Kisah 1 :
Pada suatu hari di
musim gugur, warga suku Indian di daerah konservasi bertanya kepada pemimpin
nya yang baru apakah akan terjadi musim yang sangat dingin nanti nya. Sang pemimpin
yang dibesarkan oleh dunia modern belum
pernah diajari mengenai ilmu kuno khas suku Indian tentang ramalan musim, sehingga
ia tidak tau apakah musim dingin kali ini akan sangat dingin atau biasa saja. Demi
amannya, ia menasehati seluruh anggota suku untuk mengumpulkan kayu bakar.
Lalu dengan alasan praktis tanpa diketahui ssiapapun, Ia
menelpon Pusat Layanan Musim Nasional dan meteorolog yang menjawab telponnya mengatakan
bahwa kemungkinan musim dingin akan cukup dingin. Sang Kepala Suku itu kembali
memerintahkan seluruh suku untuk mengumpulkan kayu bakar lagi.
Beberapa minggu kemudian Ia kembali menelpon Pusat Layanan
Musim Nasional dan bertanya lagi apakah musim dingin masih akan sangat dingin. Meteorolog
mengatakan bahwa Musim dingin akan sangat dingin. Akhirnya Ia kembali
memerintahkan seluruh suku untuk mengumpulkan lebih banyak kayu bakar sampai ke
serpih-serpihnya.
Seminggu kemudian, sang Kepala Suku menelpon lagi petugas Meteorog
itu. Akhirnya Meteorolog dengan tegas berkata, “Sekarang ini kami meramalkan
akan terjadi musim dingin yang luar biasa dingin dan terjadi sepanjang waktu”.
“Bagaimana anda yakin?” Tanyanya.
Si Meteorolog menjawab, “karena Suku Indian mengumpulkan
kayu secara gila-gilaan!”
Kisah 2 :
Profesor Immanuel Kant adalah orang yang memiliki rutinitas
yang sama setiap harinya. Ia secara rutin berjalan-jalan di dalam kota
Königsberg setelah
makan malam. Bahkan warga kota itu telah menyetel jam nya sesuai dengan waktu
Jalan-jalan Kant. Rutinitas Kant itu telah membuat jalan yang dilalui Kant
dikenal dengan nama Philosophen gang
atau jalan filsuf.
Karena rutinitasnya tersebut, pengurus Katedral Königsberg menerapkan waktu jam menara gereja
sesuai dengan pengamatannya nya terhadap waktu jalan-jalan harian Kant. Si
pengurus berfikir bahwa dengan mengamati jalan-jalan harian Kant Ia akan
memperoleh jam baku Jerman karna keyakinannya yang kuat pada ketepatan yang
melekat pada Kant.
Namun sebaliknya, Kant menjadwalkan jalan-jalannya dengan
jam menara gereja. Karena Kant berfikir bahwa dengan mengamati Jam Menara dia
belajar mengenai waktu baku Jerman yang resmi karna pasti diatur sesuai dengan
rotasi bumi.
Kisah 3 :
Beberapa peserta konferensi internasional sedang makan siang
bersama di sebuah hotel bintang 5 di kota Tehran. Di tengah kebersamaan itu
salah satu peserta konferensi mengatakan tentang perjalanan Ziarah bersama ke
makam Pemimpin Besar Imam Khomeini yang dijadwalkan panitia usai makan siang.
Selang beberapa menit, 2 Peserta meninggalkan meja makan
sambil berkata bahwa saatnya menaiki bus yang akan membawa para peserta
berziarah. 3 peserta lainnya yang terdiri dari 2 lelaki paruh baya dan seorang
wanita muda terlihat masih santai menikmati makan siang nya.
Setelah beberapa saat, ketiganya turun ke Lobby hotel dan
ternyata Bus yang membawa peserta konferensi ziarah telah meninggalkan Hotel. Seorang
peserta wanita berkata, “Astaga! Kita ketinggalan Bus!”
Pria setengah baya yang menjawab, “Harusnya kamu segera
menuju bus waktu 2 orang tadi pergi meninggalkan meja makan”.
“Lho? Memang bapak tidak ikut ziarah juga? Kok bapak masih
makan siang disaat yang lain menuju bus?” Tanya wanita itu.
“Tidak, karena saya sudah sering kesana. Lalu kenapa kamu tadi tidak ikut menuju bus kalau kamu
ingin ziarah?” Tanya lelaki paruh baya yang lain. “Saya pikir kamu memang tidak
berangkat ziarah, jadi kamu ngobrol sama kita.” Tambahnya.
“Karna saya pikir kita semua akan ziarah. Melihat bapak berdua
masih santai makan, berarti saya masih bisa santai juga. Kenapa tidak bilang
dari awal kalau memang tidak berminat ikut Ziarah? Saya terlanjur mengikuti
jadwal bapak berdua. Saya kira bapak tau betul jadwal keberangkatan bus nya dan
kita akan sama-sama menuju bus.”
“Lalu, Kenapa kamu tidak bertanya?”
)* 3 kisah ini mengalami perubahan dari versi aslinya sesuai
dengan poin yang dimaksud penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Kamu?