Rabu, 16 Oktober 2019

Takut

Aku takut pada kesendirian pukul 12 malam. Waktu di mana kepalaku riuh di saat seharusnya aku tidur. Kesendirian merengkuhku erat-erat hingga tubuhku sakit dan leherku tercekik. Percayalah, aku tak berniat sama sekali merasakan ini semua.

Aku berusaha mengusir riuh di dalam pikiranku hingga tertidur kelelahan. Esoknya, alarm ponsel akan bunyi pada pukul lima pagi. Aku akan mematikan alarm tersebut sambil mengetik, "selamat pagi sayang," pada Ben. Lelah sisa semalam akan membuatku mengantuk lagi pada menit selanjutnya. Siklus itu sudah berlangsung selama dua minggu dan aku kesepian makin meluluh lantakkan etos kehidupan. Kini aku serupa daging yang tak pernah meninggalkan pembaringan dan takut pada terik matahari.

Aku hanya kesepian.

Aku tahu bahwa Ben akan menelepon setiap pulang kerja, akan tidur, dan bangun tidur nanti. Tapi kehadiran virtual tak bisa menuntaskan kesepianku yang membutuhkan eksistensi seseorang secara nyata di sini. Karena hanya dengan kehadiran, kepalaku bisa benar-benqr tenang.

Aku tak mengerti kenapa harus seperti ini. Ini adalah sebuah dilema tanpa solusi. Rasanya aku ingin tidur panjang dan terbangun di pertengahan tahun 2020 di saat aku tidak perlu menelan pahit kesepian seperti ini.

Aku terdengar manja, tapi bukan ini mauku sebenarnya. Tidak ada satupun yang bisa menolongku dari perasaan mencekam ini.

Aku sudah terlalu lelah untuk bisa menolong diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?