Tampilkan postingan dengan label Rindu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rindu. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 September 2012

Dear Tuhan....

Tuhan...
Maafkan aku yang masih bersedih atas apa yang menimpa diriku sendiri padahal aku sadar bahwa ada lebih banyak masalah besar yang menimpa saudaraku di luar sana

Tuhan...
Maafkan aku yang merasa kesepian atas hidup yang aku jalani padahal aku sadar bahwa engkau selalu menemani

Tuhan...
Maafkan aku yang merasa kekurangan dengan apa yang aku miliki padahal aku tahu bahwa ada banyak orang yang tidak punya apa-apa diluar sana

Tuhan...
Doaku sedikit, pemberianMu banyak
Ibadahku kecil, KasihMu melimpah
Perbuatan baikku sebentar, CintaMu selamanya
Maafkan aku...
Maafkan aku...
Maafkan aku...

Jumat, 29 Juni 2012

Tentang Hati...

Bibirmu berjanji pada sepasang mataku
"Aku tidak akan membuatmu menangis"
Lalu kedua tangan bertaut, mengikatnya
Biar hati yang akan menjaganya

Mataku berbicara tanpa kata
"Jangan mendaraskan janji walau sebaris"
Kepala membuang muka
Hati coba meneguhkannya



Sejak pertama kali aku berikan hatiku, berarti aku telah memberikan kau kekuatan untuk menghancurkan ku.
Ketika pertama kali aku biarkan kau melihat teteskan air mataku, berarti aku telah mengizinkanmu melihat kelemahanku.
Saat ku berikan diriku, berarti aku telah membiarkan kau memanfaatkan nya.
Aku tidak pernah terkejut bila suatu hari, kau menjadikan semuanya jadi abu ditelan api...


Ada saatnya, suatu hari, bila kita sudah tidak sedekat ini, apapun yang kau lakukan adalah lewat restuku.
Kebebasan yang aku berikan adalah termasuk hak mu untuk menghancurkan dan mengingkari apapun yang telah kau janji kan.
Datang lagi, sayat lagi....
Aku bahagia.
Karena kekuatanku ada di dalam cintaku

Bedahlah hatiku sesukamu...
Tak kau temukan hal lain di dalamnya selain ridho ku.


Senin, 09 April 2012

Kepada Himma, Kakak ku!

Masih inget foto ini nggak mbak Himma Mulkiy? Aku pernah mau nuis surat ini , tapi nggak jadi kekirim dan malam ini aku menemukannya lagi. Sekian lama, surat n foto ini ngumpet entah di Flashdisk mana. Ini aku tulis pas aku merasa kesepian di kamar kost. Sekian tahun yg lalu. Bahasanya masih jelek, walau emang bahasaku nggak pernah bagus juga 


---
Halo Mbak, apa kabar? Inget foto ini? Ini pas aku kelas 1 SMA kalau nggak salah ya? Atau kelas 2??
Liat deh, tas batik yang kita pakai sama, cara jilbaban kita sama. Padahal umur kita selisih 4 tahun, tapi tiap kali jalan barengan, orang-orang suka nengok kita 2 kali karena dipikir kita kembar. Ingat kan? Saat itu secara nggak langsung aku merasa 

berwajah tua. hehehe...


Sekarang, disini, aku mau bilang padamu kenapa dulu aku selalu meniru gayamu? Bahkan aku menyukai apa yang kamu suka mulai dari tas merek Eiger, tas kecil batik, merk bedak, type cowok, bentuk kacamata dll? Sadar nggak kalau disaat remaja yang lain meniru Artis Idolanya, aku justru menirumu? 




Karena, aku pikir mbak adalah Tokoh nyata yang keren dan pantas ditiru. Mbak punya temen-temen yang keren (Walau aku sering melihat temen mbak nggak keren, tapi mbak selalu bercerita tentang mereka seolah2 mereka adalah orang2 keren).Dari sana aku mulai belajar menghargai teman. Lihat, sahabatku sekarang banyak kan?

Mbak juga mengajarkan tentang ketulusan yang mungkin nggak pernah mbak baca di buku. Karena mbak emang hampir nggak pernah baca buku. Itu alami sifat bawaan mbak. Tapi beneran lhoh, Mbak selalu keren di mataku. Satu2nya orang yang aku copy gayanya adalah mbak. Walau lama-lama, aku mulai menemukan gayaku sendiri dan menilai, Betapa culun nya aku dulu. Walau sekarang belum modis juga sih... :P tapi aku pikir semua orang akan melalui masa2 culunnya. Termasuk aku dengan model kacamata yang mbak pilihkan dan kita sebut itu keren. hahaha...  Sekarang aku selalu pakai softlens. Dengan merk yang sama dengan mu! (Lagi!)





Aku mencintaimu mbak, walau Ibu suka bilang kalau kita harus siap sendirian apabila kita memegang kebenaran seperti layaknya Abu Dzar Al Ghifari, tapi aku selalu yakin bahwa aku tidak pernah sendirian. Karena mbak selalu ada di pihakku, mencintaiku, membelaku, menemaniku disaat aku merasa terasing. Aku pengen banget, membalas semuanya. Tapi aku nggak bisa. Mbak berbuat terlalu banyak. Tiap kali aku mau baik ke mbak, Mbak selalu balas yang lebih lagi sehingga kebaikan kita tidak pernah berimbang. Mbak selalu lebih banyak, tak pernah capek untuk memberi dan menyayangi.


Aku pengen tiap hari kita ngobrol banyak, tapi seiring waktu, kita sibuk dengan diri kita sendiri. Seiring dengan pencarian diri kita masing2.Seiring dengan kepentingan kita masing2. Aku bahkan kangen saat2 aku mesti terkantuk-kantuk dini hari bareng mbak ngerjain order dompet kertas kado, boneka, celengan dan segala macem yang kita bikin yang hasilnya untuk makan sehari2. Aku juga kangen mesti keliling solo nyari bahan-bahan untuk produksi kita, Solo panas juga yah, tapi aku seneng bisa jalan bareng sama mbak, karna biasanya aku yang nyetir kan? Aku selalu mikirin lho, kalau nggak ada aku, mbak bakalan nyetir sendirian... :((

Mbak, aku, masih disini, dengan cinta yang sama dan semakin besar padamu. Udah bosen sama ucapan "I LOVE U" ku nggak? Inget kapan terakhir aku peluk atau terakhir kali aku nangis di depanmu? Aku cuma nangis karna masalah hidup di depan orang2 yang aku percaya. Dan aku beruntung menaruh kepercayaan ku padamu. I LOVE U Mbak... ♥

Dari Adikmu yang Manja
Syahar Banu

Kamis, 19 Mei 2011

Rabb...

Ilahi...Rabbi...

Aku rela dirasuki dingin asal itu bukan tatapan dingin Mu.
Aku tahan rasakan Panas asal itu bukan panas Murka Mu.
Aku sanggup dahaga asal bukan keterdahagaanku akan kasih sayang Mu.
Aku mampu terhimpit sesak asal itu bukan sesak karena bernafas tanpa Cinta Mu

Dengan Kedurhakaan ku yang seringkali lebih cepat dari ketaatanku padamu
Dengan Kesiasiaan waktuku yang lebih cepat dari Kedisiplinanku berjumpa denganMu di sujud dan Rukuk ku
Dengan Keteledoranku yang lebih cepat dari Dzikirku padamu
Dengan baju kesombonganku yang lebih cepat daripada rasa rendah diri dan lemahku di hadapanMu yang senantiasa mengawasiku

Bahwasanya...
Ketika aku bersyukur, Aku telah abdikan diri untuk mencintai Mu
ketika aku hidup, aku yakin Engkau senantiasa mencintaiku
Ketika aku mati, aku Mengemis mengharapkan CintaMu melebihi ketika aku hidup
Namun kelalaian meliputiku lebih dahsyat dari penghambaanku padaMu tersebut

Aku bermohon padamu, dengan Asmamu yang dijunjung tinggi para Makhluk Langit yang ada di Bumi maupun makhluk yang dulunya di bumi lantas Melangit dengan derajat tertinggi sebagai kekasihMu,
Aku bermohon dengan mengharap berkah dari para kekasihmu yang membentangkan sayap-sayap kesuciannya di hadapan MalaikatMu
Aku bermohon dengan lewat syair yang tak pernah menyamai keindahan dan ketulusan para kekasih Mu yang terhimpun bersama mu
Aku bermohon dengan rintihan yang tak putus sebanyak helaian rambut para bidadariMu nan seharum kesturi

Sungguh kuharapkan dengan segala lemah dayaku..
kerapuhan tulangku...
dari ketakberdayaanku dan segala Keburukanku yang dengan beraninya aku tampakkan di sepanjang umurku dihadapmu...
Kumohonkan dengan segala AsmaMu yang terpuji...

Semoga Ar Rahman dan Ar Rahim mu yang lebih cepat daripada KeadilanMu senantiasa berlaku padaku...

Kepalang Rindu PadaMu,
16052011

Kamis, 17 Februari 2011

Kita, Setelah 13 hari

I.
terhenyak kudapati
ternyata aku tak dapat lagi menulis tentangmu
jemariku menolak berkompromi dengan rasa yang terlalu bergemuruh saat aku memanggilmu di ujung kaki pelangi yang pernah kita temukan bersama
kaki pelangi yang sepakat kita ciptakan tepatnya…
kita selalu mendatanginya bersama tanpa meninggalkan jejak karena kita sengaja membuatnya tak terpeta
agar hanya kita yang tahu

II.
sampailah pada sebuah masa, dimana kesadaran segara memenuhi akalku
akalku yang mendesak untuk bertanya, mengapa di kaki pelangi ini aku menjadi menggigil?
apakah karena tak ada lagi tawa yang bersahut?
ataukah tak ada lagi tanganmu di separuh kananku nan turut menggenggami mawar yang dulu telah kau enyahkan durinya?
mustahil bila tiba-tiba saja terjadi
mustahil bila tiba-tiba kau hilang

III.
aku mulai melangkahkan kaki meninggalkan kaki pelangi ini
tahukah kau, bahwa separuh langkahku pergi dari tempat kita ini adalah untuk menemukanmu kembali?
separuhnya lagi untuk memberikan penghiburan pada diriku sendiri atas kepapaanku karna ketakterbiasaanku tanpamu
mengingatmu, mengingat juga saat kita dulu menertawakan gemintang yang memudar menjelang subuh, karna kau bilang, kita tidak akan pernah seperti bintang itu.
ingatan membuatku menyesak dan menyeretku dalam sudut yang makin kelabu

IV.
Lagi-lagi, aku menyadari bahwa aku tak dapat lagi menulis tentangmu
Bukan karena kau tak lagi indah sehingga aku tak dapat lagi menulis binarmu
Di malakutku engkau tetap bertahta dalam keindahan seperti saat dulu aku pandangi tukikan dalam ikalnya rasiomu untuk aku resapi kedalaman palungnya nan memukau
Bukankah keindahan selalu membuat kita tenang dalam kedamaian?
Seperti sepoi nya ladang yang menghembuskan layang-layang diantara pekikan gembira anak-anak desa
Seperti indahnya bunga bunga di musim salju yang kita lihat lewat layar kaca
Bukankah keindahan itu kita sendiri yang menentukan pandangnya?
Maka dengan itu kau tetap indah
Namun, dalam perjalanan pencarianku terdapat Rintik
Yang menghuni ujung bulu mataku karena beratnya rindu di seperempat pencarianku, menjadikanna satu-satu berjatuhan
Mungkin karena itulah maka sosokmu tertutupi hingga pandanganku mengabut
Yang kabutnya hanya dapat hilang saat engkau menghapusnya dengan perjumpaan
Saat aku mengerjap, engkau mungkin sudah berjalan terlalu jauh

V.
Dalam pengharapan, sepertiga kepalaku telah tertengadah ke langit dengan segala kemanusiaanku
Berita langit berkata padaku bahwa engkau pergi mengejar ombak yang telah meruntuhkan karangmu
Menuntutnya mengembalikan serpihanmu yang tercuri
Aku benar-benar tak menemukanmu lagi
Aku, yang menyayangimu ini tak akan mencegah apa yang akan kau lakukan
Keindahanmu akan menuntun arahmu meski tak kembali pada garis yang telah menghubungkan titik bernama aku dan kau
Bahkan aku tidak dapat menemukan ujung pelangi yang tak pernah aku temukan lagi untuk sekedar mengingatmu, karena kita terlanjur membuatnya tak berjejak, tak terpeta
Mungkin karena kita terlanjur merancangnya untuk kita kunjungi bersama dan kaki pelangi menolak hadir bila kita tak sepasang
Membuatku lagi-lagi menyesali, bahwa kepergianmu membuatku tak dapat lagi menulis tentangmu

VI.
Maaf ku, atas bait yang tak sempat selesai
Akhirnya lukisan kata ini hanya separuh, untukmu jua...
Dalam Ibukota, 22.13 WIB
Hari ke 4 dalam kantung febuary tahun 2011 masehi