Senin, 03 November 2014

Cemburu?

Aku sering bertanya-tanya dalam hati, bagaimana seseorang bisa memelihara rasa cemburunya terhadap orang lain?

Menurutku, kecemburuan umumnya dibagi 2, kecemburuan sosial dan kecemburuan seksual. 2 kecemburuan ini menurutku sama-sama bersifat menghancurkan. Buat apa cemburu? Apakah pencemburu menganggap bahwa hidup terdiri dari kompetisi-kompetisi yang hanya menghasilkan hasil akhir menang atau kalah, ataukah semacam perjalanan yang berisi catatan intelektual, spiritual dan psikologis yang sangat personal bagi tiap individu? Sehingga membandingkan satu individu dengan individu yang lain lewat standar ideal tertentu menjadi sangat tidak relevan.

Jika ini menyangkut kecemburuan seksual yang ada hubungannya dengan perasaan memiliki atau menguasai orang yang kita cintai, maka aku pikir perasaan yang timbul di situ bukanlah cinta. Karena jika kita mencintai seseorang, kita akan menyadari sepenuhnya bahwa orang yang kamu cintai itu indah. Ia memiliki hal-hal yang memang pantas untuk dicintai. Sehingga kita juga akan bahagia dan maklum jika ada orang lain yang melihat keindahannya. Bukan malah menyerang orang yang mengagumi si kekasih, atau malah memberi si kekasih kurungan supaya orang tidak bisa melihat keindahannya. Jika kekasihmu memiliki kepedulian pada hal lain selain dirimu, bukankah justru itu akan jadi hal yang melegakan karena artinya ia sadar bahwa dunia ini tercipta bukan semata-mata untuk kalian berdua. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan. Semesta ini luas, kamu adalah satu titik. Perlu titik lainnya untuk bisa membentuk sebuah rasi bintang yang indah. Bukannya sibuk membangun diri supaya jadi indah dan pantas dicintai, rasa cemburu justru akan menggerogoti segala kesempatan yang ada untuk jadi lebih baik. Ketakutan, harga diri yang merasa terinjak, perasaan tidak dicintai, dan hal-hal negatif lain akan membuatmu jadi seonggok daging yang layu dan menyedihkan.

Jangan pernah mengaku mencintai seseorang jika ternyata dirinya sendiri kekurangan cinta. Yang merasa kekurangan tak mungkin bisa memberi. Perasaan kekurangan cinta hanya akan melahirkan tuntutan-tuntutan pada kekasih dan kecemburuan-kecemburuan yang justru menghancurkan segalanya.

Soal sikap cemburu ini, dibanding dengan teori para filosof yang ada, aku sedang sangat sepakat dengan pendapat seorang Antropolog bernama Margaret Mead.

Mead berkata, "Jika memperlihatkan rasa cemburu adalah bagian dari cinta sejati, mengapa rasa cemburu itu justru mengusir sang pecinta itu? Bukankah rasa cemburu itu sama saja dengan egoisme ekstrim lainnya, yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh gagalnya seseorang mengidentifikasi dirinya? Terlebih lagi rasa cemburu mengalahkan tujuan akhirnya sendiri, membuat banyak pecinta kalah bersaing sejak awal. Ia adalah kekuatan negatif, jenis perasaan yang menyedihkan, berasal dari sikap inferior dan insecure."

Jadi, mau sampai kapan kamu mencemburui kekasihmu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?