Gue belajar tentang point of view permasalahan. Pertama dalam kasus "dia yang nggak mau gue sebut namanya". Well, segala yang tampak aik-baik saja memang udah seharusnya selalu jadi baik. Jadi gue yang mengait-ngaitkan lempengan peristiwa terus bertanya, sejak kapan dia Illfeel sama gue... Gue pengen tanya, kok secepet itu, tanpa penjelasan, kok elu bisa sih bohong? kok elu bisa sih nulis hal kayak gitu tanpa mempertimbangin perasaan gue kalau baca? Misal, elu yang selalu ngomong bahasa Jiwa, keindahan jiwa, cinta , rindu dan sebagainya ngeliat gue kacau banget secara kejiwaan (Bukan sakit jiwa, tapi jiwa itu ada yang indah ada yang nggak indah) di saat seperti ini malah pergi. Bukannya kalau elu cinta, elu "Menggenggam" gue jangan sampai gue tergelincir, jangan sampai gue goyang, jangan sampai gue beneran jadi 'sakit'. Kalau elu sayang sama gue, kok nggak di jaga gue nya? kalau gue nggak punya keindahan jiwa lagi, kok elu nggak bawa gue ke tempat yang semestinya??
Pertanyaan kayak gini muncul terus berbantahan sama suara dalam otak gue kalau elu itu orang baik, elu itu pejuang, Elu agamawan yang nggak mungkin nyakitin orang. Tapi kok gitu ya... aaaaaaaa.... Gue harus rubah sudut pandang gitu. Kalau mungkin dia yang jadi malaikat lagi belajar sebagai manusia? Sip lah ya... Pura-pura aja baik semua. Pura-pura aja nggak apa-apa. Pura-pura aja nggak terjadi apa-apa Atau pura-pura nggak kenal?
Gue pengen ketemu dan pengen nanyain banyak hal. Tapi gue tahu kalau hal kayak ini agak nggak layak diperjuangkan. tapi rasanya g tenang banget deh.
Lalu... Tentang realitas, kenapa gue masih ada di solo. Gue pengen nanya sama Tuhan, Kok gue jadi gini sih Tuhan? Gue nggak mau keadaannya kayak gini dan gue mau tanya, yang kayak gini terjadi buat apa? Please Tuhan, jangan bikin gue jadi patah hati dari Cinta Mu... Please...
Sekarang ini nggak ada lagi si kakak yang nasehat nasehatin tentang kontrol diri dan rasa. Nggak ada lagi nyanyian tentang jiwa yang biasa di dengnugkan. Ya ampuuun... Temen jiwa gue siapa sekarang? Yang setidaknya bisa meyakinkan gue kalau gue nggak bisa dan nggak boleh patah hati sama cinta Tuhan. Hati gue sesak, pikiran gue berlari ke kecemasan satu ke keceasan lain. Hari-hari gue berlalu dengan pesimisme pesimisme yang nggak layak ada di orang beriman. Apa ini ya yang namanya goncangan jiwa? Gue nggak siap. Banyak yang harus gue lakuin dan gue nggak siap tertahan... Gue nggak siap. Please Tuhan...
Datangkan manusia berhati malaikat buat nguatingue Tuhan.... Mungkin gue emang durhaka, nggak baik, cerewet, tapi Tuhan selalu baik, aduh Tuhan... Gue Nggak bisa minta ke selain MU. Cuma diri Mu yang paling dekat sama gue sekarang. Saat kekasih di dunia realitas hilang. Ternyata kekasih sejati ku nggak pergi. Kekasihku Engkau kan Tuhan?
Tuhan....
Gue pengen Cinta....
Dan Engkau maha Cinta
Berikan setetes... supaya gue bisa buka mata, Buka hati dan jalan pakai akal yang jernih...
Gue sayang KAU... Tuhan,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Kamu?