Dalam satu titik dimana aku rasakan cintaku benar2 obyektif.
bahwa aku mencintai apa yang melekat padanya, bukan pada materi yang terkandung di dalam dirinya. lebih dari itu, dia addalah keindahan dimana aku harapkan membawa kecerahan padaku akan kehausan2 setelah perjalanan panjang intelektual dan spiritual.
aku selalu menyapanya dalam lembut alunan doa yang dimana air mata menjadi kawan dalam kesepian bahagia ku karna terpenuhi energi-energinya.
dia selalu hadir dalam bening embun yang bila matahari datang dengan lembut sinarnya, dia akan menguap dan menyempurna menuju alam yang basahnya akan tetap menyapaku lewat tetesan hujan nan menyuburkan...
diamnya adalah ritme dalam petikan dawai persia yang apabila terpetik, mabuklah para penyair di kedai anggur dan akan terpesona hingga hilanglah dirinya dan lupa bahwa dialah penyair terhormat yang termabuk dan tak dapat terbedakan dengan para gelandangan kotor..
bila dirimu adalah apa yang terlekat padamu kekasihku... maka apabila hilang sudah cahaya yang melekat padamu, salahkah bila aku mencari lagi cahaya lain yang adalah butuhku untuk tetap pada Kecerahan? bukan karna aku tak memahami segalamu, tapi apakah yang membuat sinarmu hilang itu dapat membewa ku pada keadaan yang mencerahkan?
oh...dahaga, apakah pernah puas pemabuk mencicip sesendok anggur padahal si Pemilik Kebun Anngur telah sediakan anggur terbaik dalam Kerajaan Nyua dan pilihan kita lah untuk memilih mabuk seperti apa yang kita ingin kan?
kepada Sang Sumber Maha Cahaya ku persembahkan cinta dengan tetes darah dan air mata untuk menyambutmu datang, dalam tangan yang terangkat ingin belas kasihan dari KeSempurnanya.... Kepada Pemilik KeCintaan yang menaungi seribu Pecinta yang terisak memohon cinta aku bersimpuh pada Nya untuk memohon kasih sayang nya temukan dirimu dalam ketersesatanku...
dengan asma Nya yang segala Ke maha -an yang terbaik aku alirkan tangis yang tak kan memadamkan api neraka karna kedurhakaan Ku Padanya Namun dengan Tidak tahu diri aku Mohonkan ampun padaNya untuk tak Kekalkan aku didalamnya dan aku akan menatapmu dengan sembab mataku untuk kau Raih kekasihku.... yang padanya terlantun selalu Doa...
kepadamu kekasihku, untuk datang tepat pada waktunya sebelum aku Lumpuh tak mampu berlari sehingga emggau bisa genggam tanganku ntuk menerobos belantara keangkuhan. karna apabila aku terlampau lumpuh, dapatkah engkau memapahku pelan2 padahal angkuhku dan diriku yang aku kira nyata ini lebih berat dari gugusan bukit tandus yang tak pernah dilalui sang musafir....
kekasihku... aku khawatir tak dapat menjadi pecinta yang semestinya maka biarlah aku menjadi kekasihmu dengan cinta yang entah sekuat apa....
kekasihku adalah kekkasihku dan jadikan aku kekasihmu...dapatkah begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Kamu?