwa aku bisa membantumu waktu itu. Tapi aku diam
saja. Hanya karena aku tidak mau dianggap bahwa aku sedang membantumu melakukan sesuatu hanya untuk mencuri perhatianmu lagi. Padahal dengan
diam nya aku, bisa saja membuatmu berfikir bahwa mungkin aku menghindar darimu
atau mungkin sekarang aku membencimu.
How stupid I am
Aku berbincang dengan orang lain yang mungkin bisa
menggantikan posisi yang kau tinggalkan dulu. Tapi aku menyadari bahwa untuk
berpindah, kita tidak perlu membandingkan. Karena segala sesuatunya memang
berbeda, kau sempurna dengan dirimu, dengan caramu, dan dengan berperan sebagai dirimu sepenuhnya. Begitupun orang lain.
How Stupid I am
Sampai detik ini, aku masih berfikir bahwa ada urusan yang
belum selesai diantara kita. Aku berharap kamu berfikir hal yang sama. Tapi kamu
tidak pernah berkata apa-apa lagi.
Masih, 20121108
Airmataku berlinangan membaca tulisan ini, Dik.
BalasHapusAku sendiri malah malu pernah nulis ini... :p
Hapus