Kamis, 17 Februari 2011

Kita, Setelah 13 hari

I.
terhenyak kudapati
ternyata aku tak dapat lagi menulis tentangmu
jemariku menolak berkompromi dengan rasa yang terlalu bergemuruh saat aku memanggilmu di ujung kaki pelangi yang pernah kita temukan bersama
kaki pelangi yang sepakat kita ciptakan tepatnya…
kita selalu mendatanginya bersama tanpa meninggalkan jejak karena kita sengaja membuatnya tak terpeta
agar hanya kita yang tahu

II.
sampailah pada sebuah masa, dimana kesadaran segara memenuhi akalku
akalku yang mendesak untuk bertanya, mengapa di kaki pelangi ini aku menjadi menggigil?
apakah karena tak ada lagi tawa yang bersahut?
ataukah tak ada lagi tanganmu di separuh kananku nan turut menggenggami mawar yang dulu telah kau enyahkan durinya?
mustahil bila tiba-tiba saja terjadi
mustahil bila tiba-tiba kau hilang

III.
aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan kaki pelangi ini
tahukah kau, bahwa separuh langkahku pergi dari tempat kita ini adalah untuk menemukanmu kembali?
separuhnya lagi untuk memberikan penghiburan pada diriku sendiri atas kepapaanku karna ketakterbiasaanku tanpamu
mengingatmu, mengingat juga saat kita dulu menertawakan gemintang yang memudar menjelang subuh, karna kau bilang, kita tidak akan pernah seperti bintang itu.
ingatan membuatku menyesak dan menyeretku dalam sudut yang makin kelabu

IV.
Lagi-lagi, aku menyadari bahwa aku tak dapat lagi menulis tentangmu
Bukan karena kau tak lagi indah sehingga aku tak dapat lagi menulis binarmu
Di malakutku engkau tetap bertahta dalam keindahan seperti saat dulu aku pandangi tukikan dalam ikalnya rasiomu untuk aku resapi kedalaman palungnya nan memukau
Bukankah keindahan selalu membuat kita tenang dalam kedamaian?
Seperti sepoi nya ladang yang menghembuskan layang-layang diantara pekikan gembira anak-anak desa
Seperti indahnya bunga bunga di musim salju yang kita lihat lewat layar kaca
Bukankah keindahan itu kita sendiri yang menentukan pandangnya?
Maka dengan itu kau tetap indah
Namun, dalam perjalanan pencarianku terdapat Rintik
Yang menghuni ujung bulu mataku karena beratnya rindu di seperempat pencarianku, menjadikanna satu-satu berjatuhan
Mungkin karena itulah maka sosokmu tertutupi hingga pandanganku mengabut
Yang kabutnya hanya dapat hilang saat engkau menghapusnya dengan perjumpaan
Saat aku mengerjap, engkau mungkin sudah berjalan terlalu jauh

V.
Dalam pengharapan, sepertiga kepalaku telah tertengadah ke langit dengan segala kemanusiaanku
Berita langit berkata padaku bahwa engkau pergi mengejar ombak yang telah meruntuhkan karangmu
Menuntutnya mengembalikan serpihanmu yang tercuri
Aku benar-benar tak menemukanmu lagi
Aku, yang menyayangimu ini tak akan mencegah apa yang akan kau lakukan
Keindahanmu akan menuntun arahmu meski tak kembali pada garis yang telah menghubungkan titik bernama aku dan kau
Bahkan aku tidak dapat menemukan ujung pelangi yang tak pernah aku temukan lagi untuk sekedar mengingatmu, karena kita terlanjur membuatnya tak berjejak, tak terpeta
Mungkin karena kita terlanjur merancangnya untuk kita kunjungi bersama dan kaki pelangi menolak hadir bila kita tak sepasang
Membuatku lagi-lagi menyesali, bahwa kepergianmu membuatku tak dapat lagi menulis tentangmu

VI.
Maaf ku, atas bait yang tak sempat selesai
Akhirnya lukisan kata ini hanya separuh, untukmu jua...
Dalam Ibukota, 22.13 WIB
Hari ke 4 dalam kantung febuary tahun 2011 masehi

Kamis, 29 Juli 2010

cintaku obyektif

Dalam satu titik dimana aku rasakan cintaku benar2 obyektif.
bahwa aku mencintai apa yang melekat padanya, bukan pada materi yang terkandung di dalam dirinya. lebih dari itu, dia addalah keindahan dimana aku harapkan membawa kecerahan padaku akan kehausan2 setelah perjalanan panjang intelektual dan spiritual.







aku selalu menyapanya dalam lembut alunan doa yang dimana air mata menjadi kawan dalam kesepian bahagia ku karna terpenuhi energi-energinya.
dia selalu hadir dalam bening embun yang bila matahari datang dengan lembut sinarnya, dia akan menguap dan menyempurna menuju alam yang basahnya akan tetap menyapaku lewat tetesan hujan nan menyuburkan...







diamnya adalah ritme dalam petikan dawai persia yang apabila terpetik, mabuklah para penyair di kedai anggur dan akan terpesona hingga hilanglah dirinya dan lupa bahwa dialah penyair terhormat yang termabuk dan tak dapat terbedakan dengan para gelandangan kotor..







bila dirimu adalah apa yang terlekat padamu kekasihku... maka apabila hilang sudah cahaya yang melekat padamu, salahkah bila aku mencari lagi cahaya lain yang adalah butuhku untuk tetap pada Kecerahan? bukan karna aku tak memahami segalamu, tapi apakah yang membuat sinarmu hilang itu dapat membewa ku pada keadaan yang mencerahkan?






oh...dahaga, apakah pernah puas pemabuk mencicip sesendok anggur padahal si Pemilik Kebun Anngur telah sediakan anggur terbaik dalam Kerajaan Nyua dan pilihan kita lah untuk memilih mabuk seperti apa yang kita ingin kan?







kepada Sang Sumber Maha Cahaya ku persembahkan cinta dengan tetes darah dan air mata untuk menyambutmu datang, dalam tangan yang terangkat ingin belas kasihan dari KeSempurnanya.... Kepada Pemilik KeCintaan yang menaungi seribu Pecinta yang terisak memohon cinta aku bersimpuh pada Nya untuk memohon kasih sayang nya temukan dirimu dalam ketersesatanku...




dengan asma Nya yang segala Ke maha -an yang terbaik aku alirkan tangis yang tak kan memadamkan api neraka karna kedurhakaan Ku Padanya Namun dengan Tidak tahu diri aku Mohonkan ampun padaNya untuk tak Kekalkan aku didalamnya dan aku akan menatapmu dengan sembab mataku untuk kau Raih kekasihku.... yang padanya terlantun selalu Doa...







kepadamu kekasihku, untuk datang tepat pada waktunya sebelum aku Lumpuh tak mampu berlari sehingga emggau bisa genggam tanganku ntuk menerobos belantara keangkuhan. karna apabila aku terlampau lumpuh, dapatkah engkau memapahku pelan2 padahal angkuhku dan diriku yang aku kira nyata ini lebih berat dari gugusan bukit tandus yang tak pernah dilalui sang musafir....






kekasihku... aku khawatir tak dapat menjadi pecinta yang semestinya maka biarlah aku menjadi kekasihmu dengan cinta yang entah sekuat apa....





kekasihku adalah kekkasihku dan jadikan aku kekasihmu...dapatkah begitu?