Minggu, 22 Desember 2019

Bagaimana Mungkin

Pukul 2 pagi, wajahmu melintas di pikiran. Ini sangat aneh. Pikiran itu timbul di saat aku ingin merawat baik-baik yang sudah ada. Aku berusaha keras merapal kembali rasa syukur dan memegang erat segala sesuatu yang sudah ada di genggaman.

Kenangan memaksaku untuk melintasi hari-hari yang kita lewati dengan canggung. Pagi hari tanpa ucapan selamat pagi, tengah hari tanpa ajakan makan siang, dan kepulangan tanpa salam perpisahan.

Terlalu lelah untuk menghindarinya. Tapi harus.

Aku membayangkan kita berdua bisa menjelaskan kenapa interaksi kita jadi terlalu canggung satu sama lain. Aku tidak ingin gelisah sendirian dan ingin menemukan jawabannya. Sementara aku menjalani peranku di realita, aku akan melipat baik-baik gambarmu di pikiranku dan mendaras doa-doa baik untukmu. Itu semua aku lakukan demi membelokkan pikiranku yang sering mempertanyakan, "kenapa baru sekarang?" 

Aku perlu lebih keras pada diri sendiri bahwa ini adalah skenario terbaik yang bisa aku jalani.

Begitulah, pada akhirnya aku harus bilang pada diri sendiri, "Pikiran tentangmu sangat sia-sia dan aku ingin segera mengakhirinya."