Berlibur di rumah (baca : Solo) membuatku punya waktu untuk mengamati perkembangan keremajaan adikku. Dua adikku mulai menginjak usia remaja. Mereka berdua memiliki tubuh yang tegap, tinggi dan memiliki wajah yang lumayan. Yang satunya agak hitam seperti bapakku, kecerdasan dan ilmunya dalam keagamaan cukup membuat gadis menambahkannya dalam daftar "lelaki baik-baik yang mungkin untuk jadi kandidat suami." Yang umur 15 tahun berkulit cerah, tinggi, pintar menggambar, hobi bernyanyi dan cukup populer di sekolah karena juara lomba menggambar dan masuk OSIS. Wajar kalau hanya dengan sedikit aksi, akan ada gadis yang tertarik. Entah hanya sekedar mengobrol, atau untuk hubungan tertentu.
|
Adikku yang berumur 15 Tahun. Aku tidak punya foto adikku yang 18 tahun |
Kedua adikku itu tampaknya senang sekali berinteraksi dengan lawan jenis. Yang umur 15 tahun tahu caranya mengirimkan gombal konyol via pesan FB atau sms. Bahkan kakakku bercerita bahwa adikku itu pernah lembur semalaman untuk membuat gambar yang akan diberikan kepada seorang gadis. Yang 18 tahun, walau ia anak pesantren yang jarang berinteraksi langsung dengan gadis-gadis, tapi sepertinya tahu bagaimana membuat seorang wanita ketagihan ngobrol dengannya. Karena nada SMS dan telpon HP nya terus menerus berbunyi. Saat aku cek pun, inbox HP nya bertuliskan nama seorang gadis sebagai pengirimnya. Aku tidak yakin sih bahwa memang hanya "seorang", aku tidak ingin melanggar privasinya lebih jauh saja.
Tahu seperti itu, rasanya aku ingin mencari tahu tentang siapa gadis2 yang telah di rayu adikku dan mengatakan bahwa adikku belum benar-benar cukup umur untuk serius dalam berhubungan, jadi jangan terlalu dipikirkan. Aku hanya ingin, supaya suatu hari tidak ada gadis yang patah hati karena adikku.
Tapi, aku pikir2 ulang, lebih baik adik-adikku dan para gadis yang dirayu melewati masanya. Karena saat umur segitu, aku sangat senang bila ada seseorang yang merayu dan mengirim ku surat maupun SMS cinta karena membuatku jadi merasa cantik dan percaya diri. Bagaimanapun, Di senangi oleh seorang lelaki di usia seperti itu adalah "Vitamin" kedewasaan. Itu jadi semacam doping kalau di saat2 tertentu aku minder.
Aku sih tidak pacaran saat umurku sepuber itu. Karena aku tidak tahu apa yang harus di lakukan remaja yang berpacaran (serius!). Karena bagiku, menjadi remaja berperilaku seperti kebanyakan orang bukan gaya ku. Dan aku harap adikku juga berprinsip seperti itu. Menjadi seorang "remaja sinetron", tidak pernah menyenangkan. Ibuku telah memberi rambu2 pada keduanya dan mereka akan tahu akibatnya kalau melanggar.
Apa aku kelihatan khawatir dengan masa remaja adikku? Memang masa kecil atau remaja ku bagaimana? Oke, aku ceritakan sedikit.
|
Bae Yong Jun, Lelaki yang pernah aku anggap tampan |
Saat kelas 3 SD, teman sekelasku bernama Mustafa mengirimi surat cinta yang seingatku berbunyi,
"Ayu, nanti kita menikah dan punya anak. Ayu nanti kita membeli rumah dan tinggal bersama... dst dst." Aku tidak pernah membalas surat itu karena aku menilai surat cintanya norak dan memalukan untuk anak-anak. Aku juga tidak naksir dengan mustafa yang nakal sampai surat ke 3 disampaikan padaku dan dia yakin kalau dia ditolak. Oh iya, Aku mengijinkan Janti dan Denok yang jadi sahabatku untuk membaca surat itu. Tidak hanya mereka yang membacanya, kakak ku Mbak Ima juga membaca surat itu. Sungguh kasihan ya... TT_TT . Aku tidak hanya "memamerkan" karena aku dicintai oleh seseorang, tapi aku juga suka menggantung perasaan orang. Karena tidak mau pacaran itu, Mustafa jadi membenciku dan mengatakan pada teman-teman kalau mataku terlalu besar dan aku kurus. Sungguh jahat! Tapi aku juga jahat sih karena cuek sama dia. Yah, setimpal...
Sebenarnya, ada juga pengalaman di taksir cowok ataupun naksir cowok pas SMP atau SMA. Tapi karena yang naksir itu ada di Facebook ku semua, aku jadi malu bercerita. Bisa jadi, mereka tersinggung karena aku menceritakan masa-masa "khilafnya" mereka karena naksir seorang gadis sepertiku. Intinya, Aku cukup jadi gadis baik-baik lah. Dan aku hanya ingin terus jadi gadis baik-baik walau di masa dewasa ini, aku agak "nakal". Aku tidak mau cerita bagaimana kenakalan ku. Pokoknya, aku masih suka menggantung perasaan orang, aku masih suka hal yang kekanak-kanakan kadang dan aku suka mengabaikan logika. Ya... seperti itu!
Kembali ke persoalan adikku, karena aku sering acuh dengan cowok atau aku berbuat macam-macam dalam menyikapi lelaki, aku jadi agak khawatir kalau ada gadis yang memperlakukan adikku seperti halnya aku dulu memperlakukan lelaki. Oh iya, lelaki yang aku suka saat umurku 16 tahun membuatku patah hati di usia 20 tahun. Dan aku tidak ingin ada gadis yang menyukai adikku mengalami itu. Atau, aku tidak suka siapapun mengalami itu. Tidak enak!
Waktu SMA, aku pernah memiliki kriteria tertentu untuk mencari sosok lelaki yang pantas ditaksir. Akhirnya, gara-gara Harry Potter dan Detective Conan, aku jadi menganggap lelaki yang punya rambut berantakan dan berkacamata itu keren. Dan aku naksir cowok yang cirinya seputar itu. Sungguh kekanak-kanakan TT_TT. Aku juga senang dengan wajah seperti Bae Yong Jun aktor Drama Korea yang berkacamata dan berkulit putih. Setiap ada lelaki berciri seperti itu, aku jadi lebih memperhatikan dia deh!
Semoga adikku tidak sebodoh aku dalam memilih kriteria. Atau, wajar saja mungkin pada usia remaja, kita semua sebenarnya juga melakukan kebodohan konyol yang bisa kita tertawakan saat dewasa ya? Apa wajar kalau aku tidak ingin adikku mengulangi kesalahan ku? Aku pikir wajar ah. Harus wajar ya jawabnya... Atau jangan-jangan, ada yang tidak suka menertawakan saat-saat konyolnya? Memang sih, masa lalu itu bisa jadi jadi pelajaran berharga, tapi pelajaran yang cukup memalukan.
Yah... Pokoknya, Siapapun yang merasa jadi adikku, Aku, mengawasimu!