Tampilkan postingan dengan label syair. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label syair. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Januari 2013

Kekupu Rindu


Rindu itu seringkali berwujud kupu-kupu yang mengepak di dalam palung hati kita. 
Kepakan sayapnya yang rapuh nan indah meramu dengan sempurna kegelisahan hati dan kecemasan-kecemasan tentang cinta. 

Membuat kita terjaga dalam segenap kesadaran tentang keberadaan Kekasih dan sekaligus mabuk kerinduan karena segalanya menjelma jadi Kekasih.


Dengan lincah si kekupu akan terbangkan khayal kita dan mengantarkan kita pada bunga-bunga.

Bunga yang pertama adalah bunga yang menguraikan aroma sang Kekasih hingga harum kerinduannya menguar memenuhi rongga hati dan semesta. Seketika,segalanya indah!

Bunga kedua adalah bunga-bunga mimpi yang melenyapkan diri kita sendiri karena kita terlalu mabuk kerinduan hingga kita kehilangan kesadaran. Saat itu, segalanya menjelma seindah mimpi tentang taman-taman bunga.

Pada akhirnya, kerinduan pada kekasih telah mengantarkan kita pada Bunga-bunga mimpi hingga kita sampai pada mimpi tentang bunga-bunga. Di sana, si kekupu yang telah berproses menyempurna akan semakin meninggi, mencapai gemilang Cahaya...


Derik Kerinduan di Jakarta,  13 Januari 2013

Sabtu, 21 Juli 2012

Resensi Buku : Dear You

Judul : Dear You, Demi apa? Demikian aku mencintaimu
Penulis : Moammar Emka
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 382 Halaman Soft Cover



Kesan pertama yang tertangkap di dalam buku ini adalah : Romantis!


Sejak pertama kali melihat buku ini bertengger dengan manis di deretan rak buku Gramedia, pandangan mata langsung tertohok pada cover buku yang eyecatchy. Setelah dibuka, kita akan disambut dengan layout  yang keren banget. Kertas yang digunakan juga ramah mata khas buku-buku Gagas media. Design buku yang tampak out of the box ini memang patut mendapat apresiasi tersendiri. 


Kalau tidak melihat nama "Moammar Emka" -seorang penulis jaminan mutu-, kita akan berfikir kalau buku ini berisi hal menye-menye khas wanita. Padahal jelas, bahwa ini adalah tulisan seorang lelaki yang seolah-olah sedang dilanda virus cinta. 


Membuka halaman-halamannya yang penuh dengan gambar-gambar indah membuat kita berfikir betapa kreatifnya sang ilustrator. Sepertinya orang-orang yang bekerja di balik ini dari mulai kulitnya sampai isinya mungkin memang sedang jatuh cinta. Seperti dalam sampul belakang bukunya, "Dear You, Buku ini dipersembahkan untuk cinta, demi cinta dan kepada cinta." Tata letak buku yang memang lain daripada yang lain ini patut dijadikan inspirasi oleh orang-orang yang memang berniat membukukan sebuah puisi atau sekedar quote cinta. 


Buku ini bukan sebuah novel picisan. Tidak ada nama tokoh di dalamnya. Tidak ada daftar isi. Kutipan-kutipan kata cinta ini memiliki nomer urutan dan selalu diawali puisi dengan kata "Dear You,..." seolah-olah semua puisi memang ditujukan kepada 1 orang yang memang menginspirasi imaginasi seorang Moammar Emka. Berikut ini contohnya :


Dear You, 
Cinta tak pernah cukup

Tak pernah ada kata cukup bagi cintamu
itulah sebab kenapa aku setia mengikuti
jalanmu. Mempercayakan hatiku
dalam genggamanmu. Ikhlaslah yang membuatku 
larut dalam lautan cintamu

I love you

---
49. Seketika aku inginkan
kegelisahan. Di situ aku 
selalu menemukanmu.
Gelisahkanlah aku, dan
masuklah ke rongga 
pikiranku!
(Dear you, hal 59)

---
72. Malam. Aku sudah kehabisan akal. Tapi percayalah, cintaku kekal
(Dear You, hal 100)

----
74. Biarkan rasa menjadi tuan di negeri sendiri. Menjadikanmu rindu di setiap pahatannya
(Dear You, hal 67)

---
49. Cuma ada kata ENTAH, setiap kali kuasamu atas hatiku menggugat rindu ini bangkit lagi, entah untuk yang keberapa kali.
(Dear You, hal 223)

---

Bagaimana? apakah cuplikan diatas cukup romantis? Bagi kamu yang terbiasa mendengar lagu cinta ala Band Wali, ST 12 dan kawan-kawan melayu lainnya, untaian kata dari Moammar Emka ini jelas jauuuuuh lebih romantis dari kata-kata yang ada di pasaran. Mungkin kata-kata di dalam buku ini memang bagus untuk di jadikan sebuah pesan singkat romantis via ponsel kepada kekasih, update status facebook maupun di twitter. Karena kutipan pendek nan penuh cinta hadir di sini dengan nafasnya yang baru. Bukan sebuah kelanjutan dari kalimat sebelumnya sehingga memang bisa kita potong-potong layaknya kutipan cinta romantis. Namun perlu di tegaskan di sini, walaupun dengan nafasnya yang baru, dari awal sampai akhir memang muaranya sama. Kepada cinta. Buku ini juga bukan berisi gombalan konyol ala anjinggombal.com dan juga tidak bisa di bilang lebay. Romantis. Itulah yang memang pantas di sandang oleh Dear You. 


Aku termasuk orang yang percaya bahwa nilai keromantisan sesuatu tergantung subyek yang menilai. Dalam arti lain, buku ini tepat dibaca bagi orang yang sedang kasmaran. Namun bagi mereka yang sedang skeptis apatis terhadap cinta, buku ini hanya menyuguhkan deretan kata-kata bullshit. Apa sih yang memang bagus di mata orang yang sedang membenci sesuatu? 

Bagi aku sendiri, kata-kata cinta yang baik adalah yang membuat siapapun yang membacanya ikut merasakan jatuh cinta. Aku yang terbiasa membaca syair-syair dari Faridduddin Attar, Firdawsy, Rumi, Saadi, Imam Khomeini atau dari sastrawan mesir Musthofa Luthfi al Manfaluti, akan menilai kata-kata di dalam buku ini belum ada apa-apanya di bandingkan syair cinta karya sastrawan atau sufi diatas yang memang bernafaskan irfan atau sufisme. Aku sempat dibuat jatuh cinta akut dengan karya Abdurrahman Jami' dalam Yusuf dan Zulaikha, sebuah roman alegoris yang membuatku seolah merasakan penderitaan rindu Zulaikha dan kebahagiaan penyatuan keduanya. Mungkin karena Moammar Emka masih menggunakan term cinta kepada "Seseorang" bukan kepada "SESUATU"  sehingga aku yang terbiasa membaca cinta kepada "SESUATU"  merasa bahwa perasaan ku biasa saja setelah membaca buku "Dear You,..." ini. Buku ini, belum cukup membuat aku jatuh cinta seperti saat aku membaca Firdawsi atau Attar, Atau mungkin, hanya karena selera ku saja yang memang merasai cinta sebagai sesuatu yang spiritual dan universal. Bisa saja, kita bilang cinta pada Tuhan, tapi juga berlaku cinta pada Manusia. Seperti cinta Qeys pada Layla, cinta Layla pada Qeys. Saling mencintai sebagai manusia. Saling mencintai juga kepada Tuhan dan karena Tuhan. 

Intinya, buku ini bagus untuk mereka yang mencari inspirasi dalam percintaan maupun karya seni. Dengan harga Rp 46.000 dan bonus 2 kartu cinta yang cantik, buku ini layak di miliki sebagai hadiah kepada kekasih pujaan. Buku ini juga tidak menyita waktu kita dalam membacanya. Karena membacanya secara acak dari depan ke belakang, baru ke tengah dan dari manapun, deretan kata puitis nan romantis ini tetap enak di baca. 

Minggu, 24 Juni 2012

Kisah Puteri Raja dengan Darwis*


Seorang raja mempunyai seorang putri secantik bulan, yang dicintai oleh setiap orang. Nafsu terbangkit oleh matanya yang mengantuk sayu dan bius manis kehadirannya. Wajahnya seputih kapur barus, rambutnya hitam-kesturi. Kecemburuan bibirnya mengeringkan permata air terindah, sedang gula pun cair di sana karena malu. 


Karena kehendak nasib seorang darwis sempat melihat putri itu sepintas, dan roti yang dipegangnya pun jatuh dari tangannya. Putri itu melintasinya bagai nyala api, dan ketika melintas, putri itu tertawa. Melihat ini, darwis itu jatuh di atas debu, hampir mati. Ia tak dapat merasa tenang, baik siang maupun malam, dan ia menangis berkepanjangan. Bila teringat akan senyum putri itu, ia mengucurkan airmata bagai awan menjatuhkan hujan. Cinta yang garang ini berlangsung terus tujuh tahun lamanya, dan selama itu ia hidup di jalanan bersama anjing-anjing. Akhirnya para pengiring sang putri memutuskan untuk membunuhnya. Tetapi putri itu bicara padanya dengan diam-diam; katanya, "Mana mungkin akan ada hubungan yang mesra antara kau dengan aku? Pergilah lekas, atau kau akan dibunuh nanti; jangan tinggal lagi di pintuku, tetapi bangkitlah pergi."


Darwis malang itu menjawab, "Pada hari ketika hamba jatuh cinta pada Tuanku Putri, hamba bercuci tangan dari kehidupan ini. Beribu-ribu yang seperti hamba mengorbankan diri ke haribaan keindahan Tuan. Karena para pengiring Tuan hendak membunuh hamba secara tak adil, maka jawablah kiranya pertanyaan yang biasa ini. Pada hari ketika Tuan menjadi sebab bagi kematian hamba, mengapa Tuan tersenyum pada hamba?"


"O kau si dungu," kata putri itu, "Ketika kuketahui bahwa kau hendak merendahkan martabat dirimu sendiri, aku tersenyum karena kasihan. Aku sengaja tersenyum karena kasihan bukan karena hendak mencemooh." Berkata demikian, ia pun lenyap bagai seberkas asap, meninggalkan darwis itu termangu sendiri.






)*Cerita ini diambil dari Parlemen Burung atau Musyawarah Burung Fariddudin Attar.
"Aku Merasa Jatuh Cinta Membacanya...."

Kamis, 26 April 2012

Syahadah Zahra, Air Mata Cinta

Rumah itu adalah saksi tubuh yang membiru
Tempat mulia, penuh doa cinta
Terampas hakmu duhai Zahra
Dukamu, duka kami duhai putri Al Musthafa

Tanah itu adalah tanah rindu
Tempat mulia pusara cinta
Duka mu duka kami ya Zahra
Syafaati kami yang tercabik dosa ya Zahra

Tangis kekasihmu tertahan di wajah sendu
Mendengar wasiat cinta, keranda rahasia
Malam syahdu dendangkan pilu hak yang terkhianati, berkerudung nestapa
Bercerita tentang kelanjutan jalan Cinta, berlangsungnya Agama Cinta
Para pemuda surga bertanya "Ada apa dengan Ibu kami duhai Ayahanda?"
"Mengapa Ibunda diam mendengar kami duhai Ayahanda?"
"Apakah Ibunda telah menyusul Kakek kami ya Ayahanda?"
"Apakah kami tidak dapat bermain bersama Ibunda lagi Ayahanda?"
"Oh... Setelah dipisahkan dengan Kakek kami, Kami kini berpisah dengan Ibunda"
"Aduhai duka... singkatnya masa terasa bersama Sang Tercinta"
"Raga yang pernah bersama kami berlindung dalam selimut satu persatu telah tiada..."
"Betapa sementara dunia, betapa Fana nya manusia"
"Ibunda pergi menyusul Al Mustafa"
"Duhai Ilahi tempat segala Rahasia... Sumber segala Cinta..."
"Sambutlah kekasihMu, Ibunda kami tercinta yang Kau Cinta"
Sementara airmata menganak sungai membanjiri semesta

Malam kelu nan pilu menusuk sembilu
Hari berkabung para pecinta bertasbih Az Zahra
Sakiti mu sama seperti sakiti rasul Duhai Zahra
Tapi Mengapa mereka membuatmu luka ya Zahra?

Sepi menggelayut malam hantarkan kerandamu
Tanpa iringan, tanpa taburan bunga
Engkau pergi dengan luka di rusuk dan perih hati ya Ummu Abiha
Sholawat kami selalu tertuju padamu Ya Zahra...

Jakarta, 26 Maret 2012
Syafaati fakir ini Ya Zahra...
Syahar Banu

Minggu, 18 Maret 2012

Love Quote

Seperti Setitik Embun Pada daun
Ia tidak terpisah juga tidak menyatu
Namun Ia begitu dekat
Seperti itulah kita selama ini


Photo Taken By Haritz Photography Malaysia

Sabtu, 10 Maret 2012

Rasanya seperti berlari di tengah Hujan Salju

Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Marahmu lantang sesakkan Kalbu
Seakan segalanya berhenti berderu


Rasanya seperti berlari di tengah Hujan salju
Air mata telah jadi beku
lembaran kisah makin berdebu


Rasanya seperti berlari di tengah Hujan salju
Engkau berjalan sombong dan terus melaju
Aku disini balut luka ku sendiri yang membiru


Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Ketika darahku mengaliri debu
Engkau lempar lagi aku dengan batu


Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Aku telah layu
dari kayu, jadi arang dan kau jadikan abu


Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Aku terbang diterpa sang bayu
mataku telah buta, lidahku jadi kelu


Rasanya seperti berlari ditengah hujan salju
seluruh tubuh jadi kaku
apa yang kau ucapkan segalanya palsu


Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Aku tak sanggup lagi berjalan sampai akhir waktu
engkau pun terus melenggang seolah semua telah berlalu


Rasanya seperti berlari di tengah hujan salju
Aku yg luka dan berdarah hanya mengingat satu
yaitu kamu...


Jakarta, 10 Maret 2012

Sabtu, 22 Oktober 2011

Tentang Kekasih



Mata itu masih sama. Magnetnya membuatku masuk ke dalam jiwanya dan menelusuri alam keheningan yang mesti aku renungi dari subuh sampai dini hari. Aku mulai mengeja kata dari tatapan yang tersisa. Merangkai kata dari tatapan mata kemarin beserta teks yang beberapa kali terbaris dalam huruf digital.

Aku menyapa malam yang senantiasa aku sapa dengan mata benderang. mencoba mempertanyakan, bagaimanakah kabar kekasih? Aku tak lelah menyapanya karna namanya telah aku daras menjadi doa yang aku harap menelusup dalam dedaunan segar pagi hari, menguap menuju ketinggian oleh hangat mentari, dan beberapa saat kemudian kembali merindukan bumi dalam tetes hujan rakhmat. Tetes itu menyapa ujung rambutnya dan menjadi kawan dalam keluh kesahnya.

Perlahan... Seikat bunga menyeruak dari sanubariku. Apakah ini berkat dari sang Maha Cinta? Harumnya jadi kedamaian di jalan-jalan sempit para musafir cinta. Aku mencoba menapaki bekas kaki para pecinta dalam sunyi sambil tersenyum pada kekasih ku yang berada di singgasana maha mutiara kalbu. Aku bertanya-tanya, apakah keindahan para kekasih telah membuat banyak orang rela menjadi pelayannya walau hanya berurai doa-doa sepanjang hari pada sang Rahim? Aku menoleh kebelakang dan melihat uraian air mata para pecinta telah membawa mereka dalam samudera pengkhidmatan. Ketika darah jadi air mata dan air mata semerah darah membeberkan kesaksiannya atas kedahsyatan Cinta. Ketika Ketajaman pedang adalah muara cahaya. Maka sayatannya jadi permadani yang terhampar jadi tangga menuju langit.

Aku mendaraskan namanya lagi di altar cahaya agar ia mengerlingkan mata cahayanya pada ku, namun urung... Menatapnya telah membakar habis segala tuntutan ku padanya. Tiada sesuatu yang aku inginkan darinya. Ternyata hanya dengan melihatnya dari kerumunan sudah cukup. Aku merindukan penyatuan, Tetapi, aku lebih menginginkan kekasih datang dengan keindahan jiwa yang kelak menuntunnya pada pertemuan jiwa pecinta. Layaknya 2 tetes air tersebut melebur jadi butiran rintik air mata para pecinta yang mendamba kasihnya.

Aku tak hendak menempatkannya sebagai Tuhan, tak pula sebagai berhala. Biarlah Ia hidup sebagai Manusia, menyempurna dengan kemanusiaannya. Ia memang Tak bersayap, tak juga berlari secepat cahaya. Tapi keindahan jiwanya adalah kerlipan gemintang yang dirindukan langit setiap malam. Lalu aku dengar Orang bijak membisik padaku, Bila Ia menjadi manusia seutuhnya di alam akal ku, maka kepalanya dapat meninggi melebihi malaikat.


Garis kehidupan telah memanjang di hadapan para pecinta, bahwa Tiada hal lain yang diinginkan pecinta kepada kekasihnya selain penyatuan. Namun, Aku tak hendak mengaitkan paksa benang sari kasih ini padanya. Aku memilih untuk memulai langkahku menuju jalan cahaya dan berharap kekasih ku menapak jalan cahaya yang sama sampai pertemuan kita di altar Cahaya. Bila langkah cahaya kita berbeda, biarkan sinar mata kita yang pernah bertemu jadi meninggi dan menjadi kerlip kecil dalam kalbu para pendamba cinta.
 


Kamis, 29 Juli 2010

cintaku obyektif

Dalam satu titik dimana aku rasakan cintaku benar2 obyektif.
bahwa aku mencintai apa yang melekat padanya, bukan pada materi yang terkandung di dalam dirinya. lebih dari itu, dia addalah keindahan dimana aku harapkan membawa kecerahan padaku akan kehausan2 setelah perjalanan panjang intelektual dan spiritual.







aku selalu menyapanya dalam lembut alunan doa yang dimana air mata menjadi kawan dalam kesepian bahagia ku karna terpenuhi energi-energinya.
dia selalu hadir dalam bening embun yang bila matahari datang dengan lembut sinarnya, dia akan menguap dan menyempurna menuju alam yang basahnya akan tetap menyapaku lewat tetesan hujan nan menyuburkan...







diamnya adalah ritme dalam petikan dawai persia yang apabila terpetik, mabuklah para penyair di kedai anggur dan akan terpesona hingga hilanglah dirinya dan lupa bahwa dialah penyair terhormat yang termabuk dan tak dapat terbedakan dengan para gelandangan kotor..







bila dirimu adalah apa yang terlekat padamu kekasihku... maka apabila hilang sudah cahaya yang melekat padamu, salahkah bila aku mencari lagi cahaya lain yang adalah butuhku untuk tetap pada Kecerahan? bukan karna aku tak memahami segalamu, tapi apakah yang membuat sinarmu hilang itu dapat membewa ku pada keadaan yang mencerahkan?






oh...dahaga, apakah pernah puas pemabuk mencicip sesendok anggur padahal si Pemilik Kebun Anngur telah sediakan anggur terbaik dalam Kerajaan Nyua dan pilihan kita lah untuk memilih mabuk seperti apa yang kita ingin kan?







kepada Sang Sumber Maha Cahaya ku persembahkan cinta dengan tetes darah dan air mata untuk menyambutmu datang, dalam tangan yang terangkat ingin belas kasihan dari KeSempurnanya.... Kepada Pemilik KeCintaan yang menaungi seribu Pecinta yang terisak memohon cinta aku bersimpuh pada Nya untuk memohon kasih sayang nya temukan dirimu dalam ketersesatanku...




dengan asma Nya yang segala Ke maha -an yang terbaik aku alirkan tangis yang tak kan memadamkan api neraka karna kedurhakaan Ku Padanya Namun dengan Tidak tahu diri aku Mohonkan ampun padaNya untuk tak Kekalkan aku didalamnya dan aku akan menatapmu dengan sembab mataku untuk kau Raih kekasihku.... yang padanya terlantun selalu Doa...







kepadamu kekasihku, untuk datang tepat pada waktunya sebelum aku Lumpuh tak mampu berlari sehingga emggau bisa genggam tanganku ntuk menerobos belantara keangkuhan. karna apabila aku terlampau lumpuh, dapatkah engkau memapahku pelan2 padahal angkuhku dan diriku yang aku kira nyata ini lebih berat dari gugusan bukit tandus yang tak pernah dilalui sang musafir....






kekasihku... aku khawatir tak dapat menjadi pecinta yang semestinya maka biarlah aku menjadi kekasihmu dengan cinta yang entah sekuat apa....





kekasihku adalah kekkasihku dan jadikan aku kekasihmu...dapatkah begitu?