Sabtu, 12 Januari 2013

"Emangnya Elu Cantik?"

Sahabatku, di Whatsapp dini hari ini bilang,
"Aku merasa nggak pernah merasa cukup cantik atau cukup pintar.untuk apapun.."
Aku merenung sebentar, Iya, aku juga nggak pernah merasa cukup cantik dan cukup pintar juga dalam hal apapun. Aku, yang selama ini lebih banyak punya teman lelaki daripada perempuan seringkali rendah diri juga kalau ada sahabat cowok yang terang-terangan memuji cewek cantik dan membandingkannya dengan ku yang bagi mereka, tidak cukup cantik.

Dan sekarang sahabatku, yang sering dapat pujian cantik dari orang-orang, dan sering dibandingkan tampangnya dengan ku malah bilang kalau dia merasa tidak cukup cantik. Ah, apa-apaan ini? Aku sendiri, suka agak minder kalau di samping sahabatku itu. Terakhir bertemu dengannya, dia cantik, dengan wajah panjang, hidung mancung, alis rapi dan bibir yang imut. Meyakinkan dia bahwa dia cukup cantik membuat ku merasa agak kesal karena sama saja dengan membongkar apa yang aku inginkan dari aset berharga yang Ia punya. Kecantikan!

Nila, Salah satu teman Cantikku!
Well, aku mungkin pernah merasa cantik, dalam hal-hal tertentu aku harus merasa seolah-olah aku memang cantik, tidak lain untuk menaikkan kepercayaan diriku sendiri yang kadang orang tidak ingin repot-repot membangun kepercayaan diri untukku. Jadi mau tidak mau aku harus merasa cantik. Bukan sebagai si tokoh Ugly Betty yang malang. Atau sebagai seorang yang tidak tahu bagaimana menegakkan badan dan menatap lurus kedepan atau perlu malu untuk sekedar menatap mata orang saat bicara. Aku mau tidak mau harus membangun fondasiku sendiri dengan apa yang aku punya, Modal dari Nya.

Tentu saja, cantik itu butuh pengakuan dari pihak kedua dan ketiga. Masalahya, pandangan subyektif orang terhadap itu hanyalah soal selera. Misalnya seperti orang korea yang menganggap setiap wanita bermata besar itu cantik, maka aku akan masuk kategori itu. Atau bagi orang Indonesia menganggap cantik adalah hidung mancung, maka aku tidak akan masuk katagori itu. Cantik itu bisa saja propaganda media terhadap kita yang mau saja dimainkan kesana-kemari dalam hal sepele  atribut yang berbau matrealistis. Kecantikan.

Aku pernah membaca lelucon di Situs lucu favoritku kalau orang yang bilang, "Kecantikan wanita bukan hanya tentang tampang, tapi tentang hati yang tulus" hanyalah diucapkan oleh mereka yang memang secara tampang jelek. Oke, jangan diperlebar lagi dengan membahas kategori jelek itu yang bagaimana. Hanya masalah selera dan propaganda media saja yang menjadikan kita terbagi dalam kategori jelek dan cantik.

Jelek itu Mutlak, cantik itu relatif?

Dan suatu hari, di Kamikita, seorang teman dengan nada mengejek bilang, "Emangnya elu cantik?" saat melihat aku berkaca dengan kamera depan HP. Tanpa berfikir lama, aku berkata dengan menantang, "Ya buat pacar gue, gue cantik!" Dia tertawa mengejek dan aku tidak peduli atau sedang pura-pura tidak peduli. Bagaimanapun bagi wanita, merasa cantik itu penting.

Semua orang sering kali tampak sepakat bahwa ada jelek mutlak maupun cantik absolut. Seperti layaknya sebuah negara demokrasi, yang menentukan bahwa diri seseorang cantik atau jelek hanyalah soal jumlah penilai. Sampai ada yang bilang bahwa Jelek itu mutlak karena kita dipaksa sepakat bahwa seseorang dengan wajah tertentu benar-benar tidak bisa dibilang cantik. Tapi kecantikan, sepertinya sengaja dibuat bergradasi, Selain tergantung selera, juga tergantung wilayah dan kepentingannya. Hal-hal pragmatis juga secara kusut  ikut melingkari masalah yang sebenarnya tidak terlalu penting ini.

Lalu, aku ingat saat awal dulu bertemu pacar, dia diam-diam memotret ku dan menyimpannya lama di ponsel. Hal lucu yang aku kenang karena sebenarnya aku tahu dia diam-diam memotret ku. Aku harus bersikap pura-pura tidak tahu. Dan saat itu, aku merasa bahwa, aku cantik. Setidaknya, saat itu ada seseorang yang merasa perlu menyimpan wajahku di fotonya. Aku jadi merasa cantik. 

Atau saat di Malaysia, aku yang cukup dekat dengan anak-anak korea dan suka berbagi kosmetik dengan mereka sedang melakukan "ritual" touch up bareng di tenda kami. Sonia yang hobi foto-foto bilang, "Banu, lets take photo!" Dan setelah kita foto bersama, dia bilang, "Wow, Banu, You are beautifull like usual, Envy with your Big Eyes!!" Saat itu, tentu saja aku merasa cantik. 

Saat seorang Fotografer Viet Nam yang meliput event Seagames bilang ingin memfoto ku, dia bilang, "U look so pretty, because Indonesian girl don't have white skin, and you are  the only one here who have white skin. Indonesian girl don't have big eyes and you have it. How lucky you are!" Lagi-lagi, aku merasa cantik. Apalagi setelah tahu dia susah payah menggunakan google translator untuk mengetik itu di YM. Dia memang tidak bisa bahasa Inggris dan aku menghargai usahanya membuatku cukup percaya diri untuk difoto.

Aku juga punya adik cowok, namanya Tarel dan dia orang yang cukup jujur menilai sesuatu. Dia kadang bilang, "Mbak, kamu cantik" saat aku memakai baju tertentu yang membuat dia sangat senang punya kakak seperti ku. Aku merasa 3 kata itu adalah energi ku untuk 7 hari karena diucapkan oleh adikku yang cukup selektif dan tidak pragmatis dalam memuji.

Dian Pelangi, Perfect eh?
Saat memposting foto di facebook misal, selalu saja ada bilang "Cantik" dan itu membuat ku merasa cantik. Saat seseorang memuji Display Picture di Whatsapp ku, Aku merasa cantik. Saat pacar bilang kangen misal, aku akan merasa cantik. Dan aku rasa perasaan merasa cantikku itu masih dalam tahap wajar dan positif.

Lalu, ternyata lebih banyak moment yang membuat aku merasa cantik. Misalnya, misalnya ini lho, saat pacar tidak bilang kangen. Atau ketika Ibuku yang memang tidak pernah bilang kalau aku cantik semakin membuatku minder dengan mengingatkan betapa banyak jerawat di wajahku. Ketika teman-teman cowok bilang kalau cewek itu jauh lebih cantik dari aku dan tampangku jadi kebanting jauh. Aku cuma bisa, lagi-lagi, berbesar hati dengan apa yang aku punya.

Lagi-lagi, aku ingin bilang hal sama seperti yang diucapkan oleh sahabatku, "Aku tidak pernah merasa cukup cantik..." Saat aku melihat.. Dian Pelangi misal. Atau aku jalan bareng dengan sahabatku yang memang cantik sampai-sampai orang yang melintas harus berhenti sejenak. Layaknya adegan dalam film Geisha yang saat Geisha mulai berada di tengah kota, para lelaki mulai tidak bisa berkonsentrasi dengan yang Ia lakukan. Ada yang jatuh dari sepeda, ada yang menabrak sesuatu, dan aku merasa bahwa aku tidak cukup cantik untuk dapat membuat keadaan seperti itu. 

Setidaknya, jika aku tidak cantik, aku harus punya hal lain untuk "di jual". Masalahnya, lagi-lagi "..Aku tidak pernah merasa cukup pintar..," Kalau sudah tidak cantik dan tidak pintar, apalagi nilai yang seorang wanita punya? Kesetiaan? Yah, aku pikir aku masih setia. Tapi itu karena aku memang memilih berada di zona nyaman sehingga tantangan yang ada tidak terlalu banyak. Kebaikan? Aku juga kadang tidak merasa cukup baik. beberapa kali aku melakukan kecurangan yang tidak seorang pun tahu. Agaknya memang masalah integritas ini adalah masalah klasik. Mungkin juga karena aku agak licik sehingga dengan mudah aku dapat melewati beberapa hal yang sulit. Atau apa?? Apa nilai yang aku punya? Aku sendiri tidak punya bakat tertentu yang membuat ku merasa punya "modal" untuk jadi "besar."

Aku merasa perlu mengoreksi diriku sendiri. Aku pernah berpikir, betapa beruntungnya lelaki yang bisa menikahi wanita cantik. Tapi ternyata dalam rumah tangga, kepribadian seseorang lebih memainkan peran penting daripada kecantikannya. Aku juga pernah berpikir kalau seandainya aku bisa dilahirkan kembali, aku ingin lahir sebagai gadis cantik yang pintar menyanyi. Seperti Raisa misal. Atau aku sempat berfikir, betapa beruntungnya Emma Watson yang hampir tidak memiliki Haters di dunia maya.

Membahas kecantikan, membuatku sempat berpikir, kenapa aku tidak memiliki wajah lonjong lancip, hidung mancung, mata cemerlang dan bibir sebagus Dian Pelangi? Atau kenapa aku tidak secantik teman ku yang lain? Mungkin kalau wajah ku agak cantik, aku akan punya nasib lebih baik. Dan berbagai macam dalil lain yang digunakan oleh gadis-gadis Korea untuk melakukan operasi plastik berputar-putar di kepalaku. Dalil tersebut adalah dalil bagi para penggugat keadilan Ilahi yang tidak mempu menemukan CintaNya pada semesta. 

Aku perlu mengambil nafas dalam-dalam, merasai setiap nafas yang aku hirup dan hembuskan lalu tersenyum :). Kesadaran bahwa gugatan terhadap kecantikan ini keliru adalah caraku untuk menghayati keadilan Ilahi dan menghargai diri ku sendiri. 

Aku, lagi-lagi harus bersyukur dengan Modal dari Nya. Aku harus menerima bahwa aku tidak harus jadi cantik untuk hidup. Aku hanya harus cukup bersyukur tidak mengalami hal yang menimpa Aisha di Afghanistan, dan gadis India malang yang diperkosa oleh segerombolan tolol itu. Aku masih sangat bersyukur, banyak bersyukur,

Aku berkata pada sahabatku di Whatsapp, sambil berkata pada diri sendiri juga, "Kita emang tidak akan pernah merasa cukup, kita hanya perlu memainkan peran diri kita sebagai diri kita sendiri dengan baik."

Seohyun SNSD
Suatu hari, ketika ada orang yang berkata bahwa aku jelek tidak cantik, aku masih akan tetap menjawab dengan apa yang melintas di pikiran ku, Hanya saja, aku tidak akan benar-benar memikirkannya hingga memberi kesempatan pada hal negatif itu untuk menggerogoti kepercayaan diri ku dan cara ku berkembang. 

Jangan aku,-yang bukan siapasiapa dan tidak menggunakan kecantikan sebagai aset utama dalam karir-, Seohyon SNSD saja, yang secantik itu masih sering krisis kepercayaan diri dengan berkata bahwa Ia tidak cantik. Ia juga sering berkata pada member SNSD lain bahwa member lain lebih cantik daripada dia. Seohyon juga jadi orang paling cemas ketika di make up karena Ia merasa tidak cantik. Aku rasa, sebenarnya, setiap wanita, memang pernah merasa bahwa Ia tidak cantik sekalipun ada orang yang akan tetap berkata bahwa Ia cantik. Kepercayaan diri tentang tampang, memang naik turun kadang. 

Setiap orang berkutat pada masalah nya masing-masing. Orang secantik Lady Diana pun punya masalah yang besar sampai akhir hayatnya. Orang secantik Dian Pelangi, seohyun, dan jutaan orang cantik lain pun juga pernah merasa gamang dengan apa yang Ia punya -mungkin-. 

Kita -para manusia- tercipta itu punya tugas untuk menuju pada kesempurnaan. Menuju cahaya yang paling gemilang di tingkatannya masing-masing. Bukan langsung tercipta sempurna dengan hidup sempurna, dan tanpa dosa. Kita memang harus memilih untuk bahagia, :)

5 komentar:

  1. kalau soal tampil cantik aku kalau enggak jerawatan

    BalasHapus
  2. Bagus banget artikel nya..apa yang kamu alami hampir sama yang dengan apa yang saya rasakan..tapi beda nya orang2 terdekat saya yang terkadang suka membandingkan saya dengan adik saya sendiri..adik saya wajahnya cantik bisa di bilang ada blasteran india, hidung mancung, muka lonjong,bibir imut ya seperti gadis india yang cantik, terkadang ada saat minder untuk berada dekat adik, apabila saya ingin di kenalkan mama dengan seorang lelaki mama selalu bilang ke adik untuk tak keluar kamar..sedih pasti sampai2 saya berpikir seburuk itukan wajah saya di banding adik saya sendiri..dan apabila adik mendengar itu adik saya marah..dan bilang kalau saya cantik karna saya putih, alis tebal, dan punya gigi yg rapi jadi kalau senyum tampak gigi terlihat menarik...itu kata adik saya..tapi kadang rasa minder juga tetap ada...akan tetapi ketika saya bertemu teman2 saya dan juga kenal dengan adik saya mereka bilang saya lebih cantik dari adik saya padahal kalau dipikir hidung saya tak mancung muka saya cukup bundar...saya tidak tahu di manakah mereka menilai kecantikan saya..dan dari situ saya berusaha untuk percaya diri bahwa saya cantik....walaupun terkadang ada saat2 saya merasa minder

    BalasHapus

Komentar Kamu?