Para penggemar setia Naruto, pasti akan tahu makanan kesukaan Rock Lee dan Guy Sensei. Jika Naruto suka sekali sama Ramen, Ino-Shika-Cho suka Barbaque, maka Rock Lee dan Guy Sensei itu sukanya sama Curry of Life.
Episode soal Curry of Life ini muncul di session 7 episode 4. Di episode itu, baru akan diketahui kalau Neji Hyuga (RIP Neji TT__TT) tidak suka makanan pedas. Sebaliknya, Rock Lee suka sekali makanan pedas. Naruto sih kepedesan ya, tapi dia masih bisa makan sampai habis.
Curry of Life ini pernah menyelamatkan Rock Lee. Jadi, seperti biasa, si Rock Lee latihan lari beribu-ribu kali mengelilingi Konoha. Saking capeknya, dia tumbang di dekat warung Kare. Karashi, cucu si pemilik warung Kare menyelamatkan Rock Lee dengan menyuapinya Kare super pedas berwarna merah menyala.
Begitu makan Kare tersebut, Rock Lee sadar dari pingsannya dan semangat latihan lagi keliling kampung. Kare itu adalah makanan terenak yang pernah ia makan seumur hidup. Ia sangat percaya bahwa hanya orang baiklah yang bisa memasak Kare seenak itu.
Saat menonton adegan itu, aku juga jadi pengen makan Jappanese Curry yang pedas a la Curry of Lifenya Rock Lee. Tapi, karena tidak semua bahan untuk Kare Jepang ada di kostan, maka aku memilih untuk memasak dengan bahan a la kadarnya dengan rasa yang tak jauh beda dengan Kare di Restoran Jepang.
Dari berbagai percobaan, aku sih yakin bahwa Kare bikinanku lebih enak dari Kare di resto Jepang. Kekentalannya pun sama kok. *Kyaaaa, asal klaim.
Aku memang penasaran sama serigala ini karena tahun lalu tidak bisa datang ke sana. Beruntunglah, kerja di media membuatku punya kesempatan untuk mendapatkan tiket VIP untuk tanggal 20 April 2017.
Apa keuntungan VIP?
Well, tak banyak. Kita cuma dapat kesempatan untuk masuk arena pameran buku yang luas sehari sebelum BBW 2017 dibuka untuk umum. Tidak ada diskon, tidak ada perlakukan khusus lainnya. Undangan ini adalah untuk para pemenang kuis. blogger, dan media yang memang diberi maupun mendaftarkan diri sebagai VIP.
Aku ke BBW bersama Yusni. Di sanalah aku tahu bahwa dia adalah partner pencari buku yang sempurna untuk diajak belanja ke BBW. Apalagi dia juga punya pengalaman pergi ke BBW tahun lalu.
Ini foto yang aku kirimkan ke Tesa pas dia tanya, "udah berangkat ke BBW?" Baru sampai Stasiun Rawa Buntu
Warning! Postingan ini tidak cocok untuk kamu yang judgemental dan anti sama awareness seputar kesehatan reproduksi dan kebersihan intim kewanitaan. Tidak cocok juga untuk yang punya otak ngeres tiap kali membahas selangkangan perempuan.
Hai hai...
Maaf ya jadi jarang ngeblog. Nulis setiap hari di tempat kerja membuatku jadi malas menulis untuk diri sendiri nih. Padahal menulis untuk diri sendiri adalah salah satu cara untuk menyehatkan jiwa. Yhaaaa...
Kali ini, aku mau cerita pengalamanku yang seru dan aku sarankan para perempuan mencobanya juga.
Yak! Kayak di judul. Aku mau bagi pengalaman pertamaku waxing. Nggak cuma bagian underarms alias ketyperi, tapi juga half legs alias betty dan vagina pake Brazilian Monte.
Sebenarnya, aku udah waxing tanggal 9 Februari lalu. Tapi, sengaja belum aku review karena aku perlu nunggu reaksi dewan perbuluan di dalam tubuhku. Biar tahu pasti apa yang terjadi setelah dua bulan masa waxing berlalu.
Kita awali ceritanya dari kondisi perbuluanku yaaa...
Sejarah perbuluan Banu (apaan sih judulnya gini amat)
Jadi, dulunya aku adalah orang yang biasa mengatasi masalah perbuluan dengan cara dicukur. Terutama bagian ketyperi dan betty.
Mungkin mencukur bulu adalah salah satu hal bodoh yang aku lakukan di masa remaja hingga dewasa. Karena hal itulah yang membuat bulu makin lebat dan bertambah tebal. Selain itu, untuk bagian ketyperi, kulitnya juga jadi lebih gelap daripada bagian lain. Sekalipun, menurut orang-orang yang melihat kulit ketyperiku, di bagian ini sih aku ga menghitam ya. Tapi tetep aja, ada rasa insecure yang merayap tiap kali ngaca di bagian itu. Hiks! Lemah!
Aku pernah mencoba krim perontok bulu Veet. Tapi, selain panas di kulitku yang sensitif, krim itu tidak tuntas mencerabut sampai ke akarnya. Jadi si bulu masih sangat meranggas dengan lebatnya. Hanya butuh waktu seminggu untuk tumbuh panjang lagi. Sorry menyori ya 'bok, eike nggak bisa upload fotonya hutan belantara ketyperi.
Kakakku Himma adalah orang yang sering mencabut bulu ketyperi dengan pingset. Memang akan tercerabut sampai ke akarnya. Tapi, setelah rutin melakukan itu, ada masalah di kelenjar payudara yang membuatnya harus dioperasi. Untunglah benjolan itu sudah diangkat dan sekarang dia baik-baik saja. Itu juga yang membuatku tak mau lagi main-main dengan pingset untuk urusan perbuluan. Apalagi untuk daerah ketyperi.
Mencabuti bulu ketyperi dengan pingset itu bahaya! Serius!
Sampai akhirnya, teman kantor ngajakin untuk waxing bareng. Nggak cuma ketyperi dan betty, tapi aku juga ditantangin untuk nyobain Brazilian Monte. Brazilian Monte itu artinya bulu di sekitar vagina kita akan diwaxing sampai bersih mulus seperti bayi lagi.
Sebenarnya aku adalah orang yang jarang sekali ke tempat-tempat perawatan tubuh. Karena aku orangnya sangat pemalu dalam hal buka baju di depan orang lain. Apalagi sampai bagian bawah tubuh.
Misalnya, sampai umur segini pun, aku merasakan yang namanya creambath baru bulan Maret kemarin saat kepala pusing dan ingin dipijat. Itu pun nggak sampai buka seluruh bahuku.
Baru nyobain pijat tubuh di tukang pijat profesional pada umur 24 tahun.
Baru potong rambut di salon umur 25 tahun karena biasanya selalu dipotongin rambut sama ibu atau potong rambut di depan kaca sendiri.
Baru pertama kali facial di skin care umur 22 tahun karena diajak kakak kelas yang sempat prihatin dengan wajahku yang dijajah jerawat. Walau akhirnya aku nggak pernah lagi facial sampai 5 tahun berlalu.
Ya intinya, aku bukan orang yang rempong dengan urusan perawatan tubuh, terutama yang melibatkan orang lain dan bayar :p.
Aku sadar, sebagai perempuan, semakin dewasa kita harus makin memperhatikan kebersihan organ intim kita. Apalagi, aku harus "latihan" untuk berani buka celana demi perawatan.
Iya. Aku benar-benar harus latihan untuk hal sesederhana ini.
Aku punya trauma yang buruk saat periksa obgyn jaman SMP dulu. Ceritanya, aku punya masalah dengan masa menstuasi yang sangat panjang dan sempat mengalami over bleeding. Akhirnya, kakakku ngajak periksa ke obgyn dan diperiksa oleh dokter lelaki. Saat itu prosedur pemeriksaan yang harus aku lalui adalah, aku harus buka celana dan mekangkang lebar-lebar di kasur yang biasa dipakai oleh ibu melahirkan, yang ada jepitan betisnya itu lho.
Nah, dalam keadaan kayak gitu, dokternya mamasukkan kapas di anus untuk mendeteksi kelainan apa yang terjadi di tubuhku.
Saat prosesi itu terjadi, dokter rekannya yang lelaki juga masuk di kamar pemeriksaan dan mereka ngobrol dengan santainya di depan vaginaku yang terbuka lebar!
Sebagai anak SMP polos yang sangat sangat sangat pemalu, hal ini sangat menggangguku.
Beneran deh...
Malu! Malu sekali!!
Kalau dokter obgyn yang memeriksaku adalah seorang lelaki, oke lah ya... Masih bisa dimaafkan karena di rumah sakit itu memang tidak ada dokter perempuan. Terutama, saat itu aku memang butuh pertolongan. Tapi, teman si dokter itu lho! Ngapain sih dia masuk-masuk ruang pemeriksaan juga? Toh dia bukan dokter yang memeriksaku. Apalagi mereka ngobrol dengan santai di depan pasien yang tidak pakai celana selama kurang lebih 5 menit! Bayangkan!!
Maluuuuuu banget!!!
Sejak saat itu aku jadi takut sama semua dokter dan rumah sakit.
Sialnya lagi, di hari itu, aku juga hampir saja menabrak ranjang berjalan berisi jenazah di koridor rumah sakit karena tubuhku terlalu lemas dan anemia membuat pandangan mataku sangat buram sehingga gagal fokus. Horror!
Kenapa ke WaxTime?
Aku pilih di WaxTime karena emang kemarin dulu itu bareng-bareng banget sama temen kantor. Sebagai buruh yang bekerja dari rumah, momen bertemu dengan teman sekantor itu sangat jarang terjadi. Jadi, pas diajakin barengan, ya ayo aja. Apalagi semuanya kumpul.
Lokasinya juga strategis, sebelahan banget sama Pasar Santa. Jadi pas naik Gojek, tinggal cari jalan Cisanggiri 1, udah deh nyampe. Dari Mampang sih cuma bayar IDR 4000 pakai Gopay. Hemat banget kan.
Tempatnya rapi dan cantik banget. Jadi, aku udah terkesan banget sejak pertama kali ke sana.
Kita juga bisa mengira-ngira berapa harga yang harus kita bayar karena mereka mengunggah price list di instagram.
Sebuah kiriman dibagikan oleh WaxTime (waxing & relaxing) (@waxtime_id) pada
Awalnya, aku memang malu-malu. Tapi, aku sudah niat banget mau lawan satu-satu traumaku dan menggantinya dengan kenangan yang lain. Jadilah aku mau-mau aja. Apalagi mbak yang waxing aku orangnya ramah dan sabar banget sama aku yang cerewet ini.
Jadi, ada rasa percaya dan nyaman saat si mbak merawat perbuluanku yang sensitif. Makanya, aku sampai bertekad ingin waxing lagi di sini kalau dijajah bulu lagi, Sakit nggak?
Untuk bagian ketyperi, wax di WaxTime itu nggak sakit sama sekali. Malah nyaman banget dan enak karena sensasi hangatnya bikin tubuh sangat rileks. Untuk bagian betty, bagian kulit yang empuk rasa cekit-cekit rasanya. Tapi masik oke. Nggak sampai teriak-teriak.
Barulah pas Brazilian Monte ini. Aku merasa sensasinya beda.
Selain soal tantangan buka celana, di bagian kulit yang empuk emang rasanya bikin hemhemhem~. Sempet teriak karena lumayan sakit. Tapi untuk daerah kulit yang nggak begitu empuk, rasanya enak banget kok.
Mbaknya juga telaten mempelajari anatomi tubuh kita, mana yang bagian sensitif untukku, mana yang netral. Jadi, setelah aku kasih tau di bagian situ agak sensitif, mbaknya dengan sigap langsung tahu harus melakukan apa di bagian kulit yang sensitif itu.
Hanya di detik-detik awal sih sensasi sakitnya ada. Tapi selanjutnya, nyaman banget.
Kondisi bulu setelah 2 bulan
Bulu-buluku tumbuh dengan lambat dan malas-malasan. Selain itu, ketebalannya berkurang dan lokasi tumbuhnya juga jadi jarang-jarang.
Aku memutuskan untuk kembali lagi hari Jumat kemarin untuk bagian Ketyperi. Kali ini aku juga ngajakin si Lia, temen kuliah yang bilang kalau dia takut mau Brazilian juga.
Sebuah kiriman dibagikan oleh otak gesrek (@beibie.jr) pada
Niat awalnya sih aku pengen Brazilian Monte lagi. Tapi apa daya, aku sedang haid. Jadi ditunda sampai haidnya selesai dulu dan sampai ada diskon lagi. Hohoho... Promonya sih kalau kita ulang tahun, maka otomatis kita dapat diskon khusus. Jadi, akhir Mei atau awal Juni nanti, aku pasti balik lagi ke sana! Nantikanlah kedatanganku kembali duhai mbak-mbak WaxTime!
Membuka celana di depan mbak yang mewaxing aku itu adalah pengalaman yang sangat berharga untukku. Karena itu adalah salah satu cara menantang rasa trauma dalam hal memperlihatkan paha beserta isinya di depan orang yang akan merawat kita.
Ini penting sekali untukku. Sebelum aku harus menghadapi obgyn jelang menikah nanti untuk keperluan medical check up. *uhuk*
Oh ya, selain berhasil melewati trauma membuka paha, aku juga berhasil melawan ketakutanku sama dokter dan rumah sakit lho. Karena aku pernah menjaga almarhum keponakan yang sakit Atresia Bilier di RSCM dan sekarang pasanganku pun seorang dokter. Tepatnya, dia adalah seorang dokter gigi yang bercita-cita ingin jadi wartawan. (lho!)
Jadi, begitulah ceritanya pemirsa.
Aku tidak mencantumkan instagramku sendiri ya, karena percuma. Lha wong digembok kok. :p
But, I let you see how happy I'm after waxing in WaxTime.
Sampai ketemu di blogpost lainnya. Aku usahakan untuk menulis pengalaman-pengalaman lainnya ya. :*